Berbicara pemuda, kita bisa belajar dari manajer Chelsea Frank James Lampard. Ia sempat diragukan akan mampu bertahan dan bahkan diprediksi akan menjadi manajer pertama yang akan dipecat pada musim ini. Faktornya cukup banyak, mulai tidak bisa belanja pemain, pemain bintangnya cabut (Hazard), beberapa di antaranya cedera. Lampard hanya disisakan pemain-pemain muda yang namanya belum terlalu terkenal.
Prediksi itu tampaknya terlihat nyata pada beberapa pertandingan ujicoba. Kemenangan chelsea bisa dihitung dengan jari. Memasuki pekan-pekan pertama, Chelsea babak belur menghadapi Manchester United dan klub-klub liga Inggris lainnya.
Tapi ada yang beda dengan Chelsea sebelumnya, Mourinho setidaknya. Chelsea muda (Lampard) tampil impresif, menyerang terus, meski kalah beberapa kali dan minim gol.
Kekalahan-kekalahan yang ditelan Chelsea, tidak membuat Lampard kehilangan kepercayaan kepada pemain mudanya. Meski kursi pelatihnya banyak disorot media. Tapi kesabaran itu membuahkan hasil.
Gabungan pemain muda, kepercayaan diri yang kuat membuat Chelsea memetik kemenangan demi kemenangan yang gemilang. Strategi pertahanan yang baik adalah menyerang, mampu mengantarkan Chelsea ke posisi 4, dengan 26 poin pada pekan ini.
Jadi apa yang bisa dipetik dari Chelsea Lampard:
1. Sudah saatnya manajer-manajer di negeri ini memberikan kepercayaan kepada anak-anak muda.
2. Pertahanan yang terbaik adalah menyerang.
3. Sepak bola adalah pelajaran hidup yang terbaik untuk semua bidang
Kompeten di Bidangnya
Sebaik apapun pemain sepak bola muda, tentu dia hanya akan menjadi terbaik di olahraga sepak bola. Ronaldo tidak akan mampu menjadi pemenang di olahraga bola basket. Walaupun sama-sama bermain bola, dia akan kalah dengan para pemain bola basket yang sudah mumpuni, berjibaku dengan bola basket setiap harinya.
Sama halnya dengan juara UFC McGregor yang keok ketika tarung dengan petinju Floyd Mayweather. Kenapa keok ya jelas, ia bertarung bukan di dunianya. Walaupun sama-sama bertarung, tapi skill tinju dan aturannya berbeda dengan UFC. Kecuali ini di dunia film IP Man. Dia mungkin akan menang ketika bertarung dalam aturan tinju menggunakan kungfu.
Dunia olahraga sama halnya dengan dunia sehari-hari. Termasuk pemilihan nama-nama menteri. Nadiem Makarim, bos gojek, raksasa digital yang konon katanya milik Indonesia (jika benar kapitalisme itu memiliki bangsa) dipilih Jokowi menjadi menteri pendidikan.
Bagaimana bisa Nadiem yang tidak pernah belajar ilmu pendidikan dipilih menjadi menteri pendidikan. Okelah kalau belum pernah belajar tidak apa-apa. Tapi minimal bergerak di bidang pendidikan saja juga tidak. Dua hal yang setidaknya dimiliki pemimpin, pengetahuan dan pengalaman di bidang pendidikan.
Nadiem tidak punya, jadi saya tidak perlu menggambarkan bagaimana nasib pendidikan untuk 5 tahun ke depan. Kedua, dalam olahraga juga. Hampir jarang ditemukan manajer yang tidak berprestasi dipilih kembali. Yang umum adalah dipecat. Dan dia lalu downgrade sendiri ke klub yang lebih kecil dari sebelumnya.
Ini juga bagaimana mungkin, mantan Kapolri Tito Karnavian yang selama ini ketika dia memimpin tidak bisa menyelesaikan kasus-kasus kekerasan jurnalis. Sekarang justru dipilih menjadi menteri dalam negeri. Tidak hanya jurnalis, polisi juga banyak ditemukan menjadi pelaku kekerasan di sektor lainnya.
Bagaimana dengan yang lainnya. Ya silakan dianalisa sendiri. Karena hanya dua bidang itu setidaknya yang saya paham dan saya geluti.
Tabik š