Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini Praktisi

Revolusi Industri Keempat: Kapitalisasi dan Ketimpangan Ekonomi (2-habis)

dewantara.id by dewantara.id
December 24, 2017
in Praktisi, Uncategorized
0
56
SHARES
621
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Kalau Presiden Amerika Serikat, Donald Trump punya semboyan ‘Make America Great Again’, sebenarnya Presiden Joko Widodo juga punya semboyan ‘Kerja Kerja Kerja’. Apalagi ketika debat – waktu itu masih calon presiden – bilang dengan sangat yakin, “uangnya ada, tinggal kita mau kerja atau tidak!”. Dengan demikian harus benar-benar terbukti bahwa lapangan pekerjaannya ada, sehingga kita bisa “kerja kerja kerja”.

Ketimpangan Ekonomi

Indonesia sebagai negara kepulauan, lengkap dengan 280 juta populasi manusianya yang juga multikultural. Taraf hidup dan tingkat pendidikan rakyat Indonesia belum merata. Lebih lanjut, bahkan masih terasa ketimpangan di sana-sini. Merombak sistem industri dan sistem pelayanan masyarakat yang serba manual menjadi serba otomatis, serta yang analog menjadi serba digital, akan menjadi pilihan yang beresiko tinggi. Terutama apabila pilihan untuk go digital tersebut “hanya” atas nama kepentingan efektivitas dan efisiensi dalam kaidah ekonomi.

Para pekerja pada hari ini berpotensi untuk digantikan oleh mesin. Para pekerja juga dituntut memiliki keahlian tinggi. Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2017 menunjukkan 62% angkatan kerja di Indonesia berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau lebih rendah, sehingga berpotensi tersingkir.

Bahwasannya perkembangan teknologi merupakan suatu keniscayaan, memang tidak terbantahkan. Kita menerima dan terbantu dengan SMS-banking, ojek-online, serta belajar masak dan memperbaiki mesin cuci melalui video di youtube. Kita juga merasa nyaman dengan penggunaan e-toll, belanja online (e-commerce). Mungkin hanya e-KTP saja yang jadi kasus mengganjal kan?

Namun demikian, yang juga menjadi suatu keniscayaan adalah ‘benturan kepentingan’ yang muncul karena kepentingan pengusaha besar (baca: kapitalis) yang mengutamakan untung-rugi melalui kerangka pendekatan efektivitas dan efisiensi, melawan – atau minimal berhadap-hadapan dengan – kaum pekerja yang memiliki kepentingan untuk menuju kesejahteraan hidup. Level-level ‘benturan’ dapat dilihat dari urusan upah buruh, pesangon maupun pensiun, maupun penggunaan tenaga buruh/pekerja secara keseluruhan apabila dikaitkan dengan digitalisasi industri dalam revolusi industri keempat.

Pemerintah dan kita sebagai rakyat perlu memikirkan, apakah dengan mayoritas penduduk yang berpendidikan dasar-menengah pertama tersebut akan mampu mengikuti dan mengimbangi perkembangan industri teknologi informasi? Dan sejauh mana mayoritas penduduk berpendidikan dasar-menengah pertama tersebut memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang akan meningkatkan kemampuan mereka? Dapatkah akses-akses tersebut mampu menjangkau sampai ke tiap kecamatan di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur?

Antara Mesin dan Manusia

Terdapat satu hal pasti yang dibawa oleh revolusi, yaitu inovasi. Inovasi yang lahir dari setiap revolusi dapat menimbulkan dua efek yang berlawanan, yaitu antara Capitalisation Effect (kapitalisasi) atau Destruction Effect (destruksi). Kapitalisasi terjadi jika teknologi yang dihasilkan mampu meningkatkan produktivitas para pekerja dan memungkinkan terbukanya pekerjaan baru. Sedangkan, Destruction Effect terjadi jika terobosan teknologi justru menggantikan pekerjaan manusia, menyebabkan ledakan pengangguran dan menghancurkan sistem pekerjaan yang ada.

Perubahan kemakmuran memenangkan industri padat modal. Berdasarkan laporan Credit Suisse, jika 1% penduduk terkaya menguasai 45,6% total kekayaan pada tahun 2012, maka jumlahnya meningkat jadi 49,3% pada tahun 2016. Sementara kekayaan 40% penduduk termiskin justru turun dari 2,1% pada 2012 menjadi 1,3% pada 2016 (Kompas, 10/11/2017).

Bangsa Indonesia perlu mencari keseimbangan antara kebutuhan efektivitas-efisiensi dengan kesejahteraan kaum pekerja. Keseimbangan mendorong adanya keadilan, sebagaimana Pancasila menyebut kata ‘adil’ dalam sila kedua dan ‘keadilan’ dalam sila kelima. Sehingga otomatisasi dan digitalisasi yang hadir adalah otomatisasi dan digitalisasi yang menyejahterakan rakyat.

 

Ahmad Muttaqin, M.Pd

Tweet14Share22Share6Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Pidato Hari Guru 2019 Nadiem Makarim

Ketika Retorika Nadiem Jadi Taruhan

November 26, 2019
Sang Guru Memimpin PNI

Sang Guru Memimpin PNI

November 26, 2019
Mendidik Tanpa Angka

Mendidik Tanpa Angka

November 10, 2019
Manusia Indonesia dan Tantangan Pendidikan Kita

Manusia Indonesia dan Tantangan Pendidikan Kita

October 28, 2019
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

Haul Akbar Syech Abdul Qodir Jailani di Link. Palas Berlangsung Semarak

Haul Akbar Syech Abdul Qodir Jailani di Link. Palas Berlangsung Semarak

October 6, 2025
LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

August 31, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version