Dewantara – Asosisasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) kembali memfasilitasi kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan professional guru-guru sejarah di Indonesia. AGSI memulai rangkaian kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) tersebut dengan pembukaan pada Senin (14 September 2020) pada kanal Zoom AGSI sekaligus juga live via kanal Youtube Asosiasi Guru Sejarah Indonesia.
Ketua Pelaksana Dian Aristia Muhammad dalam sambutannya menyampaikan, “Tujuan yang hendak dicapai dalam Diklat antara lain, kesatu meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional, kedua meningkatkan performa guru sebagai pendidik dan pemimpin bagi peserta didiknya, ketiga memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dari antar sesama guru tentang model-model pembelajaran dan teknologi pembelajaran secara daring dan beberapa teknologi pendukungnya, keempat memperkenalkan beberapa teknologi maupun aplikasi multimedia pembelajaran sebagai pembelajaran daring berbasis tugas mandiri maupun terstruktur. Tujuan terakhir adalah memotivasi guru menggunakan metode pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik.”
Dian Aristia Muhammad yang juga merupakan guru sejarah SMAN 1 Sungai Ambawang ini menutup dengan, “Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada . kami sangat memohon dukungan dan bimbingan dari Dirjen GTK (Guru dan Tenaga Kependidikan, red.) Kemendikbud agar kegiatan pengembangan professional guru sejarah dapat terus ditingkatkan. Terimakasih juga kepada narasumber kita Bapak H.M Subandi dan Bapak Gogot Suharwoto, semoga nanti dapat memberikan bekal ilmu bagi guru sejarah mengenai tema Peningkatan Kompetensi dan Karakter Guru , dan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran. Terima kasih juga kepada Presiden AGSI Sumardiansyah, Kepala Departemen Humas dan Publikasi AGSI Endar Priyo dan seluruh panitia Diklat AGSI.”

Pembukaan Diklat: Guru Sejarah Kritis dan Memberikan Solusi
Presiden AGSI Sumardiansyah Perdana Kusuma dalam sambutannya membuka, “Sungguh luar biasa di tengah pandemi kita masih bisa memikirkan orang banyak untuk melakukan kegiatan, yang sebenarnya kita juga sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi inilah yang namanya organisasi kolektif dan kepentingan sosial menjadi misi utamanya. Jadi salam hormat untuk teman-teman panitia (Diklat) yang dengan segala daya dan upayanya sudah merealisasikan gagasan-gagasan kita.” Ia melanjutkan, “Harapannya besar ketika Mas Nadiem Makarim menjadi menteri pendidikan, yaitu untuk menjawab tantangan masa depan.
“Hadirin sekalian, Covid19 ini merupakan sebuah keprihatinan bagi kita. Secara negatif banyak yang dirugikan, struktur sosial, politik, dan ekonomi kita guncang. Namun jika kita mau melihat benang merah secara positif, sesungguhnya Covid19 ini mempercepat terjadinya Revolusi 4.0 dan 5.0. Kita ingat sebelum ada Covid19 semua seminar-seminar di Perguruan Tinggi, kementrian, bahkan di sekolah, orang sibuk membicarakan Revolusi 4.0-5.0, berbicara disrupsi dunia digital. Namun menarik, ketika pikiran-pikiran normatif yang biasa kita seminarkan tiba-tiba harus berhadapan dengan realitas. Makannya saya selalu mengatakan, pada titik tertentu, wabah Covid19 justru mempercepat realisasi dari Revolusi Teknologi 4.0 dan juga Revolusi Kemanusiaan 5.0.”
Sumardiansyah lalu menutup dengan menginformasikan sekaligus mengingatkan, “Sedang ramai dalam beberapa hari ini, penyederhanaan kurikulum oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kita tunggu prosesnya seperti apa. Artinya kita mendukung apa yang baik dari sisi pemerintah, namun di sisi lain kita harus kritis dan memberikan solusi jika memang ada kebijakan-kebijakan yang sekiranya kurang tepat untuk dilakukan. Sebab kita meyakini bahwasannya sejarah itu penting. Sejarah itu memiliki dua alat, tentu saya berharap hal itu dapat dipahami tidak hanya dipahami oleh kita sebagai guru sejarah tapi juga semua stakeholder di Republik ini. Satu sisi sejarah memliki muatan politis, dan sejarah adalah alat pemersatu. Sebab hanya di dalam sejarah lah kita mengenal jati diri kita, identitas kita sebagai suatu bangsa. Dari mana kita berasal, sekarang posisi kita dimana, ke depan mau berjalan ke arah mana. Di tengah krisis multi dimensi, menurut saya sejarah adalah komponen penting untuk kita merekatkan kembali Republik yang hampir terkoyak karena berbagai masalah.” Sumardiansyah kembali menekankan, “Sejarah juga memiliki muatan karakter. Ada banyak keteladanan yang dapat digali dari para pendiri bangsa. Apalagi kalau kita mau jujur, sangat sedikit kita bisa mengambil keteladanan dari para elit dan tokoh yang hidup di masa sekarang. Solusinya tidak ada yang lain, belajar dari sejarah. Belajar dari pelajaran sejarah.”
Sumardiansyah menutup dengan, “Mudah-mudahan pemerintah bisa menaruh perhatian dan juga meyakinkan bahwasannya guru akan selalu berjuang, bahwasannya predikat profesi bukan sesuatu yang asal dilekatkan oleh kita sebagai guru. Melainkan kita guru, sebagai profesi memiliki kompetensi, memiliki profesionalisme, memiliki idealism, serta mampu menjaga harkat dan martabatnya.”
Praptono hadir mewakili Dirjen GTK. “Mudah-mudahan kehadiran saya dapat memberikan jawaban terhadap apa yang tadi disampaikan oleh Presiden AGSI, yaitu bentuk komitmen dan kepedulian kepedulian terhadap organisasi profesi, khususnya asosiasi guru sejarah tentunya sangat penting bagi Kemendikbud. Kedua, kita patut bersyukur karena kita masih diberikan kesempatan untuk memberikan pelayanan kepada anggota organisasi profesi, meningkatkan kompetensi diri, dan tentunya kita berharap menjadi amal sholeh bagi kita semuanya.” buka Praptono.
“Dalam konteks sejarah kita dapat mengambil contoh dari penaklukkan kembali yang dilakukan oleh Salahuddin al Ayubi ketika menaklukkan Palestin. Dan beliau, satu hal yang dilakukan, untuk membangun kekuatan dengan mengingatkan sejarah. Jadi sejarah penting.” Lanjutnya, “Bagaimana para pemimpin negeri ini dapat mengantarkan kita menjadi bangsa yang merdeka, bagaimana bangsa ini dalam perjalanannya harus menghadapi berbagai paham yang bisa merongrong persatuan dan kesatuan bangsa, komunisme dan sebagainya, semua bisa kita dapatkan dari sejarah.”
Praptono pada akhirnya berpesan, “Kepada seluruh guru sejarah Indonesia untuk terus, jangan pernah berhenti meningkatkan kompetensi, bagaimana bisa menghadirkan pelajaran sejarah menjadi pelajaran yang sangat menarik, pelajaran yang sangat berarti. Untuk menjadi benteng dari terjerumusnya sebuah generasi, terjerumusnya suatu bangsa atas kesalahan-kesalahan masa lalu. Dan untuk terus waspada merawat persatuan dan kesatuan bangsa dan menjadikan Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik di masa yang akan datang.”
“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, dengan ini Diklat AGSI, Inovasi Model Pembelajaran dan Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran dalam Pengajaran Sejarah, dengan resmi dibuka.” tutup Praptono.
(Ahmad Muttaqin)