Ki Hajar Dewantara (KHD) mengatakan, pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Penekanan dari pengertian tersebut, pendidikan erat kaitannya dengan kebudayaan. Dan kebudayaan itu dinamis, tidak boleh statis. Pada perkembangannya, pertukaran kebudayaan akan memperkuat identitas masing-masing kebudayaan.
Terkait dengan sifat kebudayaan yang dinamis, maka turunan strategi menggunakan asas perubahan TriKon, yaitu kontuinitas, konvergensi, dan dan konsentris. Kontuinitas berarti bergerak maju & berkelanjutan. Melanjutkan akar nilai budaya yang hakiki dari masyarakat. Konvergensi berarti memanusiakan manusia & memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan konsentris berarti menghargai keberagaman & memerdekakan pembelajar.
TriKon dapat memancing nilai-nilai karakter yang positif bagi peserta didik. Penguatan karakter dalam bentuk budi pekerti; yang mencakup Cipta – Rasa- Karsa. Melalui cipta, rasa dan karsa pendidikan menyentuh pengembangan kompetensi manusia secara holistik.
Pendidikan yang menyentuh secara holistik akan turun dalam praksis pembelajaran. Sehingga orientasi pembelajaran berbekal model pembelajaran dan pendidik yang memandang peserta didik dengan rasa hormat.
“Menghamba” pada Anak
Kata menghamba dalam filosofi pendidikan KHD bukan menghamba seperti makhluk menghamba kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Menghamba” di sini konteksnya adalah guru bekerja dan menyelenggarakan pembelajaran semata-mata untuk kepentingan anak atau peserta didik. Dimana pendidik memposisikan peserta didik, 1) bebas dari segala ikatan; yang artinya tidak ada unsur pamrih kepada guru, 2) dengan suci hati mendekati sang anak; dalam arti mengetahui minat, bakat dan gaya belajar peserta didik, dan 3) tidak meminta imbalan; dimana hak dan kewajiban sebagai profesi pendidik yang sudah ditetapkan oleh peraturan perundangan mengingatkan pendidik bahwa anak-anak yang mereka didik adalah harapan bagi masa depan bangsa.
Pada zaman now (sekarang, red.), saat teknologi informasi melanda setiap aspek kehidupan masyarakat. Di saat globalisasi dan modernisasi melanda semua institusi negara dan swasta, justru setiap stakeholder pendidikan perlu berhenti sejenak untuk melihat kembali karakter bangsa Indonesia. Bahwa kebangkitan Bangsa Indonesia tentunya berbeda dengan kebangkitan bangsa-bangsa lain. Dan kita memiliki Pancasila dan cita-cita kemerdekaan untuk diwujudkan. Filosofi KHD yang berangkat dari semangat humanisme dan anti kolonialisme dapat menjadi mata air yang jernih.
Ahmad Muttaqin