Dalam Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada September 1930, Partai Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler mengalami peningkatan perolehan jumlah kursi di parlemen dari 14 kursi menjadi 107 kursi. Adolf Hitler menjadi pemimin partai terbesar kedua di Jerman, di bawah Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD). Partai Nazi mendapatkan angin setelah meningkatnya jumlah pengangguran menjadi 4 juta orang dari sebelumnya 1,5 juta orang. Hal itu disebabkan oleh penarikan besar-besaran investasi – terutama dari Amerika Serikat – akibat Wall Street Crash di bulan Oktober 1929.
Sejak 1933 Partai Nazi mengambil kekuasaan di Jerman, memanfaatkan tindakan represif terhadap Partai Komunis Jerman. Semua anggota Partai Komunis setelah Pemilu entah berada di kamp-kamp konsentrasi, bersembunyi, atau telah kabur meninggalkan Jerman. Diperkirakan 60.000 orang telah meninggalkan Jerman semenjak Pemilu 5 Maret 1933. Partai Nazi melakukan itu semua dengan dukungan ‘pasukan’ Sturmabteilung (SA), yang adalah organisasi paramiliter Partai Nazi.
Pada 30 Januari 1933 Hitler secara resmi menjadi pemimpin Jerman. Dalam membakar semangat rakyat Jerman pada awal kekuasaannya, Hitler punya kalimat agitasi yang sering ia ulang-ulang, “di luar diri kita Jerman terbentang, di dalam diri kita Jerman berkobar, di belakang kita rakyat Jerman mengikuti kita”.
Ekspansi Jerman ke Eropa semakin tidak terhindarkan. Partai Nazi yang menganggap bahwa Perjanjian Versailles (1919) merupakan penghinaan terhadap bangsa Jerman, mengajak bangsa Jerman untuk merobek-robek Perjanjian Versailles. Hitler dalam pidatonya selalu menggembar-gemborkan penentangan dan pembalasan terhadap pihak-pihak yang memaksa Jerman menandatangani Perjanjian Versailles. Dan pidato-pidato tersebut mendapatkan tempat pada hati rakyat Jerman yang telah sekian lama menerima imbas Perjanjian Versailles.
Lebensraum
Lebensraum, atau “ruang hidup” juga merupakan pemikiran politik yang ditekankan oleh Hitler. Pada kenyataannya, pada tahun 1933 total jumlah 80 juta populasi rakyat Jerman. Jumlah tersebut merupakan 2 kali lipat dari jumlah rakyat Perancis saat itu. Dengan segenap perkembangan industri Jerman, tentunya tambahan wilayah kekuasaan akan mencukupi kebutuhan wilayah maupun Sumber Daya Alam (SDM).
Seiring dengan pawai pasukan Jerman di Kota Dacau pada 12 Maret 1938 Hitler menguasai Austria, tanah kelahirannya. Chancellor(pemimpin) Austria, Schuschnigg kemudian dimasukkan ke kamp konsentrasi. Negara berikutnya yang diincar adalah Cekoslovakia. Sebenarnya Cekoslovakia punya perjanjian sekutu dengan dua negara besar, Perancis dan Uni Soviet. Selain itu Cekoslovakia juga memiliki pasukan tentara yang terdiri dari 44 Divisi, serta terlatih dan memiliki artileri lengkap. Namun tetap saja, Hitler ingin industri Cekoslovakia yang kuat diambil alih oleh Jerman dan bekerja untuknya.
Cekoslovakia secara perlahan tapi pasti jatuh ke tangan Jerman. Setelah kehilangan wilayah (semacam provinsi) Sudenten – yang dihuni oleh mayoritas etnis Jerman – , lalu diikuti oleh Provinsi Slovakia dan Ruthenia – dihuni oleh mayoritas etnis Hungaria. Dan ketika Presiden Cekoslovakia pada Maret 1939 terpaksa menandatangani kesepakatan menyerahkan dua provinsi terakhir Cekoslovakia – Bohemia dan Moravia – maka hilanglah kemerdekaan Cekoslovakia di tangan Jerman.
Agresi Jerman dibawah Hitler belum berhenti. Matanya kemudian mengarah ke Republik Lithuania. Dimana Hitler berhasil memaksa Lithuania menyerahkan Kota Memel, yang dulu ernah menjadi bagian dari Prusia Timur milik Jerman. Belum puas, lalu mata Hitler tertuju ke Polandia.

sumber: ghdi.ghi-dc.org
Pendahuluan Terhadap Perang
Polandia merupakan negara yang menikmati keuntungan dari Perjanjian Versailles, dimana Polandia mendapatkan Kota Danzig yang menjadi satu-satunya kota pelabuhan dengan akses ke laut yang dimiliki oleh Polandia. Melihat bahwa Perancis dan Uni Soviet tidak bertindak ketika Jerman mencaplok Cekoslovakia – yang sebenarnya punya perjanjian sekutu dengan Perancis dan Uni Soviet – Hitler memiliki kepercayaan diri untuk menyerang Polandia.
Presiden Uni Soviet Joseph Stalin ternyata punya kepentingan sendiri di wilayah Eropa Timur. Untuk itu Hitler mengirim negosiatornya, von Ribbentrop untuk menemui Stalin dan menteri luar negeri Uni Soviet Vyacheslav Molotov di Moskow. Pada 23 Agustus 1939 mereka bertiga sampai pada kesepakatan non-agresi antara Jerman dan Uni Soviet. Selain itu Uni Soviet membebaskan Jerman untuk menginvasi Polandia, dan Jerman mempersilahkan Uni Soviet untuk memilih mengambil Finlandia, Estonia, Latvia, maupun Provinsi Bessarabia di Rumania.
Perjanjian non-agresi antara Jerman dan Uni Soviet mengguncang Eropa. Politisi serta publik Perancis dan Inggris percaya bahwa negara mereka akan mengambil aksi jika Jerman bergerak lebih jauh. Pada tanggal 1 September 1939, seperti yang sudah direncanakan oleh Hitler sejak lama, pasukan Jerman menyerbu melintasi perbatasan Polandia. Perancis dan Inggris kemudian menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September. Perdana Menteri Inggris menyatakan dihadapan parlemen Inggris, “semua yang saya sudah saya kerjakan, semua yang saya harapkan, semua yang saya percayai telah hancur berkeping-keping.”
Pernyataan perang Perancis dan Inggris pada perkembangan selanjutnya menjadi pendahuluan terhadap perang. Perang Dunia ke-II.
(sumber: “Prelude to War” oleh Robert T.Elson., 1977)
AM