Dewantara- Nasirun, lelaki kelahiran Karangnangka, Purwokerto, 7 Juli 1968 pada mulanya ke Papua mengikuti ayahnya yang seorang veteran. Ia lalu tinggal dan bersekolah di Papua sejak kecil. Berbeda dengan sang ayah, Nasirun kemudian lebih memilih bidang pendidikan untuk lahan pengabdiannya yakni menjadi guru di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Banyak pengalaman menarik Nasirun selama mengajar di daerah 3 T. Salah satunya pengalaman saat ujian nasional pada 2011 yang mewajibkan semua muridnya mengumpulkan foto untuk ditempel di kartu UN.
Namun ada satu siswa yang tidak masuk dan tidak mengumpulkan foto. Setelah ditunggu selama tiga hari, siswa itu tidak juga masuk sekolah. Nasirun pun akhirnya mengambil inisiatif datang ke rumah muridnya untuk mencari penyebabnya. Setibanya di sana, ia baru tahu, jika muridnya tidak mengumpulkan foto karena tidak punya uang. Nasirun kemudian memfasilitasi muridnya agar tetap bisa mengikuti ujian nasional.
“Di sana, untuk mengumpulkan foto setidaknya siswa harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000 dan untuk transport sekitar Rp300.000,” tutur Nasirun.
Pengabdiannya menjadi guru dari tahun 1993, akhirnya berbuah manis. Pria yang saat ini menjadi Kepala Sekolah SMP N 17 Sorong, Papua Barat itu terpilih menjadi Juara 1 kategori kepala sekolah jenjang sekolah menengah pertama (SMP) tingkat nasional.
Lokasi sekolah yang dipimpinnya itu sekitar 160 kilometer dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong yang terletak di kota, atau setara dengan perjalanan selama 12 jam melalui jalur laut. Sementara murid-murid Nasirun berasal dari tujuh desa di sekitar lokasi sekolah tersebut. Selama menjadi kepala sekolah, Nasirun menempati rumah dinas yang berjarak 2 Km dari sekolah.
“Saya tentu merasa bangga. Ini merupakan surprise bagi saya. Dan semoga ini bisa menjadi motivasi bagi saya untuk terus melakukan yang lebih baik,” kata Nasirun.
Prestasi ini juga bukan tidak mudah didapatkannya. Setelah menjadi Kepala Sekolah SMP Berdedikasi di Kecamatannya, Salawati Selatan, Nasirun kemudian melaju ke tingkat kabupaten hingga provinsi. Ia harus bersaing dengan 7 guru lainnya hingga terpilih menjadi wakil Provinsi Papua Barat dalam pemilihan Guru Berprestasi dan Berdedikasi di tingkat nasional tahun 2016.
Usai menyisihkan 17 orang di tahap final di Jakarta, Nasirun akhirnya berhasil menjadi juara 1 Kepala Sekolah SMP Daerah Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2016. Atas prestasi ini, ia berharap akses transportasi, komunikasi, informasi, dan listrik di wilayah mereka lebih baik dari sebelumnya.
“Karena mereka (siswa di Kabupaten Sorong)sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa. Dan semoga ke depan aksesnya bisa lebih baik agar kami bisa sama dengan sekolah-sekolah yang ada di kota,” tuturnya.
(Kemdikbud/Annisa)