Setelah terhubung Tol Trans Jawa dari Merak hingga Probolinggo, bercabang ke Malang dan jaringan tol di Sumatera. Terutama ruas Tol Bakauheni-Terbanggi-Palembang. Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (168 km) sudah berbayar. Sementara ruas Tol Terbanggi Besar -Palembang hanya bisa beroperasi fungsional. Lumayan bagi pemudik yang akan menuju Palembang bila selama ini menggunakan jalan lintas timur Sumatera bisa ditempuh hingga 12 jam. Jika nanti menggunakan tol tersebut dicapai sekitar 5-6 jam. Belum lagi lewat lintas timur di beberapa ruas masih rawan keamanan. Semoga jika melewati tol ini ada jaminan keamanan.
Pemerintah jangan lengah dengan kehadiran tol tersebut. Akan tetapi juga harus memperhatikan jalur non tol. Belajar dari kasus jalan non tol Jakarta-Cikampek yang dapat dikatakan jarang digunakan perjalanan jarak jauh setelah hadir Tol Jakarta-Cikampek.
Jalan non tol juga harus dirawat seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal yang sama juga berlaku untuk jalan provinsi dan jalan kab/kota.
Kecukupan rambu, marka, penerangan jalan umum dan APILL harus diperhatikan. Pemudik pasti akan menggunakan jalan non tol untuk tiba di tempat tujuannya.
Pemudi pesepeda motor yang rentan kecelakaan untuk jatak jauh, jangan sampai terjadi kecelakaan karena jalannya masih banyak yang berlubang. Waktu istirahat juga harus diperhatikan dengan cermat oleh pemudik roda dua.
Jika malam hati merasa tidak nyaman berperjalanan jauh menggunakan sepeda motor, sebaiknya beristirahat. Rasa kantuk sekejap bisa menjadi penyebab kecelakaan.
Perlintasan sebidang KA dengan jalan raya masih rawan kecelakaan. Utamanya yang berlintas dengan jalan desa atau kabupaten. Tidak terjaga, entah resmi atau lintas. Biasanya yang kerap jadi korban adalah yang jarang melintas.
Saat mudik seperti ini, pemda perlu menambah penjagaan terhadap perlintasan yang selama ini tidak terjaga dengan melibatkan masyarakat sekitar. Kelengkapan rambu dan marka harus dapat perhatian.
Pasar tumpah bisa jadi biang kemacetan. Terutama pasar tumpah yang berada bersisuan dengan jalan raya. Ada penanganan khusus terhadap kebetmradaan pasar ini. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir sistem pencegahan kemacetan di beberapa pasar tumpah sudah lebih baik.
Pemudik yang menuju selatan Jawa juga dapat menikmati jalur selatan Jawa yang hampir selesai.
Simpul transportasi, seperti terminal dan stasiun masih belum disediakan angkutan lanjutan. Buruknya penyelenggaraan angkutan umum di daerah yang jadi penyebabnya. Beda halnya jika pemudik balik ke Jakarta. Tiba di Terminal Pulo Gebang, Stasiun Pasar Senen, Stasjun Gambir atau Stasiun Jatinegara, sudah banyak pilihan angkutan lanjutan.
Berbeda di daerah, yang masih minim itu. Akibatnya, pemudik harus menambah biaya yang terkadang lebih besar dari ongkos perjalanan jauhnya ketimbang angkutan lanjutan.
Mudik gratis menggunakan bus setiap tahun kian bertambah kapasitasnya. Namun disayangkan mengutamakan menggunakan bus pariwisata. Sebaiknya memanfaatkan bus reguler bekerja sama dengan organda. Sisanya, baru menggunakan bus wisata. Bisnis bus reguler terpuruk beberapa tahun ini.
Tempat berangkat mudik bersama tidak menggunakan Lapangan Monas atau Parkir Timur Senayan, misalnya. Gunakanlah Terminal Pulo Gebang yang sebenarnya sudah representatif untuk menampung banyak orang. Dengan membiasakan publik bila berangkat menggunakan bus umum dari terminal penumpang. Bukan dari tempat yang bukan terminal.
Juga kehadiran bus pengangkut mudik bisa dilakukan ramp check oleh petugas terminal yang sudah terlatih. Termasuk pemeriksaan kesehatan pengemudinya.
Mudik yang terencana tidak banyak membawa bencana…..🙏😊
Penulis: Joko Setyowarno, pakar transportasi Unika Soegijapranata Semarang