Ibarat kata-kata mutiara “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya” maka artikel sejarah – terutama yang ditulis secara populer- merupakan salah satu jembatan untuk mengetahui jasa para pahlawan. Sifat sejarah sebagai suatu peristiwa yang einmaligh telah membatasi peristiwa sejarah sebagaimana adanya, tidak dapat dirubah. Disitulah peran penting dari tulisan sejarah atau artikel sejarah populer untuk menggali dan memberikan interpretasi.
Bukan Menghapal Fakta, Tapi Menginterpretasi Fakta
Guru sejarah yang menggunakan model pembelajaran yang baik tidak akan menyuruh peserta didik untuk menghapal materi sejarah maupun fakta-fakta sejarah. Selain terlalu banyak yang nantinya perlu dihapal, penulis pikir gurunya sendiri tidak akan hapal. Bayangkan apabila di mata pelajaran Sejarah Wajib pada jenjang SMA atau Sejarah Indonesia pada jenjang SMK, ketika membahas perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan asing saja sudah cukup banyak fakta – yang kalau memang harus – untuk dihapal. Dari perlawanan-perlawanan di berbagai terhadap Spanyol dan Potugis, dilanjutkan dengan perlawanan terhadap Belanda yang mencakup perlawanan terhadap Verening Oost-Indische Compagnie (VOC) dan kemudian pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Bukankah terlalu banyak nama tokoh, angka tahun dan penyebab pemberontakkan? Lalu bagaimana pula ketika membahas Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, bukankah lebih banyak nama prasasti dan nama tokoh atau raja-raja lagi?
Oleh sebab itulah, lebih baik apabila peserta didik diajak bukan menghapal tetapi melakukan interpretasi terhadap fakta sejarah. Melalui strategi interpretasi dalam pembelajaran itulah diharapkan peserta didik menemukan hal yang relevan dan aktual dari peristiwa sejarah pada masa lalu, untuk kemudian diambil konteksnya pada masa kini. Nah, dengan demikian akan terbangun kesadaran sejarah. Pada perkembangan selanjutnya ranah pengetahuan tentang fakta sejarah akan berkembang juga pada ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) pada mata pelajaran Sejarah Wajib maupun Sejarah Indonesia tersebut.
Interpretasi tentu bukan sembarang interpretasi. Sebagaimana J. Garraghan (dalam Kuntowijoyo; 2005) menjelaskan ada lima metode interpretasi, yaitu secara verbal, teknis, logis, psikologis, maupun faktual.
Interpretasi verbal berkaitan dengan bahasa, perbenadaharaan kata (vocabulary), tata bahasa, konteks, dan terjemahan. Interpretasi teknis mendasarkan pada dua pertimbangan terhadap suatu dokumen, pertama tujuan penyusunan dokumen dan kedua bentuk tulisan persisnya. Interpretasi logis yaitu menafsirkan subuah dokumen secara logis. Interpretasi psikologis merupakan suatu usaha menginterpretasikan suatu dokumen melalui kacamata si pembuat dokumen. Interpretasi faktual yang menekankan pada fakta-fakta kejadian yang sebenarnya.
Sifat Artikel Sejarah Populer
Artikel sejarah populer diharapkan mengisi kebutuhan masyarakat umum yang tertarik terhadap sejarah maupun akademisi jurusan sejarah terhadap ulasan pertistiwa sejarah. Dengan makin berkembangnya akses teknologi informasi saat ini, kehadiran artikel sejarah secara daring dapat menjadi “vitamin wawasan” di tengah berita-berita dangkal tentang politik praktis maupun kabar-kabar palsu (hoax) . Apalagi artikel-artikel sejarah populer yang dibaca dalam bentuk majalah maupun koran, tentunya dapat menambah wawasan tentang berbagai perkembangan sejarah masayarakat dunia, khususnya Indonesia.
Sebagaimana di negara Inggris ada newsletter “History Today”, ada juga kantor berita BBC yang punya cabang newsletter tentang sejarah. Sehingga newsletter-newsletter tersebut menjadi bagian dari santapan wawasan masyarakat Inggris tentang sejarah bangsa mereka. Di Amerika Serikat bahkan ada channel TV: “History”. Di Indonesia juga sudah ada majalah yang mengangkat sejarah sebagai platform. Ada Majalah Prisma dan Majalah Historia. Beda diantara keduanya adalah, Prisma lebih tampil sebagai jurnal ilmiah tentang peristiwa-peristiwa sejarah, sedangkan Historia lebih tampil sebagai majalah sejarah dengan artikel-artikel sejarah populer yang lebih nge-pop.


Penulis berasumsi bahwa sebagai tambahan sumber belajar mata pelajaran sejarah di sekolah maupun bacaan masyarakat umum, artikel sejarah populer lebih memiliki gaya bahasa yang komunikatif sehingga mudah dipahami. Kuncinya ada pada gaya bahasa dan sudut pandang (angle). Kalau mencontohkan artikel sejarah populer ciri angle nya, misal membahas seorang Soekarno. Dengan sangat banyaknya aspek yang dapat ditulis dari ketokohan seorang Soekarno, maka angle akan membawa pembacanya melihat Soekarno dari sudut pandang yang mana, bisa Soekarno sebagai orang yang diasingkan di hari-hari tuanya, atau bahkan Soekarno dengan sejumlah perempuan yang pernah menjadi istrinya.
Apapun tema yang mau dituliskan, sebagaimana pernah disampaikan Bonnie Triyana, Pemimpin Redaksi Majalah Historia, bahwa artikel sejarah populer memiliki empat sifat. Pertama, faktual; yaitu mengangkat fakta yang sesungguhnya terjadi. Kedua, kontekstual; yaitu bersifat eksplanatif, menjelaskan duduk perkara. Ketiga, relevan-aktual; memiliki kesamaan pola dengan kekinian. Keempat, kontemplatif; mengajak pembacanya untuk merenungkan kembali.

Melalui masyarakat yang lebih tercerdasakan dan memiliki kesadaran sejarah, diharapkan bangsa Indonesia selalu teguh ditengah gelombang globalisasi dunia maupun globalisasi regional (baca: Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dengan demikian, benar kata-kata sejarawan Anhar Gonggong, “Sejarah tidak pernah penting di kelampauannya, tetapi pada sumbangsihnya pada masa depan”.
Ahmad Muttaqin