Upaya Sekutu untuk menaklukkan Jerman telah dimulai ketika kapal-kapal amfibi Amerika Serikat (AS) mendarat dan menguasai pantai Normandia pada Bulan Juni 1944. Dari Normandia pasukan AS terus merangsek, tujuan utama mereka adalah ibukota Perancis, Kota Paris.
Sekutu vs Jerman di Perancis
Adolf Hitler memandang bahwa invasi terhadap kekuatan Jerman di Normandia sebagai ancaman yang harus diatasi bagaimanapun caranya. Ia memerintahkan bawahannya di Front Barat – komandan lapangan Gerd von Rundstedt dan komandan Pasukan Grup B Erwin Rommel – bahwa “setiap orang harus berjuang dan mati di tempat dia berdiri.” Kemudian Jerman kehilangan kota pelabuhan penting di sebelah utara Perancis: Cherbough.
Sang Fuhrer berpikir untuk mendorong pasukan Sekutu – kebetulan pasukan Inggris sudah bergabung dengan pasukan AS – kembali ke laut. Ia menginginkan counterattack oleh pasukan Jerman yang melibatkan 6 divisi Korps Panzer, termasuk salah satunya Divisi Kedua Korps Panzer. Namun sebelum Divisi Kedua Korps Panzer bergabung pasukan Inggris sudah menghacurkan kelima Korps Panzer lainnya. Berikutnya juga Kota Caen jatuh kepada Sekutu (pasukan AS, Inggris, Kanada, dan milisi-milisi Perancis) pada 9 Juli 1944.
Pasukan Sekutu tidak mengendorkan serangan. Pasukan Korps VIII yang dipimpin oleh Letnan Jendral George S.Patton. Setelah serangan pesawat tempur pengebom pada 29 Juli 1944, Korps VIII bergerak cepat ke arah selatan dengan target ambisius, Kota Avranches di tepi Sungai See. Dan pada maam hari tanggal 30 Juli, Avranches sudah berhasil dikuasai. Ternyata pasukan Jerman di wilayah selatan Perancis sudah kocar-kacir akibat pengeboman udara sebelumnya.
Divisi artileri AS berhasil menyapu 4000 tahanan pada 31 Juli; pasukan infantri yang mengikuti Divisi artileri menangkap 3000 tahanan tambahan lagi. Dari total 28.000 pasukan Jerman yang diitahan oleh Pasukan Pertama (First Army) sepanjang Bulan Juli, 20.000 diantaranya ditangkap pada 6 hari terakhir di Bulan Juli.
Kerugian pasukan Sekutu cukup ringan dan masih memiliki moral tempur yang tinggi. Bagi pasukan Sekutu – yang bergerak cepat melalui banyak perlengkapan perang Jerman yang hancur dan ditinggalkan, melalui mayat-mayat prajurit, kuda, sapi, dan babi-babi yang telah membusuk – akhir perang yang cepat sudah mulai terlihat.
Perancis yang Hancur
Selama pertengahan tahun 1944, ketika perang berkecamuk di pojok barat-laut Perancis, ratusan ribu laki-laki, peremuan daan anak-anak terjebak diantara pertempuran kedua belah pihak. Sementara pesawat-pesawat tempur dan artileri Sekutu memborbardir kota-kota dan desa-desa dimana pasukan Jerman bersembunyi, pasukan-pasukan Jerman melakukan upaya memasang ranjau, membakar dan menaruh jebakan pada gedung-gedung, jalan-jalan, dan jembatan-jembatan. Warga sipil tercengang menyaksikan rumah-rumah dan toko-toko terbakar api, ternak-ternak mereka terbunuh, ladang gandum mereka hancur jadi debu, dan orang-orang tercinta mereka terkubur hidup-hidup di bawah puing-puing reruntuhan. Di kawasan Normandia sendiri, hampir 187.000 bangunan rusak, 133.500 diantaranya rusak parah serta hampir rata dengan tanah, dan 356.000 orang menjadi tunawisma.
Saking hebatnya penderitaan warga Perancis, mereka hampir kaku tanpa ekspresi ketika akhirnya pasukan Sekutu datang untuk membebaskan mereka dari Jerman. Pada ujung penderitaan mereka, banyak diantara mereka yang sulit bergerak, senyum-senyum tidak jelas, atau mengangkat-angkat tangan tanpa maksud. Walau pada saat-saat kemudian mereka menangis bahagia; tapi saat-saat awal pembebasan itu meghadirkan sangat banyak emosi. Dan mereka hanya ingin menangis di pojokan.
Perancis Bebas
Pasukan Jerman di Front Barat sudah kehilangan kekuatan tempurnya. Dalam waktu 2 minggu Front Barat kehilangan kesatuannya dan terpech-belah. Pada 20 Juli sempat ada upaya pembunuhan terhadap Hitler dengan bom yang didalangi oleh sejumlah perwira Angkatan Darat Jerman.
Pada 15 September Pasukan Ketiga yang dipimpin oleh Patton berhasil mencapai pasukan Korps VI yang dipimpin Jendral Truscott. Hal tersebut berarti pasukan dari utara dan pasukan dari selatan sudah berhasil menghacurkan musuh-musuh sepanjang perjalanan. Sekarang semua pasukan Sekutu bergabung dan bersiap-siap menerima perintah dari komandan pasukan Sekutu Dwight Eisenhower.
Hitler Terpojok
Hitler sangat terpukul dengan telah terbebasnya Perancis dari tangan Jerman. Ia sempat memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan Kota Paris dari udara, suatu tindakan yang tidak masuk akal setelah kekuatan penuh Sekutu telah mengorganisir diri di Perancis. Setelah Perancis, Sekutu bergerak untuk membebaskan Belgia dari Jerman.
Polandia sudah direbut Uni Soviet yang kemudian bersiap menyeberangi Sungai Oder dengan tujuan merebut kota Berlin yang hanya berjarak 82 kilometer dari sungai itu. Sementara, di front barat, pasukan Jerman juga menyerah dari tentara sekutu di hutan Ardennes dalam Pertempuran Bulge. Sedangkan tentara Inggris dan Kanada sudah menyeberangi Sungai Rhine menuju kawasan industri Jerman di wilayah Ruhr.
Di tengah berbagai tekanan militer dan keambrukan Jerman yang sudah di depan mata, Hitler pada 16 Januari 1945 mengungsi ke bunkernya di Berlin. Bagi para pemimpin Nazi, kondisi ini menjadi bukti bahwa pertempuran mempertahankan Berlin akan menjadi babak akhir Perang Dunia II. Pada 11 April, tentara Amerika menyeberangi Sungai Elbe yang berjarak 100 kilometer sebelah barat kota Berlin.
Pada 18 April 1945, sebanyak 325.000 prajurit angkatan darat Grup B Jerman menyerah kepada sekutu, sekaligus membuka jalan bagi tentara Amerika menuju Berlin. Sementara itu, dri arah timur, pasukan Uni Soviet sudah melintasi Sungai Oder dan sukses menembus lini pertahanan terakhir Jerman di dataran tinggi Seelow yang melindungi Berlin di sisi timur. Pad 19 April, pasukan Jerman mundur dari dataran tinggi Seelow membuat Berlin sama sekali tak memiliki perlindungan. Dan tepat di hari ulang tahun Hitler pada 20 April 1945, untuk pertama kalinya artileri Uni Soviet membombardir Berlin dan pada 21 April malam, tank-tank Uni Soviet sudah mencapai batas kota Berlin. Sementara itu Hitler berada di bunker 18 kamar yang dibangun sedalam 17 meter di bawah Gedung Kekanseliran Jerman, yang memiliki pasokan air bersih dan listrik terpisah dari gedung-gedung pemerintah Jerman.
Ketika tentara Jerman – yaitu wehrmacht yang berisikan orang-orang dewasa – mayoritas sudah ‘habis’ di pertempuran di luar Jerman maupun perbatasan Jerman, maka tinggal pada Hitler Youth upaya pertahanan tanah Jerman terletak. Nantinya, pada saat-saat terakhir kekuasaan Hitler di Jerman, peran Hitler Youth adalah melindungi bunker-bunker persembunyian Hitler dengan nyawa mereka.
Pada 30 April pukul 01.00 dini hari, Komandan Pasukan Pertahanan Berlin Jendral Wilhelm Keitel, melaporkan bahwa pasukan yang diperintahkan untuk mempertahankan Berlin sudah terkepung atau menyerah. Pada pukul 13.00 saat sudah berada di markasnya, Wiedling mendapatkan izin Hitler untuk menyerah.
Hitler kemudian menggelar santap siang bersama dua sekretarisnya, dan koki pribadinya di bunker. Setelah itu, Hitler dan Eva Braun mengucapkan salam perpisahan kepada para staf yang ada di dalam Fuhrerbunker itu.
(Sumber: “Liberation” ; Martin Blumenson; 1980)
Ahmad Muttaqin