Cilegon, Dewantara – Kesehatan Mental menjadi isu yang makin sering dibahas dalam berbagai forum. UNICEF (United Nations Children’s Fund) sebagai lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang fokus pada perlindungan hak-hak anak menggandeng Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI) dalam prakarsa kesadaran tentang kesehatan mental. Sebagaimana telah berlangsung pada Rabu (7/8/2024) pada kegiatan “Orientasi Pemodelan Helping Adolescent Thrive (HAT) Initiative” di Greenotel, Kota Cilegon.
Kegiatan mengambil tempat di Ballroom Hotel Greenotel dan mengundang perwakilan dari tiga SMA, satu SMK, satu Madrasah Aliah (MA) dan tiga UPT Puskesmas di wilayah Kota Cilegon. Karena sasarannya adalah remaja, yang menurut definisi WHO (World Health Organisation) adalah individu berusia 10-19 tahun, maka upaya melibatkan remaja jenjang SMA-SMK-MA sebagai upaya menarget remaja sebagai rentang umur yang juga kerap mengalami permasalahan kesehatan jiwa.

dr.Yunita Ari Handayani dalam pembukaan.
Ketua Tim Kerja Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes RI dr.Yunita Ari Handayani dalam pembukaan menyampaikan, “Sosialisasi Helping Adolescent Thrive atau HAT merupakan kerjasama antara UNICEF dan Kemenkes RI. Sasarannya untuk meningkatkan kesehatan mental pada anak dan remaja sesuai dengan zaman. Kegiatan ini dilaksanakan di Indonesia, dan Kota Cilegon menjadi salah satunya. Narasumber melibatkan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia dan Ikatan Psikolog Indonesia. Kesehatan mental dapat menyerang siapa saja dari kalangan mana saja, maka itu kami di Kemenkes tidak dapat berjalan sendirian, dan perlu kerjasama dari stakeholder dari bidang pendidikan dan bidang agama.”
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon drg.Ratih Purnamasari dalam sambutannya menyampaikan, “rumusan bersama WHO dan UNICEF berusaha memperkuat mental remaja. Diantaranya dengan menghindari perilaku menyakiti diri sendiri. Kemudian dengan mental yang kuta akan membantu remaja dalam belajar dan bersosialisasi.” Ia melanjutkan “Tidak hanya penyalahgunaan Narkoba dan depresi, kita juga perlu memperhatikan peer group. Kita perlu masuk ke situ untuk paham. Sehingga kita dapat mendorong remaja mampu mengatur atau me-manage emosi, mengatur pergaulan dan mengatur teknologi informasi.”

Beberapa pembicara yang menyampaikan materi, dr.Fransiska Kaligis yang membahas tentang lifeskills atau kecakapan hidup bagi remaja. Lalu Riana Wulandari seorang konsuler klinis kesehatan jiwa yang mewakili UNICEF, yang berbicara big data dari UNICEF, terutama memenuhi hak-hak anak serta visi UNICEF bahwa semua anak dan remaja mencapai standar kesehatan tertinggi. Kemudian Ghoif Nurrohman berbicara tentang problem solving.
Peserta yang berasal dari latar belakang petugas UPT Puskemas, guru Bimbingan Konseling (BK), guru walikelas dari SMAN 1 Kota Cilegon, SMAN 2 Kota Cilegon, SMAN 3 Kota Cilegon, SMKN 1 Kota Cilegon, SMAS Al Azhar Kota Cilegon, dan MA AL Bustaniyah Kota Cilegon, juga melakukan berbagai simulasi menggunakan modul panduan untuk guru. Riana Wulandari memandu simulasi dan bersama seluruh peserta berhasil menghadirkan suasana yang positif dan reflektif membekali diri peserta.
Ahmad Muttaqin