Variathus adalah pemimpin rakyat Lusitania dalam melawan ekspansi Romawi di daratan Hispania sebelah barat, atau disebut juga wilayah Semenanjung Iberia sebelah barat. Variathus tercatat dalam sejarah berhasil membangun aliansi dengan kelompok-kelompok suku, yaitu Lusitania, Vetton, dan Celtiberia (suku Celtic yang bermigrasi ke Iberia) di Semenanjung Iberia, dimulai dengan perjuangannya di hutan-hutan Lusitania, semata-mata untuk memberontak terhadap kekuasaan Romawi yang mencekik kehidupan rakyat di Semenanjung Iberia.
Penggembala yang Melawan
Variathus lahir dari suku Lusitania, dan kemudian masyur dengan gelar ‘protector of Hispania’. Ia merupakan penggembala yang bertransformasi menjadi prajurit dan pejuang karena menyaksikan dan mengalami kekejaman pasukan Romawi.
Pendudukan Romawi – dalam bentuk Republik Romawi – di Lusitania dimulai pada tahun 149 SM. Penolakan Bangsa Lusitania untuk patuh kepada Romawi memiliki konsekuensi tragis yaitu Pembantaian Galba di Hispania Barat, dimana pasukan Romawi dipimpin oleh Servius Sulpicius Galba. Awalnya, Galba datang ke Hispania dan langsung memerangi suku Lusitania yang bergabung dengan musuh bebuyutan Romawi di Hispania, yaitu suku Celtiberia. Serangan Galba pertama pada tahun 151 SM belum berhasil dan menyebabkan 7.000 pasukan Romawi tewas. Setahun kemudian Galba kembali memerangi suku Lusitania.
Bangsa Lusitania kemudian mengajukan perdamaian, dengan mengakui kesalahan telah melawan pasukan Romawi. Galba menemui utusan Lusitania dan kemudian menyetujui bahwa bukan merupakan kesalahan rakyat Lusitania bahwa mereka memerangi Romawi, jadi Galba menekankan supaya rakyat Lusitania menjadi sekutu bagi Romawi dan sebagai imbalan rakyat Lusitania akan menerima kawasan dengan tanah subur untuk mereka kuasai.
Galba menjanjikan tanah subur di suatu lokasi, lalu Bangsa Lusitania setuju. Rakyat Lusitania kemudian bergerak menuju tanah yang dijanjikan dalam tiga rombongan. Ketika mereka tiba di tempat yang telah dijanjikan, rakyat Lusitania kemudian diserang dan dibantai oleh pasukan Romawi yang dipimpin Galba. Sejumlah 10.000 Bangsa Lusitania tewas. Sedikit rakyat Lusitania yang selamat dari Pembantaian Galba (tahun 150 SM), salah seorang dari yang sedikit itu adalah Variathus, yang kemudian akan membalas penderitaan yang telah diderita oleh saudara sebangsa-nya.
Pada tahun 146 SM Bangsa Lusitania mengangkat Variathus sebagai pemimpin mereka. Beberapa saat sebelum diangkat, Variathus menyelamatkan sejumlah pejuang Lusitania yang terdesak oleh pasukan Romawi. Variathus mengajak Bangsa Lusitania untuk mengingat penghianatan Romawi dan menolak apapun tawaran Romawi. Ia kemudian mengubah gerombolan pengungsi menjadi pasukan perlawanan. Dan kemudian menjadi ‘hantu’ bagi pasukan Romawi dengan strategi gerilya-nya.
Variathus mulai berpikir untuk menghancurkan kekuatan Romawi di Hispania Ulterior. Hal itu berarti perlu menyingkirkan pemimpin baru pasukan Romawi di Hispania Ulterior Gaius Vetilius.
Variathus Semakin Dikenal
Pada malam hari, Variathus dan pasukan kavalerinya (masa itu menggunakan kuda) menyelinap untuk bergabung dengan pasukan infantrinya. Vetilius mengejar namun pasukan legioner Romawi – yang lengkap dengan baju zirahnya – tidak mampu mengejar kecepatan pasukan Lusitania yang bersenjata ringan.
Variathus menjaga jarak, memancing pasukan legioner Romawi ke lembah Sungai Babesula, sampai pasukan Romawi – yang berbaris berkolom-kolom – tersudut sepanjang tepi sungai yang sempit, diapit oleh semak belukar dengan kemiringan tertutup di satu sisi dan jurang pada sisi yang lain. Dari jebakan itu, pasukan Variathus melompat mengejutkan, lalu memposisikan pasukan pasukan kavalerinya mengepung pasukan Romawi dari arah depan, sementara pasukan rakyat Lusitania melontarkan lembing (sejenis tombak) lalu mendekatkan jarak untuk pertarungan menggunakan pedang yang ditempa pendek atau falcata yang mematikan. Pasukan Romawi berhasil meloloskan diri walau sebelumnya harus kehilangan 4.000 korban tewas, atau separuh dari jumlah total pasukannya.

Nama Variathus semakin dikenal, dan makin banyak kelompok suku-suku yang bergabung ke sisinya. Ia menjadi sosok pemimpin yang bahkan Romawi pun tak sanggup mengalahkannya. Variathus selalu membagi harta jarahan perang secara adil, bahkan memberikan bagiannya sendiri kepada pejuang-pejuang yang paling berani.
Pada 146 SM Variathus masih mempraktikkan strategi gerilya dan mengalahkan Romawi di Gunung Veneris (disebut juga Gunung Venus). Dimana 300 pasukan Lusitania berhasil memukul mundur 1.000 pasukan Romawi.
Romawi Kuat Kembali
Kemenangan Romawi dalam Perang Macedonia Keempat (149-148 SM) dan Perang Punik Ketiga (149-146 SM) membebaskan sebagian beban pasukan Romawi, sehingga mereka dapat lebih fokus ke Hispania Ulterior. Pada tahun 145 SM seorang konsul Romawi, Fabius Maximus Aemilianus, tiba di Hispania Ulterior bersama sekitar 7.000 pasukan infantri dan 2.000 ekor kuda. Fabius memanfaatkan waktu untuk melatih pasukannya menghadapi pertempuran skala kecil. Pada 144 SM ia langsung bertempur dengan Viriathus dan memperoleh hasil cukup baik dengan membakar 2 kota. Ketika fabius digantikan oleh Quintus Pomperius, Variathus kembali menang dengan menyergap Quintus di dekat Gunung Venus.

Pada 142 SM arah perang berbalik lagi ketika saudara laki-laki Fabius, yaitu seorang konsul Fabius Maximus Servilianus datang dan bertempur menggunakan 20.000 orang pasukan dan mengejar Variathus dekat Itucci. Dalam serangan baliknya, Variathus menewaskan 3.000 orang pasukan Romawi. Walau demikian, karena kelelahan akibat pengejaran, Variathus mundur dari dari wilayah Hispania bagian tengah menuju Lusitania. Di belakangnya mengikuti Servilianus, yang kemudian mengepung Kota Erisiana. Variathus kemudian datang untuk menyelamatkan kota, lalu berhasil mengepung pasukan Romawi yang juga sudah lelah. Namun kemudian Variathus menawarkan syarat-syarat perjanjian damai.
Variathus hanya menuntut Romawi untuk memghormati perbatasan Lusitania, dan Lusitania menjadi amici populi Romani, atau ‘teman Bangsa Romawi’. Walaupun Servilianus menerima dan kemudian Senat mengesahkan, harga diri Bangsa Romawi sulit untuk memaafkan si pemimpin gerilya yang telah membuat Romawi sampai harus ‘berendah hati’.
Romawi pada perkembangan selanjutnya kembali memprovokasi Lusitania sampai pecah perang lagi pada 140 SM. Saudara laki-laki dari Sevilianus, seorang konsul Q.Servilius Caepio yang mengambil alih Hispania Ulterior. Ia kemudian mengejar Variathus sepanjang wilayah Carpentania, Lusitania, dan Vetton. Sepanjang jalan yang dilalui pasukan Romawi membuat kerusakan. Ketika Caepio mendapat tambahan kekuatan pasukan yang dikirim Popilius Laenas dari Hispania Citerior, maka Bangsa Lusitania sudah mengajukan perdamaian. Laenas mensyaratkan penyerahat para disertir atau tentara Romawi pembelot, dan menuntut Bangsa Lusitania menyerahkan senjata.
Ketika para disertir diserahkan, mereka dihukum potong tangan. Namun Variathus keberatan untuk menyerahkan senjata. Ia pun mengutus 3 sahabatnya, Audax, Ditalco, dan Minuros untuk bernegosiasi dengan Romawi.
Akhir dari Variathus
Variathus yang telah bertahun-tahun berhasil mengakali musuh-musuhnya, tapi gagal mengenali musuh dalam selimut. Setelah bernegosiasi dengan Romawi, ketiga “sahabat” Variathus kembali dan menemui Variathus di tendanya. Mereka menipu penjaga, dan membunuh Variathus dalam tidurnya. Pasukan Variathus baru mengetahui kematian pemimpinnya pada pagi hari. Dan ketiga konspirator telah beranjak ke pasukan Romawi, mengharapkan bayaran.

Tanpa Variathus, Bangsa Lusitania menyerah kepada Laenas pada 139 SM. Beruntung Laenas menepati janjinya memberikan tanah pertanian bagi sebagian rakyat Lusitania dan memindahkan sebagian lainnya ke wilayah-wilayah baru. Lusitania tetap menjadi wilayah/negara bebas sampai era kekuasaan Kaisar Augustus (berkuasa 27 SM-14 M) ketika penaklukkan seluruh bagian Hispania selesai.
Sumber:
- Barbarian Rising; History Channel
- eu
Ahmad Muttaqin