Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Guru, Siapkah Anda Berhadapan dan Bersaing dengan Aplikasi Pembelajaran Daring? (2)

dewantara.id by dewantara.id
October 25, 2018
in Opini
0
Guru, Siapkah Anda Berhadapan dan Bersaing dengan Aplikasi Pembelajaran Daring? (2)

sumber: Ahmad Muttaqin

85
SHARES
943
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Para pendidik (baca: guru dan/atau dosen) sudah mengetahui bahwa ilmu pendidikan sudah berkembang pesat. Pendekatan pendidikan makin berkembang, sampai berpengaruh ke perencanaan pembelajaran (konkritnya melalui RPP atau SAP), strategi belajar mengajar (konkritnya melalui metode dan model pembelajaran), sampai kepada evaluasi pembelajaran serta tindak lanjut hasil pembelajaran.

Pemerintah pun sudah merespons, setidaknya sejak tahun 2004 melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pemerintah mulai ‘nggeh’ untuk mengejar target “kompetensi” dan tidak lagi pada “materi pelajaran”. Upaya transformasi pembelajaran pun dilakukan, biasanya melalui pelatihan-pelatihan pengembangan kurikulum di setiap daerah, meliputi setiap jenjang baik SD, SMP, SMA, sampai SMK. Kurikulum kemudian berubah menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) dan Kurikulum 2013. Lalu istilah pembelajaran seperti “kompetensi inti”, “kompetensi dasar”, maupun “indikator pencapaian kompetensi” menjadi pembahasan rutin dalam setiap rapat dinas pendidikan, pelatihan, maupun kegiatan MGMP.

Tapi pertanyaan terbesarnya, “sudahkah guru berubah dalam melakukan pembelajaran di kelas?” dan “sudahkah pembelajaran di kelas bertransformasi menjadi pembelajaran yang PAIKEM ?”

Capaian Belajar Peserta Didik Kita

Cara mengukur capaian belajar yang menurut saya cukup objektif dan sederhana adalah dengan menggunakan peringkat Programme for International Student Assessment (PISA). Survei PISA melibatkan 72 negara, menggunakan tolak ukur kompetensi membaca, kompetensi matematika, dan kompetensi sains, serta memilih responden berumur 15 tahun secara acak. Bahkan hasil survey PISA tahun 2012 juga yang dijadikan landasan bagi pemerintah untuk menerapkan Kurikulum 2013 (K-13).

Hasil PISA tahun 2012, Indonesia menempati peringkat 71 dari 72 negara. Lalu, pada PISA tahun 2015, Indonesia peringkat 69 dari 76 negara. Secara kasat mata ada peningkatan memang, namun secara keseluruhan Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) lainnya, termasuk Vietnam dan Thailand. Namun demikian, empat kesimpulan dari pemerintah terhadap hasil PISA tahun 2015, berbunyi 1)meski peningkatan capaian Indonesia cukup signifikan, namun capaian secara umum masih di bawah rerata OECD, 2)bila peningkatan ini terus kita pertahankan, maka pada tahun 2030 capaian kita akan menyamai OECD, 3)hal yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan tindak lanjut berdasar diagnosa yang dihasilkan dari survei diagnostik PISA, 4)siswa harus dibiasakan dengan soal-soal kecakapan berpikir orde tinggi (HOTS).

Akankah Guru-guru Konservatif Bertahan ?

Penulis dalam opini yang singkat ini tidak mampu berbicara lebih detail tentang kompetensi guru dalam melakukan pembelajaran. Data kuantitatifnya harus berdasarkan penelitian ataupun jurnal-jurnal pendidikan. Data kualitatifnya pun harus mengecek di tiap-tiap sekolah maupun dinas pendidikan kota/kabupaten maupun provinsi. Namun izinkan penulis berbicara melalui yang penulis tahu dan amati sekilas.

Bahwa ketika berbicara kompetensi dan budaya kerja guru, masih banyak yang perlu diperbaiki. Mulai dari yang paling mudah diukur, seperti jam datang dan jam pulang guru di sekolah, sampai pada apa saja yang guru kerjakan di sekolah, lalu seperti apa guru mengimplementasi K-13 di kelas-kelas, lalu sejauh mana guru melakukan rangkaian proses pembelajaran (perencanaan, strategi pembelajaran, evaluasi, dan tindak lanjut evaluasi), dan seberapa sering guru melakukan penelitian kelas.

Guru hari ini tidak cukup hanya memiliki ijazah S-1 atau S-2 dan sertifikat pendidik. Yang terpenting, guru hari ini, harus memiliki kemampuan mendidik peserta didik yang memiliki ketrampilan abad 21. Pembelajaran abad 21 menurut UNESCO meliputi pilar to know, to do, to be, dan to live together. Maka dari itu membutuhkan peserta didik yang tertanam Critical thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration.

Seiring dengan kemampuan belajar secara Critical thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration, maka kemampuan peserta didik untuk mengakses media informasi meningkat. Guru perlu mendukung dan bahkan meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap media informasi dan teknologi. Hasil yang juga diharapkan adalah generasi peserta didik yang literate, bukan hanya dalam hal membaca buku, namun juga literate dalam hal media informasi dan teknologi informasi-komunikasi.

suasana belajar di lembaga kursus English First pada program trial class pada 22 Juli 2018 di Kota Cilegon. Nampak pembelajaran yang interaktif dengan menggunakan media audio-visual. sumber: Ahmad Muttaqin
Mengingat tipe belajar setiap individu berbeda-beda, ada yang audio, ada yang visual, dan ada yang kinestetik. Maka bagi yang tipe belajarnya kinestetik perlu untuk bergerak atau terlibat dalam pembelajaran. Seperti di gambar ini, peserta didik terlibat dalam memasak. Sumber: Ahmad Muttaqin

Berarti guru yang memiliki mind-set konservatif (dalam arti menginginkan kondisi ‘status quo, serta malas keluar dari ‘zona nyaman’) sudah tidak pantas dan tidak layak lagi ada di kelas. Karena untuk mendidik peserta didik yang memiliki ketrampilan abad 21 tidak dapat ditolerir lagi pola pengajaran yang teacher oriented. Dengan demikian, maka guru-guru yang memiliki mind-set progresif lah yang akan dibutuhkan dan dicari oleh para peserta didik. Progresif dalam arti kata ‘selalu berusaha merubah kondisi menjadi lebih maju’.

Dan hubungan antara keberadaan guru-guru yang ber-mind set progresif akan saling melengkapi. Apabila sekolah mengadopsi sistem ujian dan penilaian secara daring, maka guru-guru ber-mind set progresif akan menjadikan hal itu mempermudah mereka, sedangkan mereka sendiri tetap melakukan analisis butir soal. Apabila peserta didik menggunakan video pembelajaran dari guru lain yang dianggap memiliki cara baru, maka guru-guru ber-mind set progresif tetap akan memberikan konsep-konsep yang lebih komprehensif lagi.

 

Ahmad Muttaqin, M.Pd

Guru SMAN 3 Cilegon

Tags: guruKonservatifPISAProgresif
Tweet21Share34Share9Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version