Dewantara- Politik Etis atau yang selama ini kita kenal sebagai Politik Balas Budi merupakan pemikiran yang menuntut tanggung jawab moral pemerintah kolonial kepada kesejahteraan warga pribumi. Pemikiran ini muncul sebagai kritik dari tanam paksa yang merupakan era paling eksploitatif masa penjajahan Belanda. Salah satu tandanya yaitu munculnya pernyataan Ratu Belanda pada 17 September 1901 yang mengatakan “negeri Belanda mempunyai kewajiban untuk mengusahakan kemakmuran serta pengembangan sosial dan otonomi penduduk pribumi.”
Meski demikian, Politik Etis tidak semata-mata pemberian atau hadiah dari Ratu Belanda. Namun, kebijakan tersebut muncul karena dorongan dari pergolakan politik dari kaum humanis dan liberal yang mengangkat persoalan di Hindia Belanda ke permukaan. Contohnya kasus kelaparan dan kemiskinan di Grobogan, Demak dan Cirebon. Beberapa tokoh yang keras menyampaikan kritik tersebut di antaranya Eduard Douwes Dekker (Multatuli), jurnalis E.S.W. Roorda van Eisinga dan politisi Baron van Hoevell.
Politik Etis memiliki 3 tujuan atau yang dikenal dengan Trilogi Van Deventer yaitu menyelenggarakan pendidikan (edukasi), membangun sarana dan jaringan pengairan (irigasi) dan imigrasi (perpindahan penduduk). Meski demikian, jika ditelaah dalam segi ekonomi, politik etis tidak jauh berbeda dengan politik liberal yang memberi ruang gerak sepenuhnya bagi swasta.
Sementara dari sisi budaya, politik etis dinilai sebagian kalangan sebagai upaya imperialisme gaya baru. Upaya pemerasan yang awalnya dilakukan penjajah secara langsung, beralih ke kaum feodal.
Meski demikian, politik etis memiliki dampak positif lainnya. Salah satunya yaitu lahirnya golongan cendikiawan pribumi yang telah mengecam pendidikan buah dari politik etis. Mereka inilah yang akhirnya berjuang melalui pemikirannya untuk menghadapi penjajah.
Beberapa sekolah yang ada saat itu di antaranya HIS (Holands Inlandsche School) untuk kelompok atas pribumi dan kelas dua untuk masyarakat bawah. Sementara pada tingkat menengah ada beberapa sekolah yaitu HBS (Hogere Burger School), MULO (Meer Uiterbreit Ondewijs), AMS (Algemene Middlebared School). Dan beberapa sekolah lain seperti STOVIA (School Tot Opleideng Van Indische Artsen) atau NIAS (Netherlands Indische Artesen School).