Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Dari Anda

Belajar Dari “Anak Nakal” Bernama Zohri

dewantara.id by dewantara.id
July 16, 2018
in Dari Anda
0

Atlet muda Lalu Muhammad Zohri pelari asal Indonesia dalam Kejuaraan Dunia IAAF U20. (Ilustrasi foto: Roger Sedres/www.iaaf.org)

100
SHARES
1.1k
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Ada banyak pesan positif yang muncul berkaitan dengan atlet muda Indonesia Lalu Muhammad Zohri atas pencapaiannya. Berikut adalah salah satu yang kiranya dapat memberi inspirasi terhadap dunia pendidikan Tanah Air.


Dewantara.id, Jakarta – Pencapaian gemilang Lalu Muhammad Zohri di nomor 100 meter, Kejuaraan Dunia Lari U20 di Finlandia mengingatkan kita tentang beberapa hal penting yang mungkin perlu kita luruskan kembali. Tentang sekolah dan pengajaran.

Salah satu fakta menarik yang saya catat dari Zohri adalah orang bisa dengan mudah terkecoh menafsirkan talenta seperti Zohri, sebagai anak nakal di sekolah.

Padahal, remaja seperti Zohri tidaklah nakal. Ia hanya tidak dilahirkan ke dunia untuk duduk lama di ruang kelas, sambil menyimak guru mengajar. Sudah terlalu lama sistim pengajaran yang kita terapkan di sekolah, justru menjadi semacam penjara bagi talenta-talenta yang tidak biasa.

Bagaimana mungkin, seseorang bisa duduk tenang di sekolah sementara di bawah sana, dua kakinya selalu berontak ingin berlari?

Maka wajar jika Zohri sering bolos sekolah. Wajar pula jika nilai pelajarannya nol, seperti kata salah seorang rekan sekolahnya. Yang tidak wajar adalah, jika guru-guru sekolahnya menyerah menghadapi anak-anak seperti Zohri.

Memvonisnya sebagai anak yang malas sekolah, supaya tidak repot mencari asal muasal kemalasannya.

Melihat fenomena yang demikian, kita memaklumi jika beberapa hari lalu Ibu Menteri Keuangan, Sri Mulyani sempat misuh-misuh melihat kinerja oknum guru yang sudah disejahterakan negara, tapi masih buruk kinerja mendidiknya.

Tapi, untungnya tidak semua guru demikian. Masih ada guru-guru seperti Ibu Rosidah, guru olahraga Zohri yang jeli melihat sisi lain kepribadiannya tersebut.

Oleh Ibu Rosidah, Zohri untuk pertama kalinya dipertemukan dengan dunianya. Ia dilatih dua pekan untuk mengikuti Kejurda atletik Remaja di Mataram tahun 2015. Dan benar saja, kalau kamu melatih citah berlari, ia akan segera mengantongi prestasi demi prestasi. Di debutnya itu, Zohri langsung memborong dua emas di nomor 100 meter dan 200 meter.

Zohri menjadi semacam eksperimentasi sukses tentang mengelola anak yang bermasalah dengan prestasi akademis. Mulai hari ini, para guru di sekolah yang menangani “remaja nakal”, perlu mengeluarkan lebih banyak energi untuk mengetahui problematika individual anak didik.

Fenomena anak bolos sekolah, kini tidak boleh lagi ditafsirkan dalam batasan hitam putih. Sebab, pemicu bolos tidak selalu hitam putih. Ia bersifat kompleks. Bolos tidak selalu berarti nakal. Nilai jelek juga, tidak berarti anak itu pemalas.

Bolos bisa saja merepresentasikan teknik pemberontakan terselubung dari naluri dasar seorang peserta didik. Bolos ditempuh sebagai pelarian, karena sang anak gagal membaur dengan topik-topik yang memang tidak disenanginya. Tidak semua orang menyukai biologi, matematika, fisika atau kimia.

Waktu SMA, saya punya beberapa teman yang hobi musik. Ketika bersama gitar, mereka bisa berubah menjadi disiplin latihan, tekun belajar sekaligus kreatif mencipta.

Tapi sekolah memaksa anak-anak dengan kecenderungan seperti ini menghabiskan banyak waktunya untuk belajar hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan.

Bagaimana mungkin seorang anak bisa bagus nilai biologinya, sementara di dalam kepalanya selalu terdengar lengkingan gitar Steve Vai?

Oya, sebagian kawan saya juga sangat menyukai sepak bola. Tapi, sistem pendidikan kita, memaksa mereka untuk menghabiskan berjam-jam dari masa produktif mereka untuk menekuni literatur-literatur yang jauh dari sepak bola.

Lalu, ketika Timnas U-19 Indonesia kemarin takluk dari Malaysia, kita kembali mengajukan pertanyaan klasik. Kenapa sih, dari 261 juta rakyat Indonesia, kita masih kesulitan mencari 11 pemain bola yang hebat?

Saya kira, salah satu jawabannya, karena tidak semua anak Indonesia yang berbakat main bola, berhasil menemukan sepak bola. Seperti halnya Zohri menemukan lari.

Muhammad Azhar, Warga NTB

Tags: guruIndonesiajuara duniamuhammad zohriNTBpendidikan
Tweet25Share40Share10Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Travel Writing sebagai Sumber Informasi Perjalanan

Travel Writing sebagai Sumber Informasi Perjalanan

July 8, 2024
Menjelajahi Keindahan Jawa-Bali: Panduan Komprehensif untuk Wisata Overland

Menjelajahi Keindahan Jawa-Bali: Panduan Komprehensif untuk Wisata Overland

July 8, 2024
JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

May 2, 2024
Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Sosialisasi kepada POKDARWIS Pulau Harapan: Pentingnya Sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi

Sosialisasi kepada POKDARWIS Pulau Harapan: Pentingnya Sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi

December 21, 2023
Kayak Orang Freak

Kayak Orang Freak

November 22, 2023
Menjadi Multitalenta

Menjadi Multitalenta

November 22, 2023
Sejarawan Taufik Abdullah (2-selesai)

Sejarawan Taufik Abdullah (2-selesai)

January 15, 2021
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version