Kota Jakarta sudah semakin padat, baik dalam hal populasi penduduk serta yang lain-lain.
Hingga terjadi pemusatan berlebih di mana kota Jakarta menjadi sentral dalam banyak hal, dari pusat pemerintahan, ekonomi, hingga pusat hiburan atau yang bisa disebut sebagai istilah “Jakarta Sentris”.
Indikasinya dapat dilihat dari hal yang terdekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, yaitu hadirnya siaran televisi. Jika diperhatikan, sebagian besar masyarakat mendengar musisi yang berasal dari Jakarta, sinetron dengan latar belakang di Jakarta, mengidolakan politisi dari Jakarta, hingga gaya bahasa yang ke Jakarta-Jakartaan.
Hal ini tidak terlalu mengejutkan jika sekitar 90% masyarakat Indonesia menggunakan televisi sebagai akses utama untuk mendapatkan informasi. Sudah pasti sebagian besar masyarakat Indonesia mendapatkan dampak yang signifikan.
Secara tidak kita sadari semua hal yang kita konsumsi selalu bertema Jakarta. Mungkin alasannya tidak jauh dari Jakarta sebagai ibu kota negara, tetapi apakah itu dapat menjadi alasan yang kuat pada fenomena ini?
Tidak hanya pusat pemerintahan, namun banyak sekali sosok atau influencer berpengaruh yang berasal dari Jakarta. Akhirnya masyarakat sangat terikat kepada Jakarta, mulai dari gaya hidup, interaksi satu dengan yang lain, bahkan budaya instan Jakarta pun sudah ditiru.
Televisi sebagai salah satu penyebab utama dengan pengaruh terbesar, telah dibuktikan dengan perilaku masyarakat yang semakin Jakarta Sentris, karena konten yang sebagian besar terlalu terpusat.
Sebagian besar masyarakat juga belum cukup sadar atas terjadinya fenomena ini, bahkan banyak yang belum mengerti apa arti dari Jakarta Sentris sendiri.
Jika terlalu lama diabaikan, bisa berdampak lebih negatif pada perilaku masyarakat, terutama pada masyarakat yang berada di pelosok/pedesaan.
Apalagi dengan sikap konsumtif sebagian besar masyarakat terhadap televisi. Terlanjurnya dunia pertelevisian Indonesia masuk ke masalah ini sangat disayangkan.
Dapat dibilang langkah mudah pertama untuk pencegahan dari masalah ini adalah mengedukasi masyarakatnya sendiri.
Dengan masyarakat yang lebih teredukasi, mereka sendiri bisa mengintrospeksi diri untuk berpandangan luas akan informasi yang mereka serap dari siaran televisi, dan bisa membedakan apa yang perlu mereka ikuti dan tidak.