Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Opini

Sekolah Farming Menengah Atas: Sebuah Pengalaman

kenangkelana

dewantara.id by dewantara.id
November 10, 2019
in Opini
0
LPTK dan Hilangnya Ekosistem Keguruan

kenangkelana

113
SHARES
1.3k
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Kira-kira seminggu lalu (13/7), saya dihubungi pak guru Harris Malikus untuk urusan yang tidak saya duga sebelumnya. “bib temenin liat rangka motor CB donk di daerah Manggarai-Jakarta Selatan. Saya jawab “oke, ketemu di alfamaret tempat biasa”.

Sesampainya disana, kita jumpa, berbasa-basi dan segera menunju lokasi bengkel. Tanpa saya sadari sejak ketemu di alfamaret dia mengulang-ulang kalimat “nanti rangkanya lo taroh tengah aja, enteng kok”.

Sampai sana saya sadar kalo ternyata, saya yang akan nenteng itu rangka CB dari Manggarai ke Cinangka, Depok. Ajegile!!! saya ngeluh ngeluh ke pak guru. Jam 4 sore, waktunya orang pulang kerja ditambah nenteng rangka. Amsyong udah .

Setiba di lokasi bengkel, Setelah telpon telponan, ternyata sang penjual tidak sedang ada di lokasi. Saya merasa rada lega. Sementar pak Guru nampak sebaliknya, rada murung.

Sebagai teman baik yang kenal dengan orang ini, saya ajak beliau berkunjung ke salah satu toko buku bekas dekat stasiun, kecintaanya kepada bahan bacaan adalah alasan saya memilih tempat berteduh di sana sore itu. Di toko buku bekas itu lah secara tidak sengaja juga, saya berjumpa dengan buku tipis nan lapuk yang berjudul : “Riwayat Pendirian SFMA Se-Jawa Tengah“.

Doc pribadi

Melihat namanya saya masih terasa asing, “SFMA”, sekolah apaan ini ??, begitu membuka lembaran pertamanya tertulis Perjalanan Bpk Sarino Mangunpranoto (eks Menteri Pendidikan era Demokrasi Liberal) ke beberapan negara selama 8 bulan untuk mempelajari pendidikan keterampilan (vocational education) atas perintah negara.

Sontak saya langsung membelinya dan baru bisa membaca dua hari belakangan dan tulisan ini berurusan dengan isi buku yang bercerita tentang salah satu pengalaman pendidikan vokasi di Indonesia.

****

Wacana untuk merevitalisasi pendidikan vokasi (lagi) di Indonesia belakangan ramai lagi dibicarakan. Di tengah pembicaraan seperti itu, buku ini saya kira bisa menjadi pelajaran.

Sebelum asal sebut untuk melahirkan program untuk urusan orang banyak. Pihak pemerintah pada tahun 1958 mengirim utusan yang diwakili oleh Sarino Mangunpranoto untuk berangkat ke Amerika Serikat dan negara-negara Skandinavia.

Di AS, negara berharap dapat mengambil contoh dari pendidikan vokasi yang memiliki latar-belakang industri. Sementara di negara-negara Skandinavia, Indonesia berharap belajar banyak tentang urusan yang berhubungan dengan ke-agraria-an.

Benar saja, Sarino Mangunpranoto terpincut dengan sebuah sekolah di Denmark bernama “Folks Hohe Schule” (di teks buku tertulis seperti itu). Sebuah sekolah dengan konsentrasi pada keterampilan agro-economics.

Sekolah ini kurang lebih ditempuh selama 5 bulan, dengan pendekatan studi kasus, yang mempersoalkan pengalaman selama praktek menjadi petani, serta membongkar problem-problem yang menjadi hambatan selama ini.

Setiba di Indonesia, situasi politik-pendidikan diuntungkan dengan gagasan PANCAWARDHANA yang secara langsung juga memberikan peluang untuk pengembangan pendidikan keterampilan seperti yang sudah dibayangkan oleh Sarino Mangunpranoto dalam lawatanya ke luar negeri.

***

Ungaran, 1961, akhirnya didirikan Sekolah Farming Menengah Atas dengan kepala sekolah Ibu Sumerapi. Pendirian SFMA ini berlandaskan atas pengembangan ide tentang Pendidikan Masyarakat. Sebuah usaha untuk menemukan model “Pendidikan Baru” yang relevan dengan kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia.

Membayangkan tentang Masyarakat ajar-mengajar, inilah poin sebenarnya dari pendidikan SFMA. Dengan sistem yang terintegrasi dengan masyarakat dan masyarakat berorientasi kepada sekolah, menjadikan hal ini akan mempercepat kultur baru dalam pendidikan kita. Pada akhirnya dapat pula mendorong terciptanya Publik Baru (masyarakat baru) dengan tidak meninggalkan basis kultur dan kondisi sosial ekonomi serta sosial politik khas ala Indonesia. Pendidikan-Intelektual-Sarjana tidak lagi sekedar menciptakan tukang yang bekerja untuk urusan perut.

Ada contoh yang dikemukanan dalam buku ini dari lawatan Sarino. Di Eropa, ada tanah pertanian seluas mata memandang dengan jumlah ratusan hektar dan dimiliki oleh seorang pertani disana. Namun di Indonesia, hal ini berbeda. Ada ikatan kolektif dalam kehidupan petani desa kita yang merupakan kultur terun-menurun dalam mengelola ratusan hektar tanah. Ikatan kultural itu digunakan untuk membangun kehidupan sosial ekonomi bersama (gotong royong).

Masyarakat pasti berubah. Tantangan dan hambatan juga ikut berubah seiring perkembangan zaman. Di tahun 1974 diadakan seminar untuk menerima input serta rekomendasi atas pengalaman 12 tahun perjalanan SFMA. Pengembangan riset inovasi serta mengukur dampak kehadiran sekolah vokasi ini bagi masyarakat sekitar terus digulirkan setelah itu. baik kulitatif maupun kuantitatif.

Sampai tahun 1979 telah berdiri kurang lebih 10 sekolah vokasi yang beredar di Jawa Tengah. ada yang berkembang dan ada yang mati karena sebab-sebab yang belu diselidiki oleh tim Sekolah.

SFMA adalah sekolah keterampilan yang mencari jalannya sendiri sebagai usaha eksperimental dalam urusan ke agrariaan/farming dan pendidikan desa. lulusan SFMA harus kembali lagi sebagai “orang desa” yang cinta akan tanah dan air desa (negeri) nya.

Lalu bagaimana dengan sekarang, bukanya tol sudah mengakses desa-desa? infrastruktur industri sudah berjalan. Format apa yang mau dipakai untuk urusan pendidikan kita sekarang ??

***

Sarana kehidupan seperti tanah dan air bukanlah tujuan hidup sebenarnya, melainkan Ridho Tuhan Semesta Alam. — begitu kalimat penutup dari buku ini, .  Tabik!

kenangkelana (Pegiat Pedagogik di Kelompok Belajar Rawamangun dan Periset di Lembaga Publik Baru)

Tags: Pendidikan Masyarakatpendidikan vokasiSFMA
Tweet28Share45Share11Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Pentingnya Perubahan Kurikulum

Pentingnya Perubahan Kurikulum

January 19, 2024
Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

Filosofi Pendidikan KHD untuk Zaman Now

September 3, 2023
R.A. Kartini: Simbol Perempuan Priyayi-Jawa Yang Tercerahkan

CATATAN PEREMPUAN ATAS REFLEKSI 21 APRIL

April 20, 2023
NATO Climate Change and Security Action Plan :  Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

NATO Climate Change and Security Action Plan : Bentuk Responsi Aliansi Militer Terhadap Ancaman Iklim

October 26, 2021

Relasi Guru dan Murid Berbasis Kesetaraan

August 25, 2020
WFH dan Komitmen

WFH dan Komitmen

June 28, 2020

Kegagalan Bahasa Indonesia Berkomunikasi dengan Rakyat Indonesia

April 19, 2020
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025
Peresmian Ruang Kelas Masa Depan oleh Dirut PT.SPC Raymond, Direktur wilayah EMEA Google for Education Colin dan Staf Khusus Menteri Kemendikdasmen Rowi.

Google dan SPC Luncurkan ‘Ruang Kelas Masa Depan’, Kemdikdasmen, Pemprov Banten, dan KSRG Dukung

March 12, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version