“Leiden is lijden!”. Memimpin adalah Menderita. Begitulah bunyi pepatah kuno Belanda yang dikutip oleh Mohammad Roem dalam karangannya berjudul “Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita”. Agar seorang Kepala Sekolah maupun Calon Guru Penggerak (CGP) di Indonesia pada abad ke-21 tidak perlu “menderita” yang terlalu perih,maka perlu melakukan langkah-langkah cerdas dengan tetap masih berjalanan di atas koridor hukum dan aturan. Walaupun esensi dari perkataan Agus Salim adalah bahwa perjuangan bahkan penderitaan selalu mengiringi tugas kepemimpinan.
Proses menjabarkan Nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin melalui model 1 yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi menjadi 4P yakni : Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.
Fact (Peristiwa)
Ruang Kolaborasi (Rukol) mengembangkan wacana dari beberapa CGP Angkatan 9 dari Kota Cilegon secara daring. Kami mendapatkan beberapa studi kasus yang kemudian harus kami analisa paradigma dilema etika dan prinsip dilema etika. Penekanan dalam prinsip dilema etika adalah berbasis peduli karena kepedulian dari guru maupun sekolah terhadap kesempatan belajar anak. Lebih lanjut dipopulerkan dengan istilah care-base thinking.
Secara lebih konkrit, dalam menghadapi kasus-kasus yang kerap terjadi, dalam modul 3.1 ada langkah yang sebagai 9 langkah pengujian. Ketika menemukan permasalahan yang masuk dalam dilema etika, dalam memutuskannya memang sulit pasti ada pro dan kontra, namun dengan menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan, diharapkan keputusan yang di ambil tetap membawa nilai kebajikan.
Setelah melakukan tahap demonstrasi kontekstual, CGP melakukan analisis tentang bagaimana proses pengambilan keputusan diterapkan berdasarkan pengetahuan yang saya pelajari tentang paradigma, prinsip, pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal saya dan di sekolah/lingkungan lain. Penulis melakukan wawancara dengan dua kepala sekolah yang berbeda untuk mengetahui praktik pengambilan keputusan yang biasa dilakukan oleh mereka. Kepala sekolah yang saya wawancara adalah Rochmat Wirandanubrata, M.Pd. dari SMAN 3 Cilegon dan Septia Dwi Mawarni, S.Pd dari SMAS Al-Ishlah Cilegon.
Perasaan (Feeling)
Guru Penggerak harus mampu memimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, melatih guru lain, mempromosikan kolaborasi antara guru, dan memajukan kepemimpinan siswa. Untuk melakukan tugas tersebut dengan baik, saya harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Sebagaimana yang dipelajari dalam Modul 3.1, seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan mendukung murid. Ketika mengambil keputusan, seorang pemimpin harus mempertimbangkan tiga unsur penting, yaitu mendukung murid, bertanggung jawab, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal. Selama mempelajari konsep materi dari awal hingga modul ini, banyak keterkaitan yang membantu memahami konsep tersebut dengan lebih baik dan membentuk pemahaman baru.
Pembelajaran (Findings)
Pengambilan keputusan terkadang terdapat banyak kepentingan yang saling bersinggungan dan dapat menyebabkan beberapa pihak merasa dirugikan atau tidak puas dengan keputusan yang diambil. Namun, semakin sering kita melakukan pengambilan keputusan, semakin terlatih dan fokus dalam mengambil keputusan yang tepat. Meskipun sulit untuk memilih antara beberapa pilihan yang benar, sebagai pemimpin, kita harus mempertimbangkan tiga unsur penting dalam pengambilan keputusan, yaitu mendukung murid, didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari keputusan yang diambil.
Ketika kita berada dalam situasi dilema etika, terdapat nilai-nilai kebajikan mendasar yang saling bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab, dan penghargaan akan hidup. Dalam paradigma situasi dilema etika, terdapat kategori seperti individu vs kelompok, keadilan vs kasih sayang, kebenaran vs kesetiaan, serta jangka pendek vs jangka panjang. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam menghadapi dilema etika, yaitu berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan peraturan, dan berpikir berdasarkan rasa peduli.
Dalam menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral yang membingungkan, terdapat 9 langkah yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi tersebut. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan yang berkaitan dengan situasi tersebut. Keempat, melakukan pengujian benar atau salah dengan menguji legalitas, regulasi/standar profesional, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Kelima, melakukan pengujian paradigma benar lawan benar. Keenam, melakukan prinsip resolusi. Ketujuh, melakukan investigasi opsi trilemma. Kedelapan, membuat keputusan. Dan terakhir, kesembilan, melihat kembali keputusan dan merenungkannya kembali. Perlu diperhatikan bahwa sembilan langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dan harus diadaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi.
Penerapan (Future)
Proses penerapan atau mengaplikasikan konsep pengambilan keputusan yang telah dipelajari, termasuk empat paradigma, tiga prinsip, dan sembilan langkah, untuk meningkatkan keterampilan saya dalam membuat keputusan. Selain itu, CGP akan berbagi pengetahuan tentang materi baru yang telah dipelajari melalui berbagai media, baik secara langsung maupun melalui platform digital agar dapat diakses dengan mudah oleh rekan-rekan guru lainnya.
Ini adalah hasil refleksi dari pengalaman dan pemahaman Penulis selama dua pekan belajar di modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan manfaat.
Ahmad Muttaqin, S.Pd., M.Pd., (Guru SMAN 3 Cilegon / CGP Angkatan 9 Kota Cilegon)