Begitu besar efek dari pandemi corona ini. Faktor kesehatan sudah jelas kita lihat. Pasien suspek sudah menyentuh ratusan ribu. Korban yang meninggal juga tidak sedikit. Dibidang ekonomi dampaknya cukup dahsyat. Banyak orang yang periuk nasinya berkurang dan dapurnya tak lagi mengepul. Mereka yang berdagang menjadi sepi, yang bekerja dirumahkan, yang belum berkerja menjadi bertambah sulit mencari pekerjaan dan banyak cerita lain yang membuat kita merasa sedih dan simpatik.
Ibu Nunung misalnya, salah satu warga di desa Sukamanah tempat kami tinggal. Wanita yang sehari –harinya berjualan mainan di sekitar sekolah, saat ini harus menerima kenyataan bahwa kegiatan belajar dilakukan di rumah. “Sebelum wabah Corona datang, alhamdulillah saya bisa sedikit mendapatkan pemasukan dari berjualan mainan. Sekarang saya bingung harus bagaimana”, ucap Ibu lima anak yang sudah ditinggal suaminya karena meninggal dunia beberapa tahun yang lalu ini dengan mata berkaca-kaca.
Selain aspek kesehatan dan ekonomi, pendidikan juga menjadi salah satu bidang yang terhantam efek pandemi covid-19. Terhitung mulai Maret 2020 sampai dengan Oktober 2020, kegiatan belajar dan mengajar di wilayah Tangerang otomatis dilakukan secara daring. Sebagai salah satu daerah penyangga ibu kota dan memiliki mobilitas penduduk yang cukup tinggi. Pemerintah Daerah memang belum mengijinkan sekolah dilakukan secara tatap muka.
Proses pembelajaran secara daring tentu merupakan budaya baru dan mengagetkan banyak pihak. Baik sekolah, siswa maupun orang tua. Walaupun dibeberapa sekolah, model pembelajaran seperti ini kadang dilakukan, namun dengan durasi dan intensitas yang seperti sekarang, pembelajaran daring mendatangkan beberapa permasalahan.

Pertama; Fasilitas. Tidak semua siswa dan orang tua memiliki fasilitas yang memadai untuk pembelajaran daring. Handphone, apalagi laptop merupakan barang mahal bagi sebagian besar masyarakat. Jikapun ada, harus bergantian dengan orang tua yang notabene dipakai untuk pekerjaan. Belum lagi masalah pulsa/quota. Satu atau dua minggu, orang tua mungkin masih sanggup membiayai anaknya untuk belajar secara online. Namun ketika itu berlangsung sudah sekian lama, maka yang terjadi adalah defisit anggaran rumah tangga. Mayoritas penduduk di desa Sukamanah adalah mereka yang terkategori menengah ke bawah. Rata-rata penduduknya bermata pencaharian sebagai petani musiman, buruh, pekerja serabutan dan sebagian lainnya adalah pengangguran. Situasi ini semakin mempersulit proses pembelajaran selama pandemi yang mebutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kedua; Kompetensi. Tidak bisa kita pungkiri bahwa Covid-19 ini menyebar dengan cepat. Maka kebijakan pemerintah dalam merespon hal itupun berlangsung dengan cepat pula. Ketika pembelajaran di sekolah ditetapkan harus dilakukan secara daring, maka gagap teknologi terjadi. Guru, siswa dan orang tua mengalami kendala dalam penyesuaian pembelajaran gaya baru. Sebagaimana telah disisinggung sebelumnya. Masayarakat desa Sukamanah yang merupakan daerah ujung Kab. Tangerang serta berbatasan dengan Kab. Bogor ini belum begitu respon dan memahami akan perubahan yang terjadi. Tidak sedikit diantaranya merasa frustasi dan berakhir dengan emosi yang kurang terkendali.
Sebagai sebuah oraganisasi yang lahir dan besar dari masyarakat, Harapan dan tekad TBM kedepan, teruatama dalam situasi pandemi seperti sekarang adalah ;Pertama, tersedianya fasilitas pembelajaran daring untuk siswa atau orang tua dalam menunjang pembelajaran secara daring. Fasilitas tersebut bisa berupa laptop dan jaringan wifi yang bisa dipergunakan secara gratis. Kedua, meningkatnya kompetensi siswa pada khususnya dan warga masyarakat pada umumnya, terutama dari segi teknologi dan informasi. Hal ini bisa diusahakan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh TBM. Ketiga, terbukanya pola fikir masyarakat yang lebih maju, terutama mengenai arti penting pendidikan. Hal ini juga ditunjang dengan pemberdayaan relawan dan masyarakat dibidang ekonomi. Harapannya masayarat akan bisa mandiri dan meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik.

Untuk mewujudkan itu semua, kami perlu kerjasama dengan pihak-pihak lain yang memiliki sumber daya lebih dan peduli akan kondisi masyarakat di Indonesia. Semoga kedepannya ada hal manfaat lain yang bisa kita berikan untuk masyarakat dan wabah Corona ini bisa segera berakhir. Amin
Di bawah langit Tangerang,
Ketua TBM Saung Cerdas (KRCS) Ahmad Rosadi, S.Pd.