Pak Taufik merupakan sejarawan yang sangat berpengaruh sejak 1971 hingga sekarang. Dalam percakapan ringan via whatsapp (WA), Pak Taufik mengatakan pengalaman mengajarnya di ruang kelas sangat terbatas “Saya cuma 3 kali mengajar (dengan titel gagah Visiting Prof. ) dan 3 kali pula jadi visiting fellow di U.S., Canada, Belanda, Jepang, Australi,a dan Singapore.” Pak Taufik lebih banyak membimbing dan menguji disertasi. Banyak cerita “horor” dari orang2 yang pernah dibimbing dan diujinya. Mereka yang lolos akan sangat bangga menyebut diri sebagai “murid” Pak Taufik. Itu sangatlah wajar. Namun sebagian besar murid Pak Taufik sesungguhnya tidak pernah dibimbing atau diuji, tetapi belajar melalui tulisan2 dan mendengarkan pidato ilmiahnya di berbagai tempat. Saya termasuk kategori murid yang seperti ini. Salah satu pidato ilmiahnya sangat berpengaruh terhadap disertasi saya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).
Direktorat Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selalu menjadikan Pak Taufik sebagai pembicara utama atau pengarah dalam kegiatan mereka. Saya termasuk yang sering diikutsertakan oleh Direktorat Sejarah. Saya merasa sangat beruntung karena dapat mengenal Pak Taufik lebih dekat. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik, menyinak layaknya mengikuti perkuliahan. Arahannya selalu bernas diselingi humor yang membuat semua orang betah. Kegiatan go internasionalnya lebih banyak lagi. Pak Taufik sangat dikenal dan dihormati para Indonesianis. Tulisannya selalu menjadi rujukan. Kedalaman dan keluasan ilmunya diperoleh melalui proses pendidikan yang panjang. Pak Taufik menempuh pendidikan S1, S2 dan S3 di perguruan tinggi terbaik. Ia selalu lulus dengan prestasi. Ibarat dunia persilatan, Pak Taufik sudah belajar semua jurus sebelum meramaikan “dunia persilatan” sehingga menjadi pendekar yang sangat disegani. Semoga para mahasiswa sejarah yang ingin menjadi sejarawan meneladaninya dengan menempuh pendidikan hingga tingkat doctoral.
Perkembangan ilmu sejarah di Indonesia dipengaruhi oleh pemikiran Strukturalisme. Pengaruhnya tertanam kuat di jurusan Sejarah, UGM melalui sejarawan Aloysius Sartono Kartodirdjo setelah menyelesaikan pendidikan doktoral dari Universitas Amsterdam tahun 1966. Diantara mahasiswanya adalah Pak Taufik yang lulus lima tahun sebelum Pak Sartono lulus doktoral. Pak Taufik lanjut magister dan doktoral ke Universitas Cornell, USA. Ia mengembangkan pemikiran dosennya melalui LIPI. Sejarah dengan metodologi Strukturalisme merupakan kecenderungan umum di Eropa dan U.S. tahun 1960-an saat Pak Taufik kuliah S2 dan S3. Salah satu wujud pengaruh Strukturalisme dalam.ilmu sejarah adalah sejarah sosial. Di Indonesia, sejarah sosial berkembang dengan kombinasi Pak Taufik di LIPI dan Pak Sartono di UGM. Kedua sejarawan ini telag memperkokoh sejarah sosial hingga menggeser sejarah politik. Pak Taufik juga mengembangkan penelitian sejarah lokal sebagai bagian utama dari sejarah sosial yang dikembangkannya. Direktorat sejarah juga mengembangkannya di bawah pengarahan Pak Taufik. Saya ikut salah satu kegiatan Direktorat, tapi tidak ikut kegiatan sejarah lokal yang dikembangkan Pak Taufik di LIPI. Para sarjana S1 selalu didorongnya untuk melanjutkan studi dengan penelitian sejarah lokal. Menurutnya historiografi sejarah lokal masih sangat kurang. Sangat menarik penjelasan ontologi, epistemologi dan aksiologi sejarah lokal. Saat itu saya tidak dekat dengan Pak Taufik. Tapi penjelasannya tentang sejarah lokal menarik minat saya. Pada tahun 1998 saya melanjutkan studi magister di UI dengan penelitian Peristiwa Lampung 1989. Saya memadukan sejarah lokal dan sejarah lisan. Untuk sejarah lisan saya pelajari dari dosen saya alm sejarawan Robert Zakaria Leirissa di ruang kelas dan konsultasi bimbingan.
Pak Taufik lahir 3-1-1936 di Bukitinggi, Sumatera Barat. Setamat SMAN di Bukittinggi, melanjutkan ke UGM (S1, 1954-1961) dan Cornell (S2 dan S3, 1964-1970) sebagai Ph.D Sejarah Asia Tenggara dan minor Antropologi, Sejarah dan Politik Cina. Ia menempuh pendidikan sejarah selama 16 th. Sangatlah wajar jika menjadi sejarawan yang dapat diartikan sebagai ahli sejarah, sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Berkarir di LIPI sejak masih bernama MIPI hingga menjadi Kepala LIPI pada 2000-2002. Pak Taufik adalah ahli peneliti utama LIPI dan guru besar luar biasa beberapa kampus di tanah air: UGM, UI, IAIN Jogjakarta dan Jakarta. Sejak tahun 1971 masyarkat ilmiah internasional memberikan penghormatan kepadanya sebagai sejarawan. Para sejarawan di Indonesia juga menghormatinya. Pada th 1985 ia menjadi Ketua Umum MSI, menggantikan Pak Sartono. Kini Pak Taufik berusia 85 th. Dua kali ultahnya dirayakan lingkungan sejarawan pada ultah 70 tahun dan ultah 85 tahun. Keduanya merupakan bentuk penghormatan kepadanya.

Pada penutup tahun 2020 ini saya mendapatkan buku 85 TAHUN TAUFIK ABDULLAH, sejarawan yang sangat dihormati. Saya salah seorang muridnya yang diminta menulis kenangan akademik oleh panitia peringatan ultah ke 85 th. Saya sangat senang karena Pak Taufik adalah sejarawan hebat yang sangat saya hormati. Pemikirannya mempengaruhi perjalanan akademik saya dalam bidang ilmu sejarah. Terima kasih banyak Pak Taufik dan juga Tim Panitia, Wabil khusus promotor saya Prof Susanto Zuhdi yang menjadi ketua Tim editor buku ini.
Abdul Syukur
Dosen Prodi Pendidikan Sejarah UNJ