Kita sering mendengar dan membaca berbagai cerita sukses. Kisah seputar orang sukses, atau perusahaan sukses menjadi semacam suplemen bagi orang-orang, komunitas-komunitas, maupun perusahaan-perusahaan yang sedang merintis usaha mereka. Sehingga orang-orang, komunitas-komunitas maupun perusahaan-perusahaan itu menjadi lebih optimis, terpacu, termotivasi dalam persaingan yang mereka hadapi setiap saat.
Tetapi berapa banyak yang bercerita tentang kegagalan? Berapa banyak orang atau perusahaan yang mau berbagi pengalaman buruk mereka?
Membenci Kata “Gagal”
Dunia sekarang hanya menyukai yang sukses, dan yang gagal langsung dikucilkan. Kita telah sampai ke peringkat yang menetapkan bahwa “tidak ada orang yang harus membuat kesalahan” dan orang yang membuat kesalahan pasti menerima hukuman. Tampaknya jika anda bukan nomor satu atau tidak tergolong lima besar, anda dianggap telah gagal.
Walaupun mungkin terasa aneh, sejak zaman dahulu manusia sebenarnya telah belajar dari kesalahan dan kegagalan untuk sampai ke tempat mereka berada saat ini. Tanggapan bahwa orang mencapai kesuksesan tanpa membuat kesalahan dan tanpa mempunyai kelemahan adalah tidak realistis, dan mungkin membawa kesan yang tidak sehat.
Kita pernah membaca atau menonton di TV mengenai banyak orang yang bunuh diri setelah mengalami kegagalan besar. Para pengusaha muda yang berani mencoba tetapi gagal sering kali putus asa dan mengucilkan diri lalu dilupakan orang. Bukannya mereka tidak berupaya menangani ‘rasa gagal’ tetapi aib yang mengiringi kegagalan terlalu membebani jiwa dan apabila masyarakat tidak mendukung, tidak ada jalan lain bagi sebagian orang yang terbebani dengan ‘rasa gagal’ itu kecuali untuk “tenggelam” saja.
Tapi, benarkah hanya sedikit atau tidak ada nilai pada ‘gagal’ ? Lalu mengapa dalam hidup semua tokkoh-tokoh besar yang penulis baca, semakin banyak kegagalan yang mereka alami semakin hebat pencapaian mereka sesudahnya ?
Sembilan Kali Jatuh, Sepuluh Kali Bangkit
Penulis berani mengatakan bahwa kegagalan besar sebenarnya menghasilkan tokoh-tokoh besar pula. Begitu sedikit jumlahnya, kalaupun ada, tokoh-tokoh besar yang tidak pernah mengalami kesulitan dan kegagalan dalam hidup.
Malahan, kegagalan menghasilkan sebegitu banyak tokoh besar sehingga penulis berani berkaya bahwa “nilai” kegagalan lebih besar daripada “nilai” kesuksesan. Tetapi alamaak! Tidak banyak orang yang berpikir seperti itu – kita hanya berpikir untuk menang dan menang sepanjang masa. Dan kita tidak tahu, ketika sebuah kilang milik Thomas Alpha Edison terbakar, ia memanggil anaknya, Charles. Ia berkata pada Charles, “kemarilah Charles, kamu tidak adak melihat sesuatu seperti ini lagi!”. Kemudian ia memanggil istrinya. Ketika ketiga-tiganya berdiri merenungi api yang sedang membakar dengan dahsyat, Edison tersenyum dan berkata, “habislah semua kesalahan kita! Sekarang marilah kta membuat langkah awal baru!” Tak lama setelah itu Edison menciptakan music box.
Kegagalan sering bertutur kepada kita dalam ‘bahasa bisu’ yang kerap tidak kita pahami. Kalau tidak percaya, bukankah dengan gagal maka kita tidak akan membuat kesalahan yang berulang kali tanpa mendapat faedah dari kegagalan tersebut. Kalau tidak percaya, bukankah dengan gagal maka kita akan lebih memperhatikan dengan lebih teliti kesalahan yang telah dibuat oleh orang lain dan mendapat faedah darinya.
Pada akhirnya, mari kita urutkan beberapa ‘orang-orang gagal terbesar’ yang hidup pada milenium ini dan dapat kita ingat: 1) Soekarno, mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927, lalu diadili dan dipenjara pada 1929 dan kemudian menghabiskan masa pembuangan di Boven Digul, Flores, dan Bengkulu; 2) Christopher Colombus, hingga akhir hidupnya ia tidak mengetahui bahwa dirinya telah menemukan dunia baru bagi bangsa Eropa, dan ia mengira tempat itu bagian dari India; 3) Sir Edmund Hillary gagal pada pendakian Everest tahun 1951 dan 1952, lalu tahun 1953 menjadi orang pertama yang mencapai puncak Everest; 4) Bill Gates, gagal menjadi diploma maupun sarjana, lalu ia mendirikan microsoft.
Seperti motivator Mario Teguh pernah bilang dalam acara “Golden Ways”, ia berkata “habiskan jatah gagal mu dimasa muda, sehingga ketika kamu dewasa kamu sudah kehabisan kegagalan dan hanya akan menemui kesuksesan!” Atau yang selalu penulis ingat, vokalis Jon Bon Jovi pernah bilang “sembilan kali jatuh, sepuluh kali bangkit. Itu baru namanya hebat!”. Jadi saudara, mau mulai kapan nih kita mulai hari-hari muda kita dengan berani gagal ?
Maharani, MM.
Dosen ; Pendiri Business Event Research and Consultant (BER-Con)