Manusia telah mengenal hewan-hewan yang tergolong buas maupun yang jinak. Manusia sejak era revolusi pertanian bahkan telah mampu menjadikan beberapa hewan menjadi hewan ternak dan hewan peliharaan. Namun lebih banyak hewan yang tetap liar dan tidak mampu dijinakkan.
Beberapa jenis hewan bahkan menjadi ancaman bagi manusia. Terlebih lagi, ada jenis hewan berbahaya non predator yang tidak sebesar singa, harimau, atau beruang. Tapi jangan meremehkan hewan dari bentuk atau ukurannya saja. Apalagi meremehkan hewan dalam tubuh yang kecil, karena hewan itu sebagian lebih mematikan daripada yang berukuran raksasa.
Ada beberapa hewan bertubuh kecil, namun sungguh berbahaya apabila manusia – baik sengaja atau tidak – mengusik keberadaan mereka. Berikut adalah daftar 5 hewan kecil paling mematikan. Diurut dari nomor 5 ke 1.
Lebah Madu Afrikanisasi (Peringkat 5)
Pada pembuka daftar kita, ada lebah madu afrikanisasi (killer bee). Jenis serangga berbahaya ini, tercatat telah membunuh sekitar 1000 manusia. Tidak hanya manusia, lebah ini juga akan membunuh hewan lain – seperti kuda – jika merasa sarangnya terganggu.

Lebah madu afrikanisasi sebenarnya adalah hasil perkawinan silang antara lebah madu Afrika (Apis mellifera scutellata) dengan lebah madu Eropa (Apis mellifera ligustica dan Apis mellifera iberiensis). Awalnya, para ilmuan di Brazil tahun 1950 mencoba menghasilkan lebih banyak madu dengan merekayasa spesies lebah madu yang baru. Tapi pada tahun 1957, sebanyak 26 kawanan lebah secara tidak sengaja lolos. Dan sekarang seluruh spesies ini telah menyebar di kawasan Amerika Selatan dan Amerika Utara. Wah, kalau kita ke sana perlu lebih hati-hati ya. Jangan sampai ketemu lebah yang satu ini.

Lebah madu afrikanisasi sering juga disebut killer bee (lebah pembunuh). Namun demikian, lebah madu afrikanisasi adalah jenis lebah penghasil madu yang paling produktif diantara jenis lebah madu lain.
Kalajengking Death-Stalker (Peringkat 4)
Dari namanya saja sudah mengerikan. Death Stalker dalam bahasa Indonesia berarti ‘yang membuntuti kematian’. Kalajengking death-stalker (Leiurus quinquestriatus) memiliki racun campuran berbagai racun neurotoxin (racun yang bereaksi pada sel saraf).
Hewan ini berukuran 10-113 cm. Tapi jangan salah, biarpun kecil, jika tersengat hewan ini kita akan merasakan sakit tak tertahankan, kemudian diikuti oleh dengan demam, bahkan dengan koma. Bagi manusia dewasa yang sehat kemungkinan serangan yang diikuti kematian sangat kecil, namun bagi anak kecil, lansia, atau orang dewasa dengan kondisi kurang sehat, kemungkinan kematian sangat tinggi. Misalnya pada kondisi jantung lemah, berada pada kelompok beresiko tinggi akan kematian bila tersengat kalajengking jenis ini.

Kabar baiknya, kalajengking death-stalker tidak ditemukan di Indonesia. Artinya, kita masih aman nih dari serangan mereka.
Laba-laba Black-Widow (Peringkat 3)
Siapa nih, diantara kalian yang memiliki phobia dengan laba-laba atau arachnophobia? Wajar saja sih, apalagi kalau jenis laba-labanya seperti yang satu ini: black-widow !

Memang tidak semua laba-laba beracun, tetapi khusus laba-laba black-widow (Latrodectus mactans) memiliki racun yang mematikan. Bahkan racun laba-laba black-widow 15 kali lebih mematikan dari racun ular. Walau dari bentuk, mayoritas spesies ular jauh lebih besar dari spesies laba-laba.
1 kali gigitan dari laba-laba black-widow dapat menyebabkan kita merasakan nyeri otot, mual, dan kelumpuhan diafragma yang menyebabkan kesulitan bernafas. Kelumpuhan diafragma itulah yang menyebabkan manusia yang digigit black-widow berujung dengan kematian.
Laba-laba black-widow banyak ditemukan di Australia. Mereka memiliki ciri khas warna merah dan hitam. Laba-laba black-widow mendapatkan julukan ‘janda’ (widow) karena cenderung memakan sang jantan setelah perkawinan.
Semut Peluru (Peringkat 2)
Pernah nggak sih kalian dekat atau bahkan melihat semut peluru (Paraponera clavata) secara langsung? Nah, semut peluru merupakan spesies semut berukuran paling besar, dan tinggal di pedalaman Amazon, Amerika Selatan. Jadi kemungkinan kita yang tinggal di Indonesia belum pernah ya melihat semut yang satu itu.

Meskipun tubuhnya kecil, namun semut peluru memiliki sengatan yang sangat kuat sehingga rasanya seperti ditembak peluru. Rasa sakit akibat sengatan semut akan terasa sakit seperti terbakar, dan rasa tersebut bertahan hingga waktu 24 jam.
Spesies semut peluru hidup di hutan tropis, tepatnya di kawasan dataran rendah negara Nikaragua sampai ke Paraguay. Karena efek rasa sakit yang ditinggalkan, semut peluru juga disebut ‘Hormiga Veinticuatro’ atau ‘Semut 24 (jam)’. Semut peluru berukuran 18-25 mm, dan apabila diamati lebih detail semut itu memiliki tubuh yang panjang dan kekar.
Nyamuk Anopheles (Peringkat 1)
Nyamuk yang satu ini disebut mematikan karena tercatat sudah membunuh 440.000 orang setiap tahun. Mereka membunuh sekian banyak orang bukan karena racunnya tapi karena nyamuk anopheles memiliki peran penting dalam memindahkan parasit malaria yang berbahaya bagi tubuh manusia. Kita tahu kan betapa penyakit malaria sangat berbahaya dan sulit disembuhkan.
Bahkan setelah sembuh seorang penderita malaria masih dapat kambuh. Nyamuk anopheles membawa virus malaria dan virus yang menyebabkan tumor otak.

Terdapat 400 spesies nyamuk anopheles, namun hanya 30-40 spesies yang menyebarkan malaria. Anopheles gambiae yang paling terkenal sebagai penyebar parasit malaria. Sedangkan anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.

Ada baiknya bagi tetap waspada dan bertindak positif ya sobat Dewantara terkait kehadiran nyamuk. Karena separah-parahnya efek yang disebabkan oleh sengatan nyamuk, para nyamuk itu pasti masih takut sama ‘obat nyamuk’. Maka yuk kita pelihara juga tanaman bunga lavender.
(Sumber: Ragam Cerita – GTV)
A.M.