Dewantara – Penggemar musik di Indonesia saat ini, mungkin sudah pernah mendengar nama grup Endah n Rhesa. Duo musisi yang beranggotakan Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya. Mereka telah menghasilkan empat album – keempatnya digarap secara tanpa melibatkan major label – yaitu Nowhere To Go (2008), Look What We’ve Found (2010), Escape (2013), dan Seluas Harapan (2015).
Penulis memiliki pengalaman menonton penampilan live Endah n Resha untuk pertama kali pada pegelaran Soundrenaline 2018 di Bali pada September 2018. Menyaksikan penampilan mereka, seperti menikmati kembali pengalaman menikmati pertunjukkan musik yang “hidup”, interaktif, dan penuh improvisasi. Penampilan mereka yang ditempatkan di amphitheater Garuda Wisnu Kencana (GWK) – dengan kapasitas terbatas hanya 150-200 penonton – menambah “kedekatan” antara kami (baca: penonton) dengan Endah n Rhesa.


Inspirasi dan Goals
Pada program I’m Possible yang tayang di Metro TV pada 9/3/2019 Endah n Resha hadir menemani pembawa acara Merry Riana. Penonton di studio dan di rumah dapat mengenal lebih dekat tentang pandangan-pandangan maupun kisah inspiratif dari Endah n Resha.
Endah n Rhesa dapat konteks tertentu dapat dijadikan role model bagi warga Indonesia, terutama yang berpasangan (baik yang sudah mersmikan hubungan suami-istri maupun yang belum), dan merupakan generasi milenial. Sebagaimana Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya merupakan rekan musisi yang kemudian menikah pada tahun 2009. Sebagian lagu mereka juga menceritakan kehidupan pribadi mereka, termasuk kisah mereka sebagai pasangan, tengok saja lagu “When You Love Someone” dan “Living with Pirates dari album pertama, serta lagu “Wish You We’re Here” dari album kedua.

Merry Riana bertanya kepada Endah n Rhesa, tentang kata-kata inspiratif dari Endah n Rhesa. Kemudian mereka menyatakan: “Pelajari, buktikan, hasilkan, bagikan.” Resha Aditya kemudian menjelaskan lebih lanjut, “Bahwa apa yang kita maksud dengan pelajari-buktikan-hasilkan- bagikan, adalah bahwa pertama kita perlu mengerti terlebih dahulu apa yang orang kerjakan. Lalu setelah mengerti kita coba buktikan. Kalau kemudian kita tidak mampu, maka kita kembali lahi ke tahap pelajari. Kemudian apabila kita sudah mampu atau bisa, maka kita buktikan. Setelah itu tidak cukup hanya membuktikan, kita juga harus mampu sampai menghasilkan sesuatu. Setelah menghasilkan baru kita bisa bagikan kepada orang-orang atau siapapun.”
Merry Riana bertanya kembali, “Jadi, kalian melakukan sesuatu sesuai dengan passion kalian. Nah, selain musik apakah ada passion kalian yang lain?” Lalu Endah Widiastuti menjawab, “Selain musik, mungkin hal kami sukai yang lainnya adalah bersepeda. Kami pernah bersepeda ke 7 kota. Seperti diantaranya bersepeda ke Semarang, Salatiga, Solo, itu juga sambil manggung.” Ia menambahkan sambil tertawa, “Untuk kami, sepertinya tidak bisa kalau tidak spontan. Walaupun pun banyak juga rencana.”
Ketika menjawab pertanyaan goals , Rhesa Aditya memberikan jawaban yang kontemplatif, “Tujuan atau goals kami seperti lagu “Menua Bersama”. Dimana sebagai couple goals kami ingin menua bersama. Di musik pun kami ingin bermusik bersama terus. Sebagai musisi, kami ingin menjadi musisi yang terus punya karya-karya baru.” Endah Widiastuti pun menyambung kalimat-kalimat Rhesa dengan mengutarakan, “Kami ingin membangun (karya; pen.)semua bersama, sampai meninggalkan dunia (berkarya dan musik; pen.) bersama.”
Endah n Rhesa mengakhiri dengan memainkan live, single terbaru mereka, berjudul “We”. Saya, istri, dan kedua anak kami pun bernyayi mengikuti. “We are the people, we are the world.. write down the future and make a change..”
Ahmad Muttaqin