Belakangan pergaulan anak-anak berseragam putih abu-abu didominasi sebuah akronim ‘ML’. Mobile Legend sebuah software game online yang diproduksi tahun 2014 ini memang sedang menggema.
Dewantara.id, Jakarta – Keasikan bermain bahkan membuat lupa para pelajar akan tugas utamanya. Manusia Indonesia merupakan manusia yang senang dengan permainan, hiburan dan segala hal yang dapat melewatkan waktu dgn cepat. Homo Ludens, begitu istilah Onghok Ham dalam kata pengantar buku “Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1300-1500 M”.
Indonesia memang merupakan negeri yang kaya. Sehingga masyarakatnya memiliki banyak waktu luang untuk dihabiskan. Tidak seperti masyarakat dari dunia barat yg menghabiskan waktunya untuk bekerja. Mulai dari Sabung Ayam sampai dengan E-sport permainan (game) tidak pernah hilang dari kehidupan anak muda.
Tiap zaman memiliki ruhnya sendiri. Jika pada zaman feodal dan penjajahan permainan hanya sekadar melepas kepenatan belakangan game menjadi pilihan menambah penghasilan. Sebut saja tim Famous: Andromeda, Ibnu Alif, Tri Afrian, Reza Ardiyansyah, Fido Fernando yang berhasil menjuarai Kompetisi Counter-Strike Online dengan total Hadiah 65 juta rupiah.
Hari ini game tidak menjadi sekedar hiburan. Kegiatan yg menyita waktu dan memiliki dampak kecanduan yg tinggi ini bisa menghasilkan uang. Entah hal tersebut hanya merupakan strategi perusahaan pengembang game atau sudah jadi trend kekinian. Selain itu, game menjadi momok yang menakutkan.
Bagi orang tua di rumah game mereduksi intensitas dialog antara orang tua dan anak. ‘Dia selalu tidur pukul 11 atau 12 malam,” ungkap orang tua salah satu siswa di sekolah menengah swasta. Orang tua tersebut menambahkan bahkan anaknya sering kali susah untuk bangun pagi dan kemudian terlambat ke sekolah.
Konsentrasi siswa menurun di kelas menjadi salah satu dampak bermain game. Hal inilah yang menjadi permasalahan hari ini. Kecenderungan siswa menjadi autis dan anti sosial begitu mengemuka di ruang ruang publik.
Apakah game harus di stop? Hal itu tergantung kepada kesadaran dan intensitas peralhatian dari orang tua. Karena anak adalah inovator masa depan. Mereka pemegang tongkat estafet berjalannya Indonesia.
Harris Malikus, Guru SMA Sumbangsih Jakarta