Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Mengkaji Kembali Teori Evolusi: Memahami Evolusi Peradaban Suatu Masyarakat (Tulisan ke-3 dari 3)

dewantara.id by dewantara.id
January 20, 2017
in Opini, Praktisi
0
Mengkaji Kembali Teori Evolusi: Memahami Evolusi Peradaban Suatu Masyarakat (Tulisan ke-3 dari 3)
77
SHARES
857
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Diantara banyak sekali perdebatan tentang teori evolusi – bahkan mungkin separuhnya berisi tentangan terhadap teori evolusi – sebenarnya ada pelajaran penting yang dapat diambil. Pelajaran yang diambil bukan dari sudut pandang ilmu biologi maupun ilmu sejarah. Namun pelajaran seputar ilmu sosiologi atau anthropologi, sederhananya tentang perubahan suatu peradaban masyarakat.

Evolusi Sosial-Budaya

Kita yang meneliti atau mengamati berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari, maka akan mampu memahami tentang evolusi sosial-budaya. Kita telah melihat bahwa stratifikasi sosial dapat berubah melalui mobilitas sosial; contohnya struktur masyarakat Kota Cilegon yang berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri semenjak kehadiran Krakatau Steel pada 1970, sehingga  kedudukan pendidikan pesantren yang sudah kuat mulai digeser oleh institusi pendidikan formal yang menghasilkan pekerja/buruh. Kita telah melihat bahwa institusi sosial dapat berubah karena terjadinya perubahan pada institusi sosial atau karena terjadi gerakan sosial; contohnya perkembangan institusi media massa pada era reformasi dari yang sebelumnya tertutup menjadi terbuka, lalu mempengaruhi institusi keluarga dan pendidikan untuk menjadi lebih toleran dan modern.

Pada lingkup luas dalam waktu yang lama, misalnya beberapa ribu tahun, maka akan nampak perubahan-perubahan besar yang menentukan arah dari sejarah peradaban suatu masyarakat. Seperti kehidupan masa pra-aksara di Indonesia yang secara arkeologis mengalami dua masa, yaitu zaman batu dan zaman logam. Zaman batu dibagi kedalam paleolithikum-mesolithikum-neolithkum-megalithikum. Zaman logam dibagi kedalam perunggu dan besi. Dari perubahan, baik didalam zaman batu sendiri, maupun perubahan dari zaman batu ke zaman logam, kita mengetahui telah terjadi perubahan dari alat-alat yang digunakan, manusia-manusia pendukungnya, dan pola kehidupannya.

Pada lingkup Indonesia dalam waktu yang singkat, misalkan pada tahun 1980-an dan 1990-an maka perubahan terjadi lebih kepada arah pembangunan nasional. Seperti pada Pelita V (1989-1994) dari pemerintahan Orde Baru yang menekankan industri, pertanian, dan peningkatan barang ekspor. Lalu setelahnya ada Pelita VI (1994-1999) yang menitikberatkan pada industrialisasi dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Melalui sejumlah contoh tersebut kita meyadari bahwa peradaban manusia selalu berubah. Masyarakat maupun komunitas di lokasi tertentu kemudian akan memutuskan apakah akan menerima atau tidak perubahan tersebut. Atau sejauh mana perubahan tersebut akan diterima. Atau dapat juga seperti apa pola perubahan sosial yang terjadi, apakah berjalan secara linier, atau berjalan secara siklus, atau perubahan terjadi secara gabungan beberapa pola (Kamanto Sunarto; 2004).

Pelajaran Dari Prinsip-prinsip Evolusi

Ada dua prinsip dari teori evolusi yang dapat digunakan oleh kita saat ini. Pertama yaitu prinsip survival of the fittest. Apabila diartikan secara harfiah, maka prinsip itu dapat diartikan “kemampuan bertahan ada pada individu yang paling sesuai”. Dimana kita akan menemukan dalam peradaban-peradaban ummat manusia bahwa peradaban yang paling mampu menyesuaikan dirilah yang akan bertahan. Seperti peradaban masa neolithikum yang didukung oleh manusia ras Proto-Melayu, yang telah melakukan Revolusi Neolithikum. Yang mana revolusi tersebut telah mengubah pola kehidupan berburu dan meramu menjadi bercocok tanam, sekaligus mengubah pola tempat tinggal dari nomaden menjadi menetap (sedenter). Setelah Revolusi Neolithikum kehidupan manusia menjadi lebih stabil karena mereka tidak harus mempertaruhkan nyawa lagi untuk sekedar mendapatkan makanan. Lalu kemudian manusia berkembang lebih banyak lagi jumlahnya.

Kedua, yaitu prinsip strategy for life. Apabila diartikan secara harfiah, maka prinsip itu dapat diartikan “strategi untuk menjalani atau mempertahankan hidup”. Dimana kita akan menemukan bangsa-bangsa yang maju dan berkembang akan mengedepankan ide dan gagasannya dalm bentuk strategi untuk mengalahkan kondisi alam. Seperti peradaban Tiongkok, yang semenjang masa peradaban lembah Sungai Kuning mampu bertahan terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar. Bangsa Tiongkok yang pertama membuat kertas, serta bangsa pertama yang menemukan tulisan (waktu itu dikenal dengan istilah pictograph). Ketika ada ancaman dari “bangsa-bangsa utara” maka mereka pun membangun Tembok Raksasa, dan ketika ajaran demokrasi dan nasionalime masuk, Sun Yat Sen akhirnya memimpin Revolusi Tiongkok yang menumbangkan sejarah panjang dinasti-dinasti di Tiongkok.

Dua prinsip tersebut yang juga perlu diterapkan bangsa Indonesia dalam hubungannya dengan alam, dengan bangsa lain, maupun sesama anak bangsa Indonesia. Realitasnya dapat kita saksikan, kondisi pulau-pulau yang berada diatas dua lempeng tektonik, lalu lokasi strategis diantara dua benua dan dua samudera, lalu kondisi keberagaman ras, etnis, suku, dan agama. Yang semuanya itu memerlukan strategi untuk dikelola, yang kalau tidak dikelola dengan cerdas maka Indonesia tidak akan survive.

 

Ahmad Muttaqin, M.Pd

Guru SMK AL-Ishlah Cilegon, Ketua IGMP-Kota Cilegon

Tweet19Share31Share8Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version