Dewantara.id, Jakarta – Sebelum mampir menjadi cerita bacaan ke layar anda, pengalaman ini sebenarnya hanya cerita jalan-jalan sederhana warga Ibukota kebanyakan. Yang cuma mampir terdokumentasikan via medsos dengan caption seadanya dan memenuhi galeri foto gawai kami selaku orangtua dari dua buah hati kami yang sedang tumbuh dan berkembang, dengan level cerap informasi tingkat dewa.
Maklum, kinerja otak anak seusia mereka sedang pesat berkembang hingga 85% sampai dengan umur di kisaran enam hingga tujuh tahun.
Baiklah, Family trip ini bukan dadakan loh. Sebenarnya sudah lama kami, saya dan istri menyimpan keinginan, berencana naik bus keliling Jakarta bersama buah hati tercinta;
Melihat Monas (Monumen Nasional), merasakan macetnya Ibukota, membuat mereka melongo dengan patung-patung yang tersebar di jalan dan sudah pasti dibikin sibuk dengan beragam pertanyaan susah-susah gampang yang datang bertubi-tubi dialamatkan kepada kami, Bapak dan Ibunya.
Di ingat-ingat, itulah beberapa hal kecil namun istimewa yang menyeruak muncul dibenak saya ketika mencoba menuliskan kembali sejarah kecil kami di akhir pekan pada Maret 2018 lalu.
Menggunakan sepeda motor hijau pabrikan Jepang, kami berempat memulai petualangan dari kediaman kami di daerah petukangan menuju pusat Ibukota.
Laju sepeda motor pun, tak terasa hampir sampai di lokasi tujuan pertama. Dari Monas, rencana trip kecil kami memang akan mulai direalisasikan.
Naik bis keliling kota via one day trip, Jakarta City Tour-nya Pemprov DKI. “Pap, Subhan mau naik bus tingkat yang itu,” pinta si Sulung sesaat ketika berpapasan dengan bus tingkat khas balutan warna merah yang dominan.

Saat itu, posisi kami kebetulan ada di lampu yang sedang menyala merah di perempatan Sarinah jalan MH. Thamrin arah Harmoni.
Rupanya Si Sulung sudah tak sabar ingin segera merasakan naik bus tingkat. Sama seperti saya sebenarnya. Memang, antusiasme itu menular. Setidaknya itu yang saya rasakan.
Segera, ketika lampu menyala hijau, saya langsung tancap gas. Tidak ngebut tentunya dan dengan level kecepatan yang sangat ekstra hati-hati (40 – 60 km/jam). Yihaaa….. 😀
Semakin mendekati Monas, semakin sering pula intensitas kami melihat beberapa bus tingkat dengan beragam warna paduan putih dan warna dominan seperti merah, ungu, biru ataupun kuning, lewat berseliweran. Hingga akhirnya, tak terasa kami sudah tiba di Monas dan memarkir kendaraan di lahan yang tersedia.
Parkir IRTI, namanya. Jangan tanya artinya. Saya tak cukup mau tahu dengan itu karena fokus sibuk melepas jaket, menyimpan helm, menurunkan si kecil dari kursi rotan tambahan di motor, dan memasang ransel coklat Joger Bali di pundak. Pokoknya memastikan motor aman, serta semua bekal yang diperlukan sudah siap sedia. Misal plastik, tisu basah dan popok buat si Adik.

Sang Ibu pun terlihat tengah mengencangkan, memastikan gendongan si Adik kuat, stabil juga nyaman. Selanjutnya tentu saja ia tidak lupa men-sounding si kecil agar tidak rewel atau tantrum berlebih di tengah trip nanti. Hal tersebut memang rutin kami lakukan. Biasanya malam jelang tidur.
Segera setelahnya, kami pun nyelonong jalan dengan berbekal riset kecil lewat mbahgugel yang isinya adalah kata/kalimat kunci hal teknis seputar, ehem.. menikmati Jakarta City Tour via bus tingkat ketika tiba di lokasi.
Ternyata tahun 2018 ini, ada enam tema besar yang mewakili lokasi tujuan one day trip Ibukota dengan Hastag #Jakarta Explorer tersebut. Tahun sebelumnya hanya ada tiga tema, namun antusias warga yang positif, sepertinya membuat pihak Pemprov DKI berbenah dan menambah beberapa tema lagi.
Dengan demikian, bisa dipastikan tak cukup sehari jika kami ingin mencoba semuanya. “Paling bisa dua atau tiga trip keliling saja,” ujar Istriku, menyimpulkan.

Adapun enam tema tujuan one day trip tersebut, yaitu;
Sejarah Jakarta (History of Jakarta)
Jakarta Baru (Jakarta-Modern)
Kesenian dan Kuliner (Art and Culinary)
Pencakar Langit (Jakarta Skyscrapers)
Ruang Terbuka (Jakarta Open Space)
Cagar Budaya Jakarta (Jakarta Heritage)
Berikutnya, ketika kami sudah tiba di bus stop tempat penjemputan pengunjung, ternyata antrian sudah cukup mengular. Hanya ada tiga titik pemberhentian bus yang mewakili enam tema trip. Saya lupa detailnya, yang pasti di tiap badan bus, tepatnya di bagian depan ada pula informasi berupa tulisan berjalan yang menginformasikan mengenai rute bus sekaligus temanya.
Tak ambil repot, kami langsung ikut antri. Kurang lebih 10 menit, datanglah beberapa bus yang dinanti. Pilihan kami jatuh pada bus dengan tema Jakarta Baru. Alasannya sederhana. Menikmati jalan-jalan naik bus tingkat, kemanapun tujuannya. Jadi sebenarnya, bus-lah yang memilih kami. 😀

Dengan sangat antusias kami masuk bus dan langsung menapaki tangga yang membawa kami ke lantai bagian atas. Berderet kursi yang nampak kosong menunggu untuk kami singgahi. Oiya, kondisi bus pun terlihat cukup bersih dan dilengkapi penyejuk udara. Membuat kami kembali adem, setelah sekian waktu di dera terik matahari.
Mengenai kursi, tentunya yang paling strategis adalah duduk dibagian paling depan. Namun kami kurang beruntung, ternyata sudah ada penumpang lain yang ngetem lebih dulu, hehehe..
Mereka pun sama, juga menikmati trip tersebut bersama keluarga kecil. Memang, cukup banyak terlihat beberapa keluarga yang memilih menikmati akhir pekan via Jakarta City Tour ini. Jalan-jalan satu hari singkat.

Hhmm..saat saya lihat kebelakang, ada juga beberapa muda-mudi Jakarta yang sedang asyik bercengkerama dengan sesamanya. Semua terlihat menikmati trip. Enjoy Jakarta. Tak terkecuali kami.
Duduk di deretan kursi kedua dari depan. Pemandangan pun bisa dinikmati dengan cukup leluasa. Walaupun tidak se-asyik duduk di bagian depan. Si Sulung sibuk menunjuk ini itu, ”pap, ada kereta kuda. Lihat pap, itu….” ujarnya antusias, seraya menunjuk patung kereta kuda.
Sejatinya patung tersebut merupakan patung Arjuna Wijaya atau disebut pula Arjuna Wiwaha atau patung Asta Brata. Patung tersebut merupakan monumen berbentuk kereta kuda lengkap dengan hiasan air mancur yang terletak di persimpangan Jalan MH Thamrin dan Jalan Medan Merdeka. Sebuah monumen yang berada tepat di depan gedung Indosat – yang mayoritas sahamnya, saat ini milik ooredoo-Qatar. Pas di ring satu Ibukota.…
Masih dihari yang sama, trip kami pun berlanjut hingga mampir mengunjungi perpustakaan tertinggi se-dunia milik Indonesia. Perihal itu, akan kami sajikan di tulisan berikutnya. Demikian. Semoga bermanfaat.
MZ