Dewantara, Kota Cilegon – Tulisan ini mungkin sebuah essai tentang rasa bangga seorang guru. Mungkin juga sekedar tulisan pelepas lelah dari warga negara, yang bertempat tinggal di kota berpopulasi 400.000 orang di ujung barat sebelah utara Pulau Jawa. Memotret kerling keindahan di mata orang-orang yang ditemuinya pada dua hari dipertengahan bulan Agustus, ketika sudut-sudut jalan di kampung-kampung dan komplek-komplek sudah terhias ornamen-ornamen merah-putih. Menangkap cerita, gurauan, tarikan maupun hembusan nafas, dan hal-hal sederhana lainnya. Di hari dimana kita sekejap melupakan beban hidup, perasaan sebatang kara (baik yang jomblo maupun bukan jomblo, tapi terutama yang jomblo sih), serta ambisi-ambisi, untuk berdiri tegap mengghormat ke arah tiang bendera. Karena hari ini Republik Indonesia sedang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73.
SMA Negeri 3 Cilegon dan Kelurahan Bulakan
Pada bulan Agustus tahun 2018, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) SMA Negeri 3 Cilegon yang diminta oleh pihak Kelurahan Bulakan (bagian dari Kecamatan Cibeber, Kota CIlegon) untuk mengibarkan bendera di Lapangan Bentola, lapangan yang paling representatif untuk upacara bendera di Kelurahan Bulakan . Sudah 3 tahun beruntun pihak sekolah dan kelurahan bekerjasama dalam upacara HUT RI.
Tahun ini tantangan menjadi lebih berat karena sampai H-2, Rabu 15 Agustus 2018, lapangan masih dipakai lomba sepakbola se-Kelurahan Bulakan. Alhasil tiang bendera baru ditegakkan di tengah lapangan H-1. Dan ke-25 anggota Paskibra SMA Negeri 3 Cilegon (Pass-Three) harus menyesuaikan diri. Pasukan Paskibra memilih untuk tetap melatih gerakan, langkah, dan formasi mereka di sekolah. For Your Information (FYI) sekolah kami 700 meter dari lapangan, dengan trek jalan beton namun menanjak. Warga Kota CIlegon yang lain sering menyebut kami ‘wong gunung’.

Pada sore hari tanggal 16 Agustus 2018 akhirnya kami dapat mencoba lapangan, sekaligus gladi resik. Sudah hadir bersama kami Babinsa Kelurahan Bulakan Sersan Mayor Jasdi yang akan menjadi komandan upacara, Binmas Sersan Kepala Saefudin yang akan menjadi turah, anggota DPRD Kota Cilegon Subhi yang akan menjadi pembaca teks proklamasi, dan Lurah Bulakan Nur Sukardi yang akan menjadi inspektur upacara.
Setelah latihan dari ba’da Ashar sampai adzan Magrib, gladi resik pun selesai tim kelurahan maupun tim SMA Negeri 3 CIlegon termasuk Pass-Three kembali ke sekolah. Niatnya sih mau tidur jam 21.00, tapi setelah evaluasi sederhana dari Pelatih Pass-Three Muhammad Andy yang kurang lebih semacam “terserah kalian, malam ini mau istirahat atau bagaimana. Tapi kalau saya melihat sepertinya ada yang kurang.” Dan, kalau sudah dengan kalimat semacam itu, biasanya anak-anak Paskibra itu langsung otomatis bangun dan latihan. Bukan ngoyo atau bagaimana, tapi ada semacam semangat ‘berusaha semaksimal mungkin’ terpatri dalam Deuxyribonuleic Acid (DNA) Paskibra.
Pass-Three baru selesai latihan pada 21.20 WIB. Itupun tidak langsung tidur. Biasa ya, kalau kelelahan kadang susah tidur. Setelah ‘dipaksa’ oleh Pembina Paskibra SMA Negeri 3 Cilegon Ahmad Romli untuk tidur barulah anak-anak itu pada tidur. Mereka pun tidur di Ruang Audio Visual (Avis) di bawah pengawasan Pembina.


Keceriaan Dari Bulakan, Untuk Indonesia
Pagi hari tanggal 17 Agustus 2018 jam 07.00 mulai berdatangan para peserta upacara dari berbagai instansi. Ada Linmas, ada Karang Taruna Kelurahan Bulakan, ibu-ibu PKK, dan tentu ada siswa/siswi dari SD Negeri Bulakan I, SMA Maulana Hasanudin, SMA Negeri 3, dan warga masyarakat.
Pass-Three yang sudah berdandan dan sarapan yang disponsori oleh pihak kelurahan melaju menuju Lapangan Bentola. Di lapangan, tim Paduan Suara SMA Negeri 3 Cilegon sedang tes vokal dan mencocokkan tempo lagu Indonesia Raya dan sejumlah lagu nasional. Ada Wakil Kepala Sekolah Andri Martadinata pada keyboard.
Setelah semua persiapan rampung. Seluruh peserta upacara berbaris, dan pada 08.30 upacara dimulai. Pembawa acara Tita Juniati memandu acara. Lalu, prosesi pengibaran bendera merah-putih pun dimulai.


Lurah Bulakan dalam amanatnya menyatakan, “Sudah waktunya kita sebagai generasi penerus, mengisi kemerdekaan dengan segenap potensi kita. Menghasilkan karya-karya maupun usaha-usaha yang kreatif dan inovatif.” Ia melanjutkan, “sehingga bisa menunjang pembangunan, terutama dalam bidang industri, perdagangan dan jasa. Pada umumnya di Cilegon, dan pada khususnya di Kelurahan Bulakan.”
Setelah upacara selesai, keceriaan dan rasa lega Nampak pada raut wajah mereka semua yang terlibat dalam upacara bendera. Mereka bersalaman dan berfoto. Banyak diantaranya yang berfoto dengan lurah, pasukan Paskibra, maupun paduan suara.

Kontribusi kami pada upacara peringatan HUT RI di Kelurahan Bulakan mungkin belum sebesar kontribusi pihak lain, di tempat-tempat lain. Sebagaimana adik-adik Paskibraka maupun Paskibra lain di tingkat provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan juga telah berjuang dan berkontribusi di dalamnya. Kami mungkin bukan yang terbaik, bukan pula yang paling rapih maupun paling cemerlang. Tapi inilah bukti cinta kami pada negara RI yang telah berdiri sejak tahun 1945. Kami, atau yang lebih tepatnya nenek moyang, kakek-kakek kami, seperti KH Ahmad Khatib dan Brigjen KH. Syamun, lebih jauh ke belakang seperti KH Wasyid dan juga kakekknya KH Wakhiha telah berjuang untuk bangsa Indonesia.
Karena terminologi “Demi Bangsa dan Negara” makin sering dipakai oleh politisi di Jakarta dalam kontestasi Pemilu. Tentu kami merasa tidak sehebat para politisi, kami tidak berani meng-klaim apa yang kami lakukan sebegitunya semata-mata demi bangsa dan negara. Tapi setidaknya kami bisa mengatakan, “Kami melakukannya demi menghormati para pahlawan pendahulu kami. Kami melakukan bagian dan kontribusi kami, sebagai bagian dari warga negara, atau lebih tepatnya warga Bulakan”.

Lalu kami kembali ke sekolah naik mobil losbak, itu Alhamdulillah boleh minjam dari kakak Renold Panggabean yang baik hati. Bukan naik mobil dinas Camry plat merah. Lagipula, tentunya lebih asyik naik mobil losbak gratisan sambil kena angin cepoy-cepoy bukan?
Salam dari kami. Dari Bulakan untuk Indonesia.
Ahmad Muttaqin