Dewantara – Indonesia dan Singapura siap melakukan kerja sama antara perguruan tinggi kedua negara. Langkah ini untuk mendukung program peningkatan kompetensi SDM serta pendidikan dan pelatihan vokasi yang sejalan dengan implementasi industri 4.0.
Hal itu disampaikan Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto seusai melakukan pertemuan dengan Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura, S. Iswaran, Rabu (9/5).
“Selain menggenjot investasi, Indonesia dan Singapura sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan vokasi, khususnya untuk sektor industri,” ujarnya.
Komitmen kerja sama di bidang pendidikan vokasi, telah terimplementasi melalui penandatanganan MoU antara Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dengan Menteri Pendidikan (Pendidikan Tinggidan Keterampilan) Singapura, Ong Ye Kung pada September lalu di Singapura.
Penandatanganan MoU tersebut disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Selain itu, kerja sama bilateral juga tertuang melalui Technical Arrangement (TA)antara Sekjen Kemenperin dengan Direktur Kampus Institute of Technical Education (ITE) Singapura, dan Collaborative Agreement antara Kapusdiklat Industri dengan ITE Education Services(ITEES) Singapura.
“Langkah tersebut sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi untuk mendororong setiap kawasan industri baru dilengkapi dengan fasilitas pendidikan vokasi,” jelasnya.
Menurut Menperin, ruang lingkup MoU antara lain meliputi pelatihan untuk tenaga pengajar dan pengelola unit pendidikan dan pelatihan vokasi industri, pengembangan kualitas sistem pendidikan vokasi, penyediaan akses dan kesempatan bagi peserta pemagangan industri untuk tenaga pengajar dan siswa, kerja sama pengembangan kurikulum, pengembangan teknologi dan bantuan tenaga ahli serta pengembangan standar kualifikasi.
Sebagai implementasi dari MoU, Menperin menyampaikan, sebanyak 25 kepala sekolah dan guru dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) asal Indonesia telah mengikuti pelatihan kepemimpinan di Kampus ITE Singapura.
Peserta tersebut terdiri dari guru produktif di bidang permesinan, tehnik pemanfaatan instalasi tenaga listrik dan tehnik otomasi industri. Mereka di antaranya berasal dari SMK di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Smart Embassy
Dalam kunjungan kerjanya ke Negeri Singa, Menperin didampingi Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan serta Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara, menyempatkan untuk mengunjungi Kantor Kedutaan Besar RI (KBRI) di Singapura.
“Kami melihat Smart Embassy KBRI di Singapura, sangat penting untuk meningkatkan pelayanan publik KBRI dan penting untuk diaplikasikan di kantor-kantor perwakilan Indonesia di luar negeri,” ungkap Airlangga seusai bertemu dengan Dubes RI untuk Singapura Ngurah Swajaya.
Menperin juga menginginkan, inovasi dari KBRI Singapura tersebut dapat mendukung pemasaran bagi produk-produk Indonesia. Hal ini untuk membantu perluasan pasar ekspor.
Ngurah menjelaskan, Smart Embassy yang dibuat sejak tahun 2016 ini merupakan inovasi dari KBRI Singapura untuk melayani tenaga kerja Indonesia (TKI). Layanan berbasis teknologi ini, mempermudah TKI untuk mendapatkan pelayanan, informasi pendidikan, hingga mendaftar BPJS Ketenagakerjaan.
“Smart Embassy bertumpu pada aplikasi pekerja Indonesia di Singapura (I-PIS). Selain mempermudah, layanan ini juga diperuntukkan bagi KBRI untuk mendata para TKI di negara masing-masing,” jelasnya.
Dalam memberikan layanan Smart Embassy ini, KBRI di Singapura juga meluncurkan Kartu Pekerja Indonesia Singapura (KPIS), salah satunya untuk memberikan informasi terkait lowongan kerja di Singapura.