Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Apa Kabar Pemanasan Global ?

dewantara.id by dewantara.id
April 24, 2018
in Opini
0
Badai mendekati kawasan Anna Bay di New South Wales - Australia, tahun 2008 sumber: wikipedia commons

Badai mendekati kawasan Anna Bay di New South Wales - Australia, tahun 2008 sumber: wikipedia commons

53
SHARES
588
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Pemanasan global telah terjadi. Itu faktanya. Dan tahun 2018 bukan tahunnya lagi kita dan masyarakat dunia untuk berdebat apakah pemanasan global “benar-benar terjadi” atau tidak.

Fakta Pemanasan Global Terbaru

Apabila kita menggunakan idiom masyarakat Amerika Serikat dalam film-film hollywood bahwa “what happen in Vegas, stays in Vegas”. Maka berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Kutub Utara tidak seperti apa yang terjadi di Las Vegas. Sebaliknya, apa yang terjadi di Kutub Utara – terutama mencairnya gunung-gununges di sana – tidak akan hanya tertinggal di sana. Peristiwa mencairnya gunung-gunung es di Kutub Utara – yang terutama disebabkan oleh pemanasan global – akan memiliki pengaruh yang menyebar ke seluruh dunia.

Proses mencairnya bongkahan-bongkahan gunung es di Kutub Utara berlangsung dalam skala yang variatif. Dapat berupa tetesan air dari bongkahan es, dapat pula berupa aliran air seperti sungai yang mengalir.

Menurut para ahli, 80% efek pemanasan global yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir disebabkan oleh tindakan manusia. Tindakan manusia tersebut terutama terkait dengan produksi Co2 yang memenuhi atmosfer. Pada tahun 1950 kadar C02 dalam udara di dunia berkisar 300 ppm (part per million), dan pada tahun 2013 mencetak rekor tertinggi 400 ppm (CNN, 17 Juli 2017). Dan seperti yang kita pelajari dalam bab atmosfer pada pelajaran geografi di SMA, bahwa tingginya kadar CO2 mendorong terjadinya pemanasan global.

Sebagaimana para guru, buku-buku, dan video di youtube menjelaskan kepada kita. Bahwa gumpalan CO2 yang melayang-layang di atmosfer bumi (lebih tepatnya pada bagian troposfer dari atmosfer) akan menjadi gas rumah kaca yang akan mem-blok panas yang seharusnya dipantulkan kembali ke luar angkasa dari bumi. Panas yang tertahan di troposfer itulah yang akan membuat suhu bumi menghangat dan pada perkembangan selanjutnya meningkatkan suhu udara di bumi alias pemanasan global.

Data National Aeronautics and Space Administration (NASA) mencatat suhu bumi terpanas pada bulan Juli 2017. Suhu bumi naik 0,83 derajat celcius dibanding tahun 1941 sampai 1980. Kenaikan suhu bumi langsung berimbas pada kenaikan permukaan air laut, yaitu pada bulan Juli tahun 2016 terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 84,8 mm dibandingkan tahun 1993. Hal itu berarti terjadi kenaikan permukaan air laut setinggi 3,4 mm per tahun.

Ancaman Pemanasan Global Bagi Negara-negara

Melalui basecamp penelitian yang ada di Kutub Utara masyarakat dunia dapat mengetahui bahwa sudah muncul gletser-gletser baru, yang mengalir di bawah permukaan daratan es. Peningkatan jumlah es yang mencair otomatis mengakibatkan peningkatan jumlah air di muka bumi. Pada perkembangan selanjutnya hal itu juga berpengaruh pada tingkat kelembapan udara.

Tahap berikutnya dari tingginya kadar air dalam udara adalah kekuatan bencana alam. Jumlah air yang menggeser keseimbangan kelembapan di udara dapat berimplikasi pada peningkatan kapasitas suatu badai.

Menurut para ahli, masyarakat dunia sering salah paham dalam mengaitkan antara pemanasan global dengan bencana alam. Anggapan bahwa pemanasan global adalah “penyebab’” bencana alam adalah kurang tepat, karena yang sebenarnya terjadi adalah pemanasan global “meningkatkan level” bencana alam.

Peningkatan level bencana alam akan dapat kita ambil contoh dari skala badai-badai yang terjadi di dunia. Proses terciptanya badai dimulai dengan perpindahan panas dari air laut ke udara melalui proses penguapan (evaporasi). Dengan makin hangat atau panasnya suhu air laut maka tingkat perpindahan melalui penguapan meningkat. Dan tindakan manusia makin membuat suhu bumi meningkat.

Berdasarkan fakta tersebut maka apabila terjadi Badai Sandy pada 2012 di bagian timur Amerika Serikat dengan skala 2, lalu ada Badai Fengsen pada 2008 di Filipina dengan skala 3, maka kemungkinan pada tahun-tahun berikutnya skala badai-badai akan meningkat menjadi skala 4 atau 5 (skala 5 merupakan skala tertinggi dengan kecepatan angin di atas 250 km/jam). Sebagaimana kita dapat menyaksikan pada tahun 2017 dua badai besar sudah melanda Amerika Serikat, yaitu Badai Harvey dengan skala 4 dan Badai Irma dengan skala 5.

Kondisi bencana alam, terutama yang terkait langsung dengan pemanasan global seperti badai, telah menunjukkan bahwa pemanasan global juga berimbas kepada keselamatan ummat manusia maupun keselamatan dan keamanan suatu bangsa. Lebih lanjut, pada konteks eksistensi suatu negara, dengan meningkatnya permukaan air laut maka negara-negara kepulauan seperti Maladewa, Kepulauan Solomon, Fiji, Filipina, Kanada, Jepang, dan Indonesia akan terancam kehilangan daratan dari pulau-pulaunya.

Sekarang tinggal terserah kepada para pemimpin negara-negara di dunia. Juga terserah kepada tiap-tiap manusia yang hidup pada era ini. Apakah akan bertindak, atau bersiap menerima konsekuensi yang lebih parah?

 

Ahmad Muttaqin, M.Pd

Guru SMAN 3 Cilegon, Dosen Akademi Farmasi Al-Ishlah Cilegon

Tags: BumiGlobal WarmingPemanasan Global
Tweet13Share21Share5Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version