Bukan bermaksud mengganggu keseruan tren main #AgeChallenge ya. Tapi tadi ada wartawan yang tanya ke saya seputar FaceApp dan perlindungan data pribadi. Ini jawaban saya, sekedar berbagi karena saya peduli pada persoalan ini.
Banyak orang tidak menyadari apa bahayanya dari challenge atau kuis di FB atau apps, web, karena memang belum merasakan dampaknya sekarang secara langsung. Karena saat melakukannya, rasanya cuma senang saja. Seru karena sedang trending. Gak seru kalo gak ikutan challenge di medsos.
Saya pikir orang juga masih meragukan apakah nantinya informasi yang mereka berikan akan dipakai untuk kejahatan atau bisa mencelakai dirinya atau tidak. Menurut saya, problem sebenarnya adalah ketidaktahuan banyak orang bagaimana saat ini ketika kita berbicara mengenai identitas seseorang sudah bukan lagi sidik jari, tetapi sudah bergeser ke facial recognition, daftar pertemanan, dan rekam jejak digital yang menggambarkan tingkah laku kita.
Challenge Faceapp itu sebenarnya apakah hanya memberi foto kita saat tua? Ternyata kan tidak, ia mampu membaca biometrik wajah dengan teknologi Intelejensi Artifisial bernama neural network dan memberi gambaran masa depan yang menyesuaikan pada wajah yang sekarang. Data-data ini disimpan oleh pembuat apps — perusahaan teknologi bernama Wireless Lab yang berada di St. Petersburg, Rusia — dan disimpan dalam repositorynya.
Selain itu, karena saat mengaktifkan apps ini akan diminta akses ke data nomer kontak telepon, folder gambar, dokumen dll sebetulnya behavioral, informasi pribadi lain akan ikut disimpan dalam repository tersebut. Apa saja yang disimpan dalam smartphone kita, rasanya hampir banyak hal, semisal akses ke e-banking, akses ke email, nomer telepon keluarga, teman, sahabat. Itu semua bila dimiliki oleh orang lain tanpa kita ketahui jelas akan punya resiko.
Kalau kita membiarkan, itu sama saja membiarkan rumah terbuka lebar di tengah malam tanpa dikunci sehingga maling bebas keluar masuk sesukanya.
Kuncinya sebetulnya kewaspadaan. Di balik semua yang lagi trending, haruslah tetap buka mata kalau-kalau ada permintaan akses saat menginstal apps atau bermain game. Jangan berikan akses ke hal-hal yang sifatnya pribadi dan rahasia yang ada di smartphone kita. Berikan akses hanya yang berkaitan saja untuk kepentingan apps tersebut. Kalau nantinya sudah bosan dengan apps tersebut, langsung saja di-uninstal. Atau sedari sekarang semisal khawatir apps tersebut sudah terlanjur mengambil informasi diri tanpa diketahui, langsung saja di-uninstal dan dihapus dari smartphone kita.
Memang pemerintah sedang membahas Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi. Draftnya terakhir disusun bulan April 2019 lalu, tetapi lebih banyak yang dilindungi ini terfokus pada data pribadi dalam konteks komoditi (ekonomi). Saya merasa sebaiknya perlindungan data pribadi juga banyak berfokus pada sisi keamanan bagi seseorang dalam mengakses internet. Mengapa demikian? Karena data pribadi ini sebenarnya terkait dengan jati diri seseorang, sehingga aspek kemanusiaan yang virtual itu harus juga dilindungi.
Sekalipun banyak orang khawatir datanya diambil pihak lain tanpa disadari, tapi sebenarnya tidak banyak pihak atau organisasi yang menyuarakan. SAFEnet salah satu yang berusaha menyuarakan ini, agar orang tidak rentan keselamatan dan keamanannya selama beraktivitas menggunakan internet.