From zero to hero
Harry Potter adalah fenomena fiksi abad-21. Novel yang ditulis oleh JK Rowling ini telah terjual lebih dari 400 juta kopi pada tahun 2008, diterjemahkan dalam 67 bahasa dan diadaptasi ke dalam film. Hampir tidak ada orang di dunia ini yang tidak terkena demam Harry Potter. Baik mereka yang masih kanak-kanak atau yang sudah dewasa. Harry Potter yang fenomenal tak pelak mendapatkan kritikan, komentar dan juga pujian.
Harry Potter adalah sosok bocah yang tumbuh sebagai anak yatim menyedihkan karena mendapatkan siksaan psikis dan fisik oleh walinya yaitu keluarga Dursley. Keluarga dari kelas menengah yang tinggal di London. Pada masa bayi, ia hampir terbunuh oleh tokoh bernama Lord Voldemort yang berhasil membunuh kedua orangtuanya, namun Potter berhasil selamat dari percobaan pembunuhan tersebut. Titik balik kehidupan Potter terjadi pada usianya yang ke-11. Potter mengetahui dirinya adalah penyihir yang mendapatkan kemampuan secara alami dan diundang oleh Sekolah Howgrats untuk mempelajari sihir.
Di sekolah sihir Howgrats, Potter bertransformasi dari anak yatim piatu yang ditindas oleh walinya sendiri, menjadi sosok (the chosen one) yang ditakdirkan menjadi sosok yang akan memusnahkan kekuatan jahat Lord Voldemort Kemampuanya ini sudah ada dalam diri Potter semenjak Ia lahir. Hal tersebut baru ia ketahui saat masuk ke Sekolah Howgrats. Selain itu, Potter juga dipercaya menjadi atlet olahraga quidditch (semacam permainan bola tangan yang dimainkan dengan menunggangi sapu terbang) sebagai seeker (penangkan bola bernama snitcher, bola kecil dari emas yang memiliki sayap dan dapat melesat terbang jauh), padahal Harry Potter tidak memiliki bakat sebagai olahragawan saat ia ada di dalam dunia muggle (manusia tanpa kekuatan sihir).
Potter: Perwakilan kelas menengah
Sosok Harry Potter digambarkan tidak terlalu cerdas secara akademis seperti kawannya Hermione Granger yang digambarkan sebagai kutu buku dan terobsesi dengan gelar akademis , namun Potter dianugrahi dengan sifat kebranian, bakat, belas kasih dan kebulatan tekad, yang mana sifat-sifat tersebut adalah cerminan dari gambaran pemuda ideal di kelas menengah ke atas.
Keberadaan Harry Potter di sekolah sihir bergengsi Howgrat sebagai represntasi dari sekolah asrama elit dan bergengsi, dapat digambarkan sebagai keberuntungan bagi mereka yang dilahirkan dengan bakat dan kecerdasan alami. Mereka bukanlah sebagian kecil siswa yang harus berjuang dan berkompetisi dengan anak lain.
Gagasan mereka yang memiliki takdir karena terlahir dengan bakat dan kecerdasan, merupakan legitimasi kelas penguasa untuk menjelaskan kekuasaan mereka di masyarakat yang memiliki sifat eksploitatif kepada kelas sosial di bawah mereka. Gagasan terlahir dengan bakat tertentu terdapat dalam beberapa konsep dalam fiksi Harry Potter, di antaranya:
1.mayoritas masyarakat adalah manusia bukan penyihir (muggles)
2.hanya sedikit anak yang dilahirkan dengan bakat sihir dan berhak masuk ke gemerlapnya dunia sihir
Jurnalis Laurie Penny mengatakan bahwa dunia sihir yang diciptakan JK Rowling adalah tujuan hidup yang gemerlap bagi mereka yang terlahir dengan bakat sihir dan kita yang merupakan masyarakat bukan penyihir hanya bisa mengharapkan hal tersebut terjadi pada kita.[ McKenna, Tony. Art. Literature and Culture from a Marxist Perspective. Palgrave Macmillan. Hampshire: 2015, hlm 143]
Imajinasi dunia sihir dan sekolah sihir adalah perwakilan dari masyarakat kelas atas yang lekat dengan aristokrat Inggris, pewarisan darah bangsawan, dan dunia yang glamor.
Namun penilaian Peny tidaklah terlalu benar, sebab dunia muggle sihir tidak mengambil porsi yang penting dalam cerita Harry Potter. Dunia manusia tanpa kemampuan sihir hanya berupa dunia antara, tempat penyihir berpindah ke dunia sihir. Fokus JK Rowling adalah dunia sihir yang gemerlap dan tak nyata.
Penulis RR Mega Trianasari
Referensi:
Gregor, A.James. The Faces of Janus: Marxism and Fascism in Twemtieth Century. Yale University Press. 2004
Rowling, JK. Harry Potter dan Batu Bertuah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2000
Harry Potter dan Kamar Rahasia Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2002
McKenna, Tony. Art. Literature and Culture from a Marxist Perspective. Palgrave Macmillan. Hampshire: 2015
Neocleous, Mark. The Monstrous and The Dead: Burke, Marx, Fascism. University of Wales. Wales: 2005
https: //www.marxist.org/Indonesia/archive/Trotsky/1944-Fasisme.html