Ternyata menyenangkan juga dapat pergi lagi ke luar negeri. Terutama dapat ke luar negeri untuk jalan-jalan dengan keluarga tercinta. Rasa senangnya jadi double.
Kesenangan itu yang saya rasakan ketika berangkat, atau lebih tepatnya diajak anak dan menantuku untuk berangkat ke Singapura dan Malaysia. Selain diri saya sendiri, dalam rombongan ada anak saya Mahargono, menantu saya Annisa, kedua cucu Malik dan Keanu, dan besan ku tercinta Mama Sila. Sebelum kami berangkat ke Singapura pada 23 Januari 2017, dua hari sebelumnya saya sakit flu. Lalu Mama Sila juga sakit kakiknya. Tapi demi menemani anak dan cucu, dibela-belain deh..
Pada 23 Januari 2017, Senin subuh, saya sudah menuju terminal Kp. Rambutan. Jam 06.30 dari terminal Kp. Rambutan saya menuju bandara Soekarno-Hatta menggunakan bis Damri. Saya tau loh Damri itu singkatan dari apa; Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia. Agak ribet ya kalau buat disebutin?
Berdiri sejak tahun 1946, saya merasa bisa mengandalkan bis Damri ini, selalu tepat waktu berangkatnya kalau dari terminal-terminal. Dari Kp.Rambutan ke bandara Soekarno-Hatta tarif Rp.50.000. Di dalam bisnya pun terasa nyaman, saya jadi bisa tidur selama bis menembus belantara kemacetan kota Jakarta.
Saya ingat waktu tinggal di Cempaka Putih tahun 1990-an dan melihat orang-orang menggunakan jasa bis Damri. Mayoritas saya hanya melihat saja dan tidak ikut naik. Maklum orang tua saya, terutama Bapak, sangat melindungi (atau protektif aja ya?) sama anak-anak perempuannya. Jadinya sering diantar-antar. Bapak saya tegas, dan pangkat terakhirnya kolonel TNI-AD. Untung dulu (alm.) suami tidak takut “meminta” saya dari Bapak saya ya. Eh, kok malah nostalgia?
Saya pun sampai bandara jam 09.00 setelah tadi jam 06.30 berangkat dari Kp. Rambutan. sarapan dulu biar sehat dan kuat menghadapi kenyataan. Eh, salah, kuat menghadapi perjalanan. Sarapan dulu di Bakmi GM Resto, karena saya kan punya reputasi penggemar fanatik bakso. Jam 10.45 kami boarding untuk flight ke Singapura menggunakan maskapai Tiger Air.
Jam 12.45 landing di Changi Airport Singapura. Langsung menuju penginapan V Hotel Lavender. Nah, ke penginapan naik Mass Rapid Transportation (MRT). Asyik ya naik transportasi idola di Singapura. Semua hotel yang dekat dengan stasiun MRT pasti lebih mahal tarifnya. Karena berarti dekat dengan sarana transportasi yang paling cepat, paling modern, dan paling murah di Singapura. Kalau tidak menggunakan MRT ya harus menggunakan bis atau taxi.
Ah, saya masih ingat rute menuju penginapan. Changi Airport – Tanah Mekah – Bedok – Kembangan – Enmos – Paya Lebak – Al djuned – Kallang – Lavender. Hmmn, saya masih ingat tahun 1990-an beberapa kali bolak-balik Singapura bersama (alm.) suami. Kadang berangkat dari Jakarta pada pagi hari, lalu malam harinya sudah balik. Izin sama anak-anak yang masih kecil waktu itu sih mau kerja kaya hari-hari biasa. Padahal dalam sehari mondar-mandir, nge-dugdag Jakarta-Singapura. Ternyata seru ya menjalani hari-hari dulu bersama (alm.) suamiku tercinta..

Petunjuk waktu di pergelangan tangan menunjukkan 14.45, yuuk kita lihat Merlion Park.Setelah foto-foto di landmark Singapura, si Merlion, kami berlanjut menuju Singapore Flyer. Bangunan Singapore Flyer merupakan bangunan berbentuk kapal laut yang digunakan sebagai pusat perjudian. Kebetulan letaknya di seberang Merlion Park.
Garden by the Bay
Kami berlanjut ke tempat yang bagus sekali, yaitu Garden by the Bay. Tempat yang super keren dan super bagus karena memiliki konsep kebun bunga hidup dari seluruh dunia. Sebelum disebut Garden by the Bay, daerah ini dulunya dikenal dengan Marina Bay. Taman yang menakjubkan ini terdiri dari 3 kebun : Bay South, Bay East dan Bay Central yang menghubungkan keduanya. Pemandangan tepi laut Singapore ini sangat menakjubkan. Dan malam hari, ‘special lighting’ memperlihatkan pemandangan yang spektakuler. Jam 22.00 kami pulang, dan karena sudah capek jalan kaki, kami naik taxi dalam bentuk mobil alphard.
Para pembaca mungkin harus ke Garden by the Bay sendiri untuk dapat menyaksikan betapa taman super sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat menyediakan suplai oksigen bagi warga Singapura sekaligus menjadi objek wisata menarik bagi para pelancong. Sehingga kita dapat melihat secara langsung pohon Beobab dari Afrika, Eucalyptus dari Australia atau pohon Zaitun dari daratan Arab. Sesaat kemudian melihat dan berjalan ke super tree, dan kemudian melihat miniatur-miniatur dari kota-kota di dunia. Miniatur-miniatur tersebut seukuran akuarium ikan, dan kadang sekilas seperti diorama di lantai dasar Monumen Nasional (Monas).


Widiyati Kosasih
tinggal di Jatisampurna, Kota Bekasi










