Bulan Februari-Maret 1945 menjadi waktu yang menentukan pada fase krusial Perang Dunia II (PD-II) di medan perang Asia-Pasifik. Kekaisaran Jepang masih cukup angkuh untuk bertekuk-lutut, walau kekuatan Amerika Serikat (AS) terus mendesak pasukan Jepang di seputaran samudera Pasifik.
Dua kekuatan besar yang keras kepala. Yaitu AS dan Jepang akan beradu kekuatan untuk yang kesekian kalinya di kepulauan Pasifik, kali ini di Pulau Iwo Jima. Permukaan pulau yang berbatu dan tidak memiliki pepohonan rindang untuk berteduh, akan menjadi saksi bagi pertempuran besar yang memakan korban ribuan nyawa.
Tanggal yang Ditetapkan adalah 19 Februari 1945
Tanggal yang ditetapkan adalah 19 februari 1945. Pasukan Jepang yang bersiaga di Iwo Jima berjumlah 22.000 orang . Iwo Jima merupakan daratan penghalang bagi serangan udara ke daratan Jepang. Oleh sebab itu pihak militer AS memandang Iwo Jima merupakan syarat utama dilakukannya serangan udara mematikan ke daratan Jepang.
Pasukan Jepang pertama kali melakukan tembakan, 30 menit setelah pasukan pertama tiba di pantai Iwo Jima. Pasukan Jepang, dibawah pimpinan Jendral Tamadachi Kuribayashi sengaja menunggu pasukan AS mendarat di pantai terlebih dahulu. Kuribayashi sadar bahwa kekuatan tantara AS yang lebih banyak akan lebih unggul dari pasukan Jepang, sehingga ia bermaksud menjadikan Iwo Jima sebagai kuburan massal bagi armada tempur AS.
Jendral Kuribayashi menyadari akhir sudah dekat. Dia menyiapkan jebakan mematikan . Total sepanjang 17,7 km terowongan telah dibangun sepanjang pulau. Artileri pasukan Jepang disimpan di gua-gua. Kuribayashi juga memerintahkan pembangunan pos-pos senapan, serta bunker.
Terowongan-terowongan bawah tanah kecil yang terkoneksi pada seluruh bagian pulau akan menjadi tempat persembunyian sekaligus penyergapan. Bahkan ruang atau kamar pribadi Jendral Kuribayashi pun berada pada terowongan bawah. Dari kamarnya ia memimpin rapat-rapat penting dengan para ajudannya. Di sekitar kamarnya juga dibangun sistem pompa air yang akan memasok kebutuhan air bersih bagi tantara Jepang di Iwo Jima. Selain terowongan, pasukan Jepang juga memiliki pos-pos senapan yang terpasang pada bagian-bagian tebing di tepi pulau. Dari tebing-tebing itu senapan menembaki kapal-kapal pengangkut tantara AS. Beberapa pos-pos senapan juga dipasang di pesisir pantai, demi ‘menyambut’ kedatangan pasukan AS yang masuk lewat pantai.

Dengan pasukan marinir terus berlabuh, situasi di pantai menjadi medan yang kacau. Di akhir hari pertama, 30.000 pasukan mendarat di pantai. Gunung Surabachi masih terisolir. Pada hari pertama 2300 marinir AS tewas. Total yang tewas pada hari itu sekitar 5000 orang dari kedua belah pihak.
“Kuburan Bagi Tentara Amerika”
Demi menyembunyikan persenjataan mereka, Kuribayashi tidak menembak ke arah kapal tempur AS. Ia menunggu sampai marinir AS mendarat. Ada perintah “ setiap tantara hari mengambil bom dan melemparkan kepada musuh. Tiap-tiap diri yang mati harus membawa 10 orang musuh untuk mati.” Pasukan Jepang memang kalah jumlah 5 : 1 dibandingkan pasukan marinir AS.

Pasukan AS menggunakan pengalaman mereka dalam merebut pulau-pulau di Samudera Pasifik dari Jepang. Pasukan AS belajar dari pengalaman betapa pentingnya persediaan logistik, terutama persediaan air bersih untuk minum. Dalam penyerangan ke Iwo Jima, pasukan AS mendapatkan pesediaan air minum mereka dari Pulau Saipan, Guam, dan Titian. Masing-masing pasukan AS per individu mendapatkan jatah 5 galon air. Dan tentu galon-galon air tersbut sedikit tercampur bensin atau oli.
Daniel Martinez (sejarawan PD II), menjelaskan bahwa pasukan Jepang bersembunyi di dalam gua-gua pertahanan. Suhu di dalam gua sekitar 32 derajat celcius. Mesin pemurni air, merupakan cara bertahan di pulau tandus seperti Iwo Jima. Para prajurit Jepang menjaga ketat lokasi tempat mereka mendapatkan air minum.
Sepanjang pertempuran berlangsung, pasukan marinir AS menggunakan senjata khusus demi menghabisi tentara Jepang. Marinir AS menggunakan ‘cairan napalm’. Tujuan penggunaan ‘cairan napalm’ adalah dengan cairan tersebut menjadi bahan bakar penyembur api. Dengan api yang menyembur ke dalam terowongan-terowongan persembunyian tentara Jepang, dalam waktu singkat keunggulan beralih kepada pasukan marinir AS.
Ada dua tipe penggunaan alat cairan napalm. Yang pertama adalah ransel individu, yang mampu menampung 5 galon cairan napalm. Jadi setiap pasukan marinir AS membawa alat ke depan terowongan-terowongan dan menyemburkannya. Yang kedua adalah tank api, yang mungkin nampak seperti ‘panzer mini’. Kapasitas tank api dapat memuat 79 liter cairan napalm, serta dapat menyemburkan api sejauh 150 yard (136,5 meter). Dengan menggunakan ransel api dan tank api, pasukan marinir AS berhasil menambah korban pasukan Jepang sebanyak 1100 dengan ‘cairan napalm’ mereka.
Akhir Pertempuran Iwo Jima
Sejengkal demi sejengkal pasukan marinir AS merebut Iwo. Semua dengan pengorbanan besar. “ No body saw what I saw.” adalah ungkapan yang sering diucapkan para marinir veteran Pertemputan Ijo Jima. Para veteran tersebut mengalami dan terlibat dalam ‘neraka Iwo Jima’, dimana mereka harus membunuh sebanyak mungkin musuh untuk menghidarkan diri mereka dari terbunuh. Mereka juga melihat banyak diantara tentara Jepang yang lebih memilih untuk mati daripada harus menjadi tawanan. Karena bagi tentara Jepang menyerah dan takluk merupakan suatu hal yang memalukan.
Pada pertengahan Maret 1945 pertempuran telah memasuki akhir. Pada 25 Maret 1945 lapangan udara di Pulau Iwo Jima sudah aktif untuk menjali landasan bagi pesawat-pesawat pengebom Bomber 29 (B-29). Nantinya pesawat-pesawat B-29 tersebut menjadi tulang punggung dalam menjalankan misi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.
5 pekan Pertempuran Iwo Jima telah memakan korban ribuan jiwa dari kedua belah pihak. Pasukan AS menderita 6800 orang tewas, termasuk diantaranya 5300 marinir. Sedangkan dari pihak Jepang 21700 orang tewas, sisa tentara Jepang yang menyerah hanya 216 orang.
Ada kisah unik, dimana pada januari 1969 ada 2 prajurit Jepang yang menyerah setelah bersembunyi selama sekitar 20 tahun di dalam terowongan-terowongan tersembunyi sepanjang Iwo Jima.
Pada tahun 1968 AS mengembalikan Iwo Jima kembali kepada Jepang. Pada 2007, Iwo Jima berganti nama, menjadi nama asalnya sebelum PD II berlangsung, yaitu Iwo To.
Untuk mengenang jasa para pejuangnya pemerintah AS memberikan sebanyak 27 medali kehormatan (22 untuk mariner, 5 untuk AL). Pemerintah AS juga membangun museum peringatan Pertempuran Iwo Jima di AS tahun 1954.
(sumber utama: film dokumenter “Battle of Iwo Jima”)
AM