Pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sudah menginjak tahun keempat pada 2018. Sejak pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pertama kali melaksanakan di Indonesia pada 2015, kerap terjadi pro-kontra seputar kebijakan pelaksanaan UNBK. Dan ternyata seiring waktu, semakin banyak SMA dan SMK yang beralih model pelaksanaan UN dari Ujian Nasional berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) menjadi UNBK.
Efisiensi UNBK
Pada pelaksanaan tahun 2018 ini Penulis mengamati dalam cakupan yang terbatas, bahwa UNBK memiliki beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan UNKP. Melalui pertimbangan pelaksanaan UN yang lebih efektif dan efisien, maka penulis melihat empat kelebihan UNBK.
Pertama , penghematan anggaran. Pemerintah Pusat dapat menghemat anggaran pencetakan soal UN puluhan miliar rupiah. Selain biaya pencetakan, biaya tinggi juga ada pada biaya pengiriman soal UN ke daerah-daerah. Kita sering menonton berita selama UN, bahwa selalu saja ada daerah yang telat menerima soal UN, baik itu di Aceh, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, apalagi Pulau Papua.
Kedua, membatasi kecurangan. Pada UNBK dari tahun ke tahun variasi soal semakin bertambah, serta peluang kebocoran soal telah sangat diminimalisir. Dengan variasi soal yang banyak, ditambah lagi dengan terbatasnya waktu (satu mata pelajaran 120 menit) maka minat peserta didik untuk bertanya maupun mencontek jawaban temannya menjadi sangat kurang.
Ketiga, tidak ‘merepotkan’ banyak pihak. Selama pelaksanaan UNKP, ada pihak-pihak di luar pihak sekolah, peserta didik dan Dinas Pendidikan yang juga pada akhirnya terlibat. Pertama ada pihak polisi, yang ikut mendampingi pengangkutan soal. Baik dari Pusat ke Provinsi, Provinsi ke Kabupaten/Kota, lalu sampai ke Rayon. Kedua ada pengawas dari sekolah lain yang menjadi pengawas silang. Pada pelaksanaan UNBK pengawas silang per ruangan sebenarnya bias dikurangi jadi setengahnya, sehingga apabila dalam UNKP satu ruangan biasa diawasi 2 orang pengawas silang, maka sebenarnya jumlah tersebut dapat dikurangi pada UNBK yang hanya perlu melibatkan 1 orang pengawas silang dan 1 orang proctor dari internal sekolah. Dengan demikian, misalnya sekolah yang memiliki 270 anak yang terbagi dalam 5 kelas IPA dan 4 kelas IPS biasa menerima 18 orang pengawas, maka dengan 3 ruang lab selama 4 hari yang masing-masing hari dibagi kedalam 3 sesi hanya diperlukan 12 orang pengawas silang. Dimana masing-masing pengawas silang tersebut hanya perlu mengawas satu hari, seperti yang dapat dilaksanakan pada UNBK pada 2018 ini.
Keempat, tidak banyak menggunakan kelas. Karena pelaksanaan UNBK dalam sehari dapat dilaksanakan sebanya 3 sesi, maka ruangan yang digunakan cukup 1-4 lab saja (untuk lebih jelasnya lihat Prosedur Operasional Standar UN). Dengan sedikitnya ruang yang dipakai, lalu jumlah guru yang tidak terlalu banyak ditugaskan sebagai pengawas silang, maka tidak mustahil adik-adik kelas (kelas VII, VIII, atau X, XI) dapat tetap masuk dan belajar di sekolah.
Bentuk Soal Uraian
UNBK merupakan ‘angin segar’ bagi pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang computerized alias minim kertas. Pada era Revolusi Industri Keempat saat ini, para pendidik dan peserta didik terus dituntut untuk berkolaborasi dalam memenuhi tuntutan kompetensi masa depan. Tentu evaluasi pembelajaran pada masa yang akan datang perlu terus disempurnakan, karena kita juga patut bertanya apakah model ujian pilihan ganda / jamak seperti saat ini masih relevan?
Ada perubahan signifikan pada UNBK mata pelajaran matematika, dimana ada 3-5 soal dari total 40 soal yang berupa uraian singkat. Hal itu patut diapresiasi karena soal pilihan jamak cenderung ‘membatasi’ kemampuan analisis peserta didik dalam menyelesaikan soal. Dimana peserta didik di masa lalu – apabila mereka pasrah untuk menyontek jawaban temannya – tinggal menanyakan “opsi jawabannya apa, A? C?”. Bahwa banyak keluhan dari peserta didik maupun Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI) tentang tidak sesuainya kisi-kisi soal dengan soal, maupun tentang ketidakmerataan jumlah soal uraian tersingkat untuk masing-masing peserta didik (ada yang dapat 3 , ada yang 4 , dan ada yang 5), itu merupakan urusan teknis yang memang masih perlu diperbaiki. Tapi untuk suatu UNBK sudah menyempilkan soal uraian, itu sudah merupakan terobosan.
Ahmad Muttaqin, M.Pd
Guru SMAN 3 Cilegon, Dosen Akademi Farmasi Al-Ishlah Cilegon