Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Dari Anda

Hadir

dewantara.id by dewantara.id
May 6, 2019
in Dari Anda, Opini
0

Depositphoto.com

60
SHARES
665
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Martin Seligman adalah seorang professor positive psychology dari universitas pennsylvania yang meneliti tentang kebahagiaan selama puluhan tahun memberikan kesimpulan yang menarik.

Professor tersebut mengatakan bahwa 40% tingkat kebahagiaan kita ternyata ditentukan oleh faktor genetik. Sementara 60% sisanya ada dibawah kendali diri sendiri. Jadi, hasil penelitian tersebut secara gamblang ingin mengatakan bahwa tidak masalah apa yang terjadi dengan kita..

Kejadian baik ataupun bahkan untuk orang-orang yang mengalami hal terburuk pun seperti orang yang selamat dari bencana kehancuran, sebenarnya bisa saja merupakan orang yang paling berbahagia.

Happiness comes from your mind. It comes down to your attitude, and you, 100% in control of what you are thinking.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa mungkin kita tidak bisa mengendalikan perasaan kita sekarang, tapi kita selalu bisa mengendalikan pikiran kita sendiri. “That will change how you are feeling..” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu hal efektif yang bisa dilakukan untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan bertanya pada diri sendiri. “Why or How” question? Misal tentang bagaimana kita hidup untuk momen saat ini. Bukan dimasa lalu, bukan pula di masa depan..Tapi sekarang. Saat ini. Demikian kah?

Merenung

Saat dimana kita sedang mulai menghawatirkan sesuatu, selalu memikirkan masa depan sembari menyelami masa lalu, bisa saja itu adalah momentum yang mengajak kita agar mau melibatkan potensi besar (akal pikiran dan nurani) untuk merenung. Dan pada satu titik, itulah yang sebenarnya Sang Professor tersebut maksud.

Dalam Islam, berpikir – dimensi akal – (tafakur) dan meditasi – dimensi batin – (taqarrub) punya wilayah yang sangat khusus. Keduanya saling terkait. Bukan terpecah satu sama lain. Ulama sufistik, Syekh Abdul Qadir Al Jailani menyampaikan pandangannya bahwa ada tiga hal mengenai keutamaan tafakur dan taqorrub:

  1. Barangsiapa bertafakur atas sesuatu hal dan menyelidiki sebab nya, dia akan mendapat setiap bagian dari hal itu serta mempunyai banyak bagian pula inilah tafakur yang nilai nya setahun ibadah.
  2. Barangsiapa bertafakur tentang ibadah nya dan mencari sebab nya serta mengenal sebab itu, maka tafakur nya itu bernilai 70 tahun ibadah.
  3. Barangsiapa bertafakur dalam rangka mencari Allah Dan untuk mengenal Allah Swt (Ma’rifat) dengan tekad yang kuat, maka tafakur nya bernilai seribu tahun ibadah.

Namun dalam laku ritual yang khusyuk, bukankah juga menyimpan potensi yang membuat kita lena. Diantara segala keterbatasan manusia, ada lupa bahwa Sang Waktu juga menuntut peran kita untuk segera hadir di keseharian.

Foto: Suara-islam.com

Maka dalam batas-batas materi yang kita ketahui, apa yang kita sebut sebagai ruang dan waktu, Tuhan Yang Maha Baik pun mengambarkan hambanya yang selalu ingat seolah tak terbatasi. Disetiap kejadian dan aktivitas, tidak hanya pada laku ritual khusus saja (ibadah mahdhah, misalnya) bahwa sesungguhnya aspek perenungan memanggil kita untuk (segera) ditunaikan;

“…Yaitu orang-orang yang selalu ingat kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan tidurnya.” (Ali Imran: 191)

Sehingga dalam akal yang ingat, sebenarnya juga terselip tiga hal; Yang lampau, Sekarang, dan Akan datang. Dalam akal yang berfikir itulah, harapan kadang berimaji (tafakur). Sehingga nurani menjadi penting untuk selalu hadir; Bahwa hanya dalam kepasrahan (taqorrub), ketenangan yang hakiki seyogyanya bisa dicapai. Baik dalam “keadaan berdiri, duduk, dan tidur.”

Maka meng-Ada-lah dalam ruang dan waktu. Apapun. Dimanapun. Sebagai anak, istri, adik, suami, cucu, atau tanggung jawab dalam profesi juga identitas yang dilakoni. Dan jika momentum tersebut “hilang” – seyogyanya kita akan sadar, pentingnya untuk selalu (Meng) “hadir” (kan) di setiap momen yang dijalani. Your live is present, not in the past or future…

Selamat menunaikan ibadah puasa di Bulan Ramadan 1440 Hijriah.

Muhamad Zulkarnain

Tags: bahagiaingatanislamismemartin seligmanmerenungpikiranpsikologisufistik
Tweet15Share24Share6Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Travel Writing sebagai Sumber Informasi Perjalanan

Travel Writing sebagai Sumber Informasi Perjalanan

July 8, 2024
Menjelajahi Keindahan Jawa-Bali: Panduan Komprehensif untuk Wisata Overland

Menjelajahi Keindahan Jawa-Bali: Panduan Komprehensif untuk Wisata Overland

July 8, 2024
JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

May 2, 2024
Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Sosialisasi kepada POKDARWIS Pulau Harapan: Pentingnya Sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi

Sosialisasi kepada POKDARWIS Pulau Harapan: Pentingnya Sertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi

December 21, 2023
Kayak Orang Freak

Kayak Orang Freak

November 22, 2023
Menjadi Multitalenta

Menjadi Multitalenta

November 22, 2023
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version