Dewantara – Jakarta, Film Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah (TETA) akhirnya tayang di bioskop setelah tertunda selama setahun akibat pandemic Covid 19. Sutradara Dedi Setiadi berhasil menyuguhkan suasana kesederhanaan dan interaksi yang ‘intim’ antar tokoh dalam film, sebagaimana sinetron “Keluarga Cemara” yang ditayangkan di saluran RCTI pada tahun 1996-2002.
Film Reuni
TETA yang diproduksi oleh Alimi Picture dapat dikatakan sebagai film reuni dari sinetron Keluarga Cemara. Walau tidak menggunakan judul film “Keluarga Cemara”, namun sutradara dan seluruh pemain sinetron Keluarga Cemara kembali bermain dan ambi bagian dalam TETA. Selain sutradara Dedi Setiadi, tokoh Abah kembali diperankan oleh Adi Kurdi dan tokoh Emak kembali diperankan oleh Novia Kolopaking. Begitupun dengan Euis kembali diperankan oleh Ceria Hade, Ara/Cemara kembali diperankan oleh Anisa Fujianti, dan Agil kembali diperankan oleh Pudji Lestari.
Novia Kolopaking dalam acara “Menjelang Senja bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng” di kanal Youtube CakNun.com pada 25 April 2021 menjelaskan, “Film Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah ini tidak ada hubungannya sama sinetron yang dulu (keluarga cemara, red.) secara karya atau film, tapi pemain-pemain di sinetron Keluarga Cemara di TV dulu, kumpul lagi, reuni dalam film Terima Kasih Emak Terima Kasih Abah.”. Lebih lanjut tentang keterkaitan erat antara sinetron Keluarga Cemara dan film TETA, Novia mengatakan, “Tidak bisa (dipisahkan, red.) karena sudah melekat sosoknya, terus rangkaiannya, settingnya, atmosfernya, tidak bisa dilepaskan. Jadi kalau ada orang yang bilang kalau ‘TETA kok kaya sinetron Keluarga Cemara’ ya memang iya. Karena jiwanya sama.”
Pendidikan Nilai-nilai Keluarga
TETA berkisah tentang keluarga. Tentang bagaimana suatu keluarga berkembang, lalu masing-masing anggota keluarga mengalami konflik dan kekecewaan. Akting (alm.) Adi Kurdi dan Novia Kolopaking masih prima dalam berperan sebagai tokoh sentral Abah dan Emak. Dari adegan pembuka film dimana satu keluarga yang menempati rumah sederhana makan rawon dan saling berbagi daging rawon, kita sudah tahu bahwa sepanjang film akting (alm.) Adi Kurdi dan Novia akan menjadi pusat dari film. Tokoh Euis –atau kadang dipanggil oleh Abah sebagai Iis – juga diperankan dengan cukup baik oleh Ceria Hade. Hubungan antara tokoh Euis dan tokoh Bapak Mandor (diperankan oleh Teuku Rifnu Wikana) merupakan konflik utama yang diangkat oleh sutradara Dedi Setiadi.
TETA mengambil setting lokasi di Sukabumi. Tokoh Euis yang sudah punya dua anak, yaitu Nurani (diperankan oleh Novia Syahrani) dan Budi (diperankan oleh Azka Dimas) masih tinggal bersama dengan Abah dan Emak. Dan Euis status pernikahannya sebagai janda. Nurani dan Budi juga melanjutkan usaha Emak dan Euis ibunda mereka dengan berjualan di terminal sambil bersekolah SD. Pisang goreng dan bakwan goreng, yang mereka tawarkan sebagai ‘gorengan sehat’ menggantikan kerupuk opak jualan utama generasi Euis, Ara, dan Agil waktu dulu mereka bertiga masih jualan di terminal. Nurani dan Budi terdidik dalam kesederhanaan di rumah Abah dan Emak, mereka juga berjualan ‘gorengan sehat’ di SD mereka. Abah selalu mendidik setiap anggota keluarga untuk mampu mandiri dan tidak pernah menggantungkan hidup pada orang lain.
Abah yang indera penglihatannya sudah sangat menurun dalam percakapan dengan Emak menyampaikan, “Abah masih sehat, masih punya pemikiran yang sehat, dan masih memiliki semangat yang kuat. Karena itu Abah tidak enak dan malu kalau hanya duduk diam di rumah.” Emak membatasi pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh Abah. Lalu Euis kemudian digoda oleh Bapak Mandor di pabrik tempat Euis bekerja, padahal Euis sedang berusaha mendapatkan uang lebih dengan lebih banyak mengambil lembur di pabrik. Hal itu dilakukan Euis untuk dapat menyenangkan Nurani, anaknya, dengan kejutan. Akhir konflik Euis dengan Bapak Mandor sangat tidak terduga.
Nilai-nilai positif dalam keluarga, seperti kesabaran, semangat bekerja dan berinovasi, dan selalu hadir saat anggota keluarga membutuhkan, dapat terlihat sepanjang film. Lebih jauh, persoalan-persoalan yang dihadapi di dalam keluarga Emak dan Abah juga related atau terhubung dengan persoalan-persoalan anak muda kekinian. Misalnya, bagaimana Emak menasehati tokoh Ceria (diperankan oleh Cut Asyifa) tentang dunia yang terkait pencitraan dan gaya hidup, yaitu sebagai youtuber.

Generasi penerus yang saat ini berusia remaja, yang karena era waktu berbeda tidak dapat menonton sinetron Keluarga Cemara, dapat mengambil manfaat dari film TETA. Begitupun dengan para orang tua yang memiliki anak-anak remaja. Sebagaimana Novia sampaikan dalam Nonton Bareng (Nobar) di bioskop Metropole XXI-Jakarta pada Jumat (14/5/2021), “Saya berharap film ini dapat membawa sedikit manfaat bagi teman-teman yang nonton. Nama saya tertulis sebagai pemain dan produser, tapi uang saya tidak cukup jadi saya pinjam. Pinjam sama Cak Nun.” Seluruh penonton yang hadir di dalam Studio 1 pun tertawa. Novia menutup, “jadi terima kasih kepada Cak Nun yang sudah mendukung saya. Buat teman-teman yang nonton juga sekaligus kado ulang tahun buat Cak Nun. Terima kasih semuanya.”
Ahmad Muttaqin