Dewantara, Cilegon- Kebutuhan untuk mempersiapkan generasi muda, yaitu peserta didik, untuk dapat berkiprah di masa depan merupakan dorongan utama bagi seorang guru. Berpijak dari pemikiran tersebut Yayasan Al-Ishlah Cilegon melaksanakan Great Teacher Training pada 26-27 Januari 2017 di Pondok Pesantren Daarul Ishlah, Kecamatan Jombang-Kota Cilegon.
Kegiatan Great Teacher Training yang mengambil tema “How To Be a Great Teacher” menghadirkan pelatih guru (great teacher trainer) Ferdinal Lafendry. Pada acara pembukaan, Ketua Yayasan Al-Ishlah Cilegon yang juga sekaligus Kepala Bappeda Kota Cilegon, Ratu Ati Marliati dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon, Muhtar Gojali memberikan sambutan. Ratu Ati dalam sambutan dihadapan 100 orang peserta mengatakan “Sebelum membenahi diri, bagaimana kita melihat diri sendiri. Berapapun anggarannya, tetap memerlukan Sumber Daya Manusia yang baik. Sehingga mutu guru harus benar-benar ditingkatkan”. Sementara Muhtar dalam sambutannya mengatakan “Guru sebagai garda terdepan dalam pendidikan perlu memberikan energi positif kepada para peserta didik. Energi positif itulah yang akan membawa peserta didik mengerti pembelajaran, dan nantinya dapat membawa nilai-nilai yang didapatnya dari guru untuk kehidupannya nanti”.

Peserta terdiri dari 100 orang guru, mewakili 5 sekolah yaitu SMP, SMA, SMK, SMP Islamic boarding school, dan SMA Islamic boarding school yang berada di bawah naungan Yayasan Al-Ishlah Cilegon. Peserta mendapatkan materi pelatihan yang variatif dan disampaikan pelatih guru Ferdinal Lafendry. Materi pelatihan disampaikan secara sistematis dan menyenangkan. Dalam rangkaian pelatihan peserta guru selalu tampil dan berbagi kepada peserta lain setiap suatu tagihan materi pelatihan selesai dikerjakan.
Pada hari pertama materi sesi 1 adalah “bagaimana menjadi great teacher”. Pada sesi 1 banyak dibahas tentang prinsip-prinsip menjadi guru terbaik, lalu kunci menjadi guru terbaik yaitu memiliki 1)motivasi; 2)pengetahuan; 3)ketrampilan. Ferdinal Lafendry mengatakan “Great teacher tidak terletak pada lamanya ia mengajar. Karena mengajar 20 tahun bisa jadi adalah mengajar setahun yang diulang-ulang. Apabila ada orang ngomong “guru saya dulu ngajar pakai ceramah, saya sekarang biasa-biasa saja tuh, pinter-pinter saja tuh” maka itu murid-murid zaman dulu, 1970-an. Dan hari ini, apabila anda berhenti berinovasi maka berarti anda berhenti, lalu anda akan jatuh dan terlindas oleh zaman”.

Pada sesi 2 banyak dibahas tentang “Multiple Intellegent” (MI), termasuk di dalamnya membahas gaya mengajar guru dan gaya belajar peserta didik. Pada sesi 3 sudah mulai masuk pada konten pembelajaran, yaitu membahas tentang “apersepsi”.
Pada hari kedua fokus lebih lanjut pada konten pembelajaran. Materi sesi 1 diisi “scene setting” yaitu bagian selanjutnya dari apersepsi, dimana guru memunculkan rasa penasaran dalam diri peserta didik ketika memulai pembelajaran. Materi sesi 2 dan 3 diisi dengan “perangkat pembelajaran”. Dan sesi 4 diisi materi “jenis dan tips dalam metode dan strategi pembelajaran”.
Pada penutupan pelatihan, Pengawas SMA Provinsi Banten, Ismun Darajatiningsih memberikan pengarahan. “Dalam menjalani tugasnya, seorang guru dituntut untuk selalu memiliki 4-C. Yaitu Communication (komunikasi), Competent (kompetensi), Collaboration (kolaborasi), dan Commitment (komitmen). Semoga pelatihan ini membawa kebaikan kepada guru dalam meningkatkan kompetensinya sekaligus membangun dan mengingat komitmennya kembali”. Selanjutnya Sekertaris Yayasan Al-Ishlah Cilegon, Ratu Amalia Hayani menutup kegiatan sambil berpesan “Semoga kegiatan pelatihan yang penuh dengan antusiasme peserta dan rasa cinta yang hadir selama kegiatan pelatihan, dapat diimplementasikan ketika kembali dalam aktivitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah”.
Ahmad Muttaqin