Dewantara- Dewi Sartika lahir di Bandung, 4 Desember 1884. Ia berasal dari keluarga priyayi yakni Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Dewi Sartika kecil mendapat pendidikan kebudayaan Barat melalui seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda dan pendidikan soal Sunda dari pamannya yang menjadi patih di Cicalengka.
Kemampuan mengajar Dewi Sartika sudah terlihat sejak masa kecil. Hal itu terlihat dari upayanya mengajar anak-anak pekerja di Kepatihan pada usianya yang baru menginjak 10 tahun. Kemampuan tersebut terus berkembang hingga pada akhirnya ia mendirikan “Sekolah Isteri” dengan bantuan keluarganya dan beberapa pihak lain. Sekolah yang hanya berisi 2 kelas atau sekitar 20 siswa itu mengajarkan beberapa kemampuan dasar. Di antaranya berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pelajaran agama.
Namun seiring dengan bertambahnya jumlah siswa, Dewi Sartika kemudian memindahkan ke lokasi yang lebih luas sekaligus mengganti nama sekolahnya menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri” pada 1910. Selain itu, jumlah sekolahnya juga terus meningkat di wilayah Pasundan menjadi sembilan Sekolah Istri pada tahun 1912. Jumlah tersebut terus meningkat dari pendirian di kabupaten dan kota kewedanaan lainnya. Pada usia sekolahnya yang 25 tahun, Dewi Sartika kemudian mengganti kembali nama sekolahnya menjadi “Sakola Raden Dewi”.
Tahun 1906, Dewi Sartika kemudian menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata yang merupakan guru di Sekolah Karang Pamulang (sekolah latihan guru). Ia meninggal pada 11 September 1947 di Tasikmalaya. Jenazah Dewi Sartika kemudian dimakamkan di pemakaman Cigagadon-Desa Rahayu Kecamatan Cineam dengan upacara sederhana. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.
Dewi Sartika diangkat sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI no 152/1966.
Periset: Annisa