Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Ketika Harus Memilih Anies Baswedan Dan Muhadjir Effendy

dewantara.id by dewantara.id
August 13, 2016
in Opini, Praktisi
0
Ketika Harus Memilih Anies Baswedan Dan Muhadjir Effendy
54
SHARES
600
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Jika disuruh memilih dua kader terbaik Muhammadiyah, Pak Anies atau Pak Muhadjir, saya akan memilih yang pertama.

Dengan demikian Pak Muhadjir jelek? Tidak. Keduanya saya yakin memiliki visi sama terkait revolusi mentalnya Jokowi. Hanya saja madzhabnya agak berbeda. Contohnya, Pak Anies mengambil sikap zero tolerance penggunaan kekerasan dalam dunia pendidikan. Sedangkan Pak Muhadjir lebih nyentrik, let’s just say an old-fashioned way.

Pak Muhadjir mengingatkan saya waktu masih bocah. Saat ngaji, pembimbing saya kerap memegang penggaris kayu panjang. Tentu dia tidak sedang mengajar geometri pada saat yang sama. Ia saya kira tengah memutar switch saklar. Kasih sayang yang awalnya bernuansa lembut mendadak bertiwikrama secara intimidatif.

Nggak usah nanya apakah saya pernah kena sabet penggaris itu. Jangan pula tanya betapa gugupnya saya mengaji. Fokus saya terpecah, antara bait al-quran dan ancaman penggaris.

Di surau lain, tempat kawan saya mengaji, tiwikramanya malah unik. Anda tahu rhema*ushon? Itu lho krim putih yang gunanya untuk mengurut saat kaki terkilir, yang panasnya minta ampun. Pembimbing mewanti-wanti para murid agar benar makhrajul hurufnya, tajwidnya harus tertib. Jika tidak, krim putih pedas itu akan dioleskan ke bibirnya.

Saya dan kawan saya, tidak pernah tanya kenapa harus dengan penggaris atau krim ‘nikmat’ itu? kami tidak punya cukup keberanian untuk bertanya. Kami, terlalu penakut untuk protes. Justru, kami menganggap praktek tersebut sebagai rasa cinta pembimbing pada muridnya. Kalau kami mengadu ke ortu, biasanya mereka memaklumi tindakan pembimbing. “Makanya belajar ngaji yang benar, Le,” begitu mereka pernah bilang.

Sejujurnya, kami tidak suka dengan bagaimana kami diperlakukan, but was there any other options we had? Tidak ada. Kami selalu merasa opsi yang tersedia hanya ‘take it or leave it’. Mogok ngaji? wah urusannya tambah runyam.

Sampai sekarang praktek kekerasan atas nama pendidikan yang saya alami kala bocah menebalkan keyakinan saya bahwa kekerasan itu tidak enak, bahkan atas nama kasih sayang sekalipun. Kasih sayang yang bersandar pada ancaman represifitas sesungguhnya adalah ketakutan, bukan penghormatan.

Dalam 10 tahun terakhir ini, saya sering menjadi guru temporer di berbagai forum pelatihan maupun workshop, sebutan umumnya; fasilitator. Saya tidak pernah sekalipun membawa penggaris, apalagi krim neraka setiap kali memimpin forum, apalagi sembari ngomong “Yang tidak menghormati forum akan saya olesi krim ini!” hahahaa Saya antikekerasan.

Namun demikian tidak berarti forum menjadi kacau balau, atau fasilitator kehilangan respeknya. Kekerasan dalam pendidikan adalah cara kuno yang mencurigai setiap orang tidak akan berubah jika tidak dikerasi. Dulu, cara ini kerap diterapkan oleh tuan terhadap budaknya. Budak dianggap bukan sepenuhnya manusia tapi separuh hewan yang oleh karenanya wajib diperlakukan sebagaimana layaknya binatang.

Tidak, saya tidak pernah dan tidak akan menganggap siapapun sebagai binatang. Saya percaya ada banyak cara yang bisa dilakukan selain kekerasan dalam pendidikan. Ini bukan teori, karena saya mempraktekkannya.

Dengan reasoning demikianlah saya lebih suka Pak Anies dalam hal ini. Bagi yang lebih cocok dengan Muhadjir’s way, silahkan saja. Namun anda harup siap dengan konsekuensinya.

Aan Anshory
Kordinator jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, dan penggerak Gusdurian.

Tags: Anies BaswedanMendikbudMuhadjir Effendy
Tweet14Share22Share5Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

Haul Akbar Syech Abdul Qodir Jailani di Link. Palas Berlangsung Semarak

Haul Akbar Syech Abdul Qodir Jailani di Link. Palas Berlangsung Semarak

October 6, 2025
LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

August 31, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version