Apabila dalam proses Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) server pusat di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kuat dan lancar, apakah berarti UNBK dapat berlangsung ‘bebas masalah’? Lalu, bagaimana pihak sekolah mempersiapkan infrastruktur dan kesiapan peserta ujian dalam menghadapi permasalahan-permasalahan seputar pengerjaan soal UNBK?
Kekurangan Pelaksanaan UNBK
Kelebihan-kelebihan UNBK tidak berarti menjadikannya otomatis sempurna. Istilah “berbasis komputer” kerap menjadi momok tersendiri bagi pihak sekolah beserta jajaran pelaksana teknis. Kekurangan pelaksanaan UNBK menurut penulis ada tiga.
Pertama, tidak semua sekolah memiliki infrastruktur yang memadai. Sebelum urusan akses atau jaringan internet, pada setiap kabupaten/kota ada saja sekolah (baik negeri maupun swasta) yang masih memiliki masalah dalam tenaga listrik. Ada sekolah yang daya listriknya tidak stabil dan belum memiliki genset. Padahal daya listrik dan ketersediaan tenaga cadangan seperti genset sangat vitasl dalam UNBK. Setelah listrik dipenuhi, hal krusial berikutnya adalah perangkat komputer yang memadai. Memadai disini adalah segala tetek-bengek kapasitas memori, kekuatan prosesor, sampai Operating System (OS) yang mendukung aplikasi ExamBrowser (didalamnya ada program Computer Based Test, alias CBT) dari Kemendikbud.
Kedua, kemampuan dan kerjasama masing-masing proctor dan teknisi ternyata masih ada yang kurang. Mengingat alat yang canggih apabila digunakan oleh yang tidak kompeten maka sama saja bohong. Teknisi memastikan komputer bekerja dan jaringan tersambung antara komputer klien-server lokal-server pusat. Proctor memastikan pengisian data peserta UN yang valid dan mengunggah hasil ujian peserta ujian ke server pusat.
Ketiga, keterbatasan waktu mengerjakan. Karena terbagi dalam beberapa sesi dalam sehari, maka tingkat kedisiplinan peserta ujian dituntut sangat tinggi. Berhubung durasi pengerjaan soal terbatas, lalu dalam 30 menit sebelum UN mulai harus sudah di sekolah, dan 5 menit sebelum UN mulai sudah harus di dalam kelas, maka peserta ujian yang tidak terbiasa mengerjakan soal jam 10.30 atau 14.00 akan mengalami kemunduran waktu.
Tiap-tiap peserta didik memiliki hak untuk mengerjakan soal selama 120 menit. Maka pada jam berapa pun ia memulai mengerjakan soal, maka hitungan mundurnya berlangsung selama 120 menit. Apabila ada kondisi pengerjaan soal sebagian peserta didik mundur, maka proses upload hasil ujian pun mundur. Dan batas waktu upload hasil ujian setiap hari adalah pada pukul 18.00 waktu setempat.
Kompetensi Teknisi dan Proctor
Kompetensi teknisi dan proctor akan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan UNBK. Teknisi bertanggungjawab terhadap kesiapan komputer dan jaringan internet pada setiap ruang ujian di sekolah, sedangkan proctor bertangungjawab dalam pengiriman hasil ujian dari server lokal ke server pusat (ubk.kemdikbud.go.id) sekaligus membuat laporan-laporan pelaksanaan UNBK.
Kemampuan maupun kompetensi teknisi dan proctor terbangun seiring dengan 3 kali pelaksanaan simulasi UNBK maupun tryout UNBK yang dilaksanakan beberapa universitas. Dalam menangani kendala-kendala teknis komputer peserta ujian, kompetensi teknisi dan proctor sangat vital. Terutama menangani kendala-kendala tersebut dengan baik da tenang, sehingga membuat peserta ujian tetap nyaman dan tidak panik.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, perlu memastikan kemampuan pelaksana teknis UNBK seperti teknisi dan proctor, sambil terus memastikan sekolah-sekolah memiliki infrastruktur yang memadai. Itu berarti memfasilitasi peningkatan fasilitas lab komputer pada sekolah, sehingga layak untuk setiap pelaksanaan UNBK. Pihak sekolah juga perlu melakukan pemeliharaan aset. Itu berarti memastikan komputer-komputer aman (terutama tidak digondol maling) serta tetap berfungsi. Lebih baik lagi apabila mata pelajaran seperti Prakarya dan Kewirausaahn (PKWU) pada satuan SMA, atau mata pelajaran Animasi dan Akuntansi pada satuan SMK dapat menggunakan komputer-komputer tersebut sehari-hari.
Transformasi pendidikan Indonesia memang berbicara paradigma pembangunan Sumber daya Manusia (SDM). Pada implementasinya pendidikan berbicara tentang kurikulum, dan sampai ke strategi dan evaluasi. Perbaikan demi perbaikan kita coba lakukan. Tapi setidaknya, dengan UNBK yang efisisien ini anggaran pendidikan seharusnya lebih bisa diarahkan untuk keperluan yang lain. Seperti peningkatan kualitas Lembaga Pendidik Tenaga Pendidikan (LPTK), atau peningkatan tunjangan profesi guru, mungkin?
Ahmad Muttaqin, M.Pd
Guru SMAN 3 Cilegon, Dosen Akademi Farmasi Al-Ishlah Cilegon