Dewantara, Yogyakarta- Tujuh mahasiswa UGM membuat aplikasi COASS untuk memfasilitasi mahasiswa kedokteran gigi profesi atau ko-asistensi (koas) dengan pasien untuk bertemu di dunia maya sesuai kebutuhan dan jadwal perawatan keduanya. Aplikasi COASS ini berhasil menjadi jawara dalam ASEAN Business Model Competition 2017 dan akan mewakili ASEAN di International Business Model Competition di Amerika pada bulan Mei mendatang.
“COASS merupakan platform yang menghubungkan mahasiswa kedokteran gigi yang tengah mengambil pendidikan profesi dengan pasien gigi,” kata Arief Faqihudin seperti dikutip dari rilis UGM.
Arief menjelaskan pengembangan aplikasi ini dimulai sejak awal Januari 2017 lalu.
“Saat mulai membuka user pada awal Maret 2017 kemarin sudah lebih dari 100 koas dan 600 pasien yang melakukan input data. Bahkan, saat ini sudah ada 2.000 kasus yang berhasil ditangani,” imbuhnya.
Menurutnya, kualitas pelayanan tetap bagus meski dilakukan oleh koas. Sebab, praktik koas dipantau langsung oleh dokter gigi profesional sehingga kualitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
“Biaya perawatan jauh lebih murah hingga 50-80% dibanding dokter gigi, tetapi kualitas tetap terjamin karena semua tahapan perawatan yang dilakukan koas terus dipantau dokter gigi profesional,” ungkapnya.
Silva menambahkan pengembangan apilkasi ini berawal dari keprihatinanya akan minimnya jumlah dokter gigi di Indonesia. Jumlah dokter gigi di Indonesia masih berada di bawah rasio ideal WHO.
Menurut WHO, rasio ideal jumlah dokter gigi dengan penduduk yaitu 1:2.000, sedangkan keberadaan dokter gigi dibanding jumlah penduduk Indonesia 1:22.000. Sementara itu, setiap tahun hanya ada tambahan sekitar 600 dokter gigi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
“Lambatnya perguruan tinggi menghasilkan lulusan dokter gigi salah satunya karena keterlambatan dalam pendidikan profesi dokter gigi. Normalnya pendidikan profesi ditempuh 1,5-2 tahun, tetapi hampir 50% mahasiswa menempuh pendidikan ini lebih lama,” ucapnya.
Persoalan sulitnya mahasiswa koas mendapatkan profil pasien yang tepat sesuai kebutuhan menjadi salah satu faktor utama lambatnya pendidikan profesi ini. Ditambah lagi dengan masalah jadwal koas yang tidak sesuai dengan jadwal pemeriksaan pasien. Sementara koas dibatasi oleh waktu.
“Harapannya dengan aplikasi ini memberikan kemudahan bagi koas dan pasien serta mengatasi lambatnya pendidikan profesi dokter gigi karena ketidaksesuaian jadwal keduanya,”harapnya.
COASS.id mengakomodasi koas dari Fakultas Kedokteran Gigi UGM, namun ke depan juga akan disediakan ruang bagi mahasiswa koas dari universitas lainnya di Indonesia. Saat ini, menggandeng Rumah Sakit Gigi dalam melaksanakan perawatan pasien. Selain itu, juga bekerjasama dengan Rumah Zakat dalam penyediaan ambulans untuk mobilitas pasien.
“Nantinya kami juga akan mengembangkan aplikasi ini agar bisa diakses melalui smartphone guna memudahkan akses para pasien,” pungkasnya.
Annisa