Dewantara – Menteri Pendidikan Umum Sudan Selatan Deng Deng Hoc Yai mengatakan ada 464.844 anak mendaftarkan diri kembali di sekolah dasar di bawah program yang didukung oleh PBB. Anak-anak itu sebelumnya terpaksa putus sekolah karena konflik.
Kendati demikian, Deng Hoc menilai perlu meningkatkan pendaftaran melalui penambahan pusat-belajar sementara yang didukung oleh UNICEF di bawah Dinas Pendidikan Darurat Dasar (IEES), proyek tiga-tahun di bawah EEP.
“Kita perlu berbuat lebih banyak sebab ada laporan yang diproduksi Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan (UNESCO) buat Kementerian (Pendidikan) bahwa ada dua juta anak yang putus sekolah dan jumlah ini tampaknya akan bertambah jadi 2,4 juta anak jika kita tak berbuat apa-apa,” kata Yai di Juba, selama peluncuran program tersebut.
Yai mengatakan mereka perlu menyediakan ruang-belajar sementara untuk melayani lebih banyak anak usia sekolah di daerah pedesaan, tempat tersedia sedikit sekolah, demikian laporan Xinhua.
Ia mengungkapkan banyak masyarakat di Sudan Selatan tidak sepenuhnya menghargai pentingnya dan nilai pendidikan. Hal ini karena orang Sudan Selatan masih konservatif dan sebagian besar masyarakat memiliki sedikit orang yang terpelajar.
“Kita belajar terlambat tapi kita perlu melipat-gandakan upaya kita. Kita perlu melompati negara lain, kita tak perlu mengikuti langkah awal mereka tapi kita mesti memulai dari tempat mereka sekarang dan bergerak maju. Itu berarti menyediakan pendidikan yang berkualitas buat setiap orang,” katanya.
Sebanyak 2,2 juta anak putus sekolah akibat kerusakan dan penjarahan gedung sekolah selama konflik lebih dari empat tahun, yang membuat jutaan orang lagi meninggalkan rumah mereka, sehingga sebagian anak terdampak secara psikologis.
Proyek IEES tersebut dirancang untuk meningkatkan daya serap kebanyakan anak lelaki dan perempuan yang rentan di sekolah dengan menyediakan kesempatan belajar yang berkelanjutan dan bertujuan meningkatkan hasil kegiatan belajar-mengajar, tingkat perlindungan, keuletan dan pemulihan sebanyak 300.000 anak lekai dan perempuan lagi yang hidup di tengah konflik rusuh.
Andrea Suley, Wakil UNICEF di negeri itu, mengatakan pemerintah dan mitra pembangunan memiliki peran pelopor dalam menjamin anak-anak bisa belajar dalam suasana aman dan terlindungi.
Wendy Wheaton, penjabat Direktur Pendidikan Sudan Selatan di Biro Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat untuk Afrika, mengatakan sejak perang meletus, proyek tersebut telah menjadi saluran kehidupan buat 165.000 anak lelaki dan perempuan yang bertekad untuk melanjutkan pelajaran.
Perempuan itu mengatakan Sudan Selatan telah memperoleh banyak manfaat dari program pendidikan darurat sejak program tersebut diterima pada Mei 2014, tapi masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan standar pendidikan. Sebab Sudan Selatan memiliki angka tertinggi anak putus sekolah di dunia.
Sementara itu, Michael Lopuke Lotyam, Wakil Menteri di Kementerian Pendidikan, mengatakan program tersebut telah meningkatkan pendaftaran sekolah dari 900.000 anak pada 2014 jadi setidaknya 1,6 juta anak yang saat ini mendaftar sekolah. (antara/xinhua).