Dewantara
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi
Dewantara
No Result
View All Result
Home Seni Budaya

Ulas Buku ‘Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok’ : Cerdik Mengakali Fiksi

Oleh: Hendro Prasetyo

dewantara.id by dewantara.id
June 28, 2019
in Seni Budaya
0
Ulas Buku ‘Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok’ : Cerdik Mengakali Fiksi

Buku Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok sumber: mojokstore.com

32
SHARES
2.4k
VIEWS
Share on TwitterShare on Facebook

Banyak akal, sedikit nakal tapi pakailah nalar.

Menjejaki toko buku pada Sabtu siang. Niat saya bulat: Beli buku untuk dibaca. Setelah satu dasawarsa lebih tidak membaca buku, novel dan sejenisnya sampai tandas. Seperti pengalaman pertama di pojokan Kwitang, dulu. Sekarang pilah-pilah buku di ruang berpendingin, ditemani mbak-mbak menawarkan bacaan, alat tulis, tas sekolah, mainan anak, alat musik. Maaf mbak, saya cuma mau beli buku. Kalau bisa ukurannya kecil, tipis enak dibaca. Lalu tangan terarah pada sebuah buku.

Puthut EA nama penulisnya. Bukunya berjudul Enaknya Berdebat Dengan Orang Goblok diterbitkan oleh ShiraMedia tahun 2018. Bersampul warna dasar putih, dengan sumpit menarik mi dan udang dari gelas mi instan. Tulisan di gelas itu: Rasa Otak Udang ditambah keterangan, santap selagi panas. Ukuran buku 14 x 20 cm dengan sampul cetak emboss.

Buku ini memang provokatif dengan gaya nyinyir (meminjam istilah sekarang) tampilan sampulnya. Goblok atau bebal adalah sikap kukuh pendirian seseorang yang sepenuhnya negatif.  Disodorkan dengan data faktual dan analisis matang pun tidak digubris. Penulis esai ini menemukan titik cerah kala berdebat dengan orang jenis itu. Jadikan hiburan!

“Tapi apapun itu, berdebat dengan orang goblok, apalagi yang menggebu, tak usah diambil pusing. Dibikin gampang saja. Lebih dari itu, harus bisa mendapatkan hiburan dari sana,” halaman 18.

Penulis asal Rembang ini tidak antipati bahas politik. Sejak lima tahun terakhir polarisasi politik makin meruncing, Dari esai-esai yang terkumpul dalam bukunya ia menanggapi santai soal panasnya politik. Mari jangan ikut mazhab anti-antian. Selaku lulusan filsafat UGM, anti-antian cenderus fatalis –memandang finalisasi dari segala permasalahan itu menggerogoti nalar. Sedikit-sedikit ulah rezim, sedikit-sedikit ulah gerombolan, sedikit-sedikit salah tukang gorengan, tukang parkir, polisi, bankir, dan lain-lain…

Politik dibawa santai oleh Puthut, sambil tidak melupakan esensi filosofisnya: pendukung yang baik itu mengkritik, pendukung yang jahat itu menjilat. Oposisi itu sangat perlu, namun yang berkualitas minim.

Kumpulan tema esai dalam buku ini tersusun rapi. Dari mulai eksistensialisme, bisnis, sepakbola, politik, rokok, pendidikan dan lain-lain. Ringan dibaca namun menarik dicerna. Ya, menarik karena ada narasi berbeda atau setidaknya alternatif dari narasi-narasi disparitas dua kubu dalam diskursus apapun. Moderat vs konservatif, pro vs kontra pemerintah, bhineka vs agamis, bumi datar vs bumi bulat sampai bubur diaduk vs bubur tidak diaduk. Pokoknya harus berkubu, kalau tidak berarti saset, eh sesat.

Gaya menulis Puthut di buku ini sebelas-dua belas seperti media yang digawanginya: mojok.co. Hanya ada sejumput edit-edit ringan dari editor bikin esai ini mudah dipahami golongan tua-muda. Sebagai penulis fiksi pula Puthut menulis banyak esai yang berdasarkan kisah fiksi namun layak diresapi. Meski itu menceritakan kru mojok sendiri.

Yang menarik tentu dua esai fiksinya mengenai PKI. Cerita dari mantan jenderal yang bilang PKI kini punya 15 juta massa. Suatu jumlah yang jangankan bikin partai lagi, menguasai dua propinsi pun bisa. Punya ketua bernama Wahyu Setiaji dan Sekjen Teguh Karyadi. Semua tahu, mendirikan partai dengan 15 juta anggota secara sembunyi-sembunyi adalah diluar nalar. Ia pun menduga-duga bahwa manusia rekaan purnawirawan itu pasti tajir melintir, mampu membelah diri (sebentar di Pontianak, Batam, Jakarta dalam waktu singkat) dan sakti mandraguna (intelijen tak mampu mendeteksi).

Belum lagi soal wawancara eksklusif dengan Sekjen PKI Teguh Karyadi yang dibuat hanya untuk mengerjainya dalam rangka ulang tahun rekannya. Namun, dalam esai tersebut dipaparkan implisit bagaimana sepak terjang Andi Arief, Nezar Patria dan Budiman Sujatmiko sewaktu muda dan peran Sekjen yang maha penting dalam sebuah organisasi politik. Politik hanya soal kesempatan, kata penulis mantan pengurus LMND ini.

Sebagai sesama lulusan filsafat, secara terang-terangan Puthut mendukung Rocky Gerung. Bukan. Bukan soal preferensi politiknya (karena ia juga tak peduli). Tapi soal pilihan diksinya. Ketika ia menjelaskan bahwa kitab suci adalah fiksi, ribuan akun media sosial, pengamat dan media baik anonim maupun robot getol merisaknya. Lulusan filsafat UGM ini menyebut fiksi itu hasil imajinasi. Jika manusia tidak berimajinasi, maka tak muncul namanya peradaban bahkan (mungkin juga) kitab suci. Menurutnya, hasil karya fiksi paling agung di Indonesia adalah naskah teks proklamasi. Simak kata-katanya: Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya. Bahasan bangsa (nation) Indonesia belum ada atau sah saat itu. Kok tiba-tiba klaim bahwa kita ini bangsa Indonesia? Kenapa bukan bangsa Majapahit, Sriwijaya, New Londo, atau apalah? Sebab impian dan imajinasi bangsa inilah rakyat disatukan dalam pekik kemerdekaan dengan semangat berkobar-kobar.

Balik lagi, apakah fiksi kemudian bukanlah gambaran dari kenyataan atau semata khayalan? Bukankah sinetron Si Doel Anak Sekolahan sebagai karya fiksi digambarkan cuilan kenyataan suku Betawi saat itu? Bisa juga tidak. Tapi banyak yang merasa iya. Maaf, yang soal Si Doel adalah tambahan saya. Tidak akan ada dicari di buku ini 🙂

Berhati-hati dalam bersikap dan menanggapi isu. Itulah tema dasar dari buku ini. Dijelaskan gamblang bagaimana dulu pemerintah menelurkan isu awal 1980-an bahwa minyak kelapa dan kopi itu berbahaya bagi kesehatan. Kelapa dan kopi jadi ‘haram’. Tiba-tiba latah gerakan anti kelapa dan kopi. Padahal sekarang dunia medis bilang kopra adalah komoditi termahal. Minyak kelapa adalah ekstrak alami terpenting dunia farmasi. Bayangkan jika Indonesia dari dulu mulai usaha soal kopra ini, bisa menguasai ekspor dunia barangkali. Kopi pun demikian. Banyak ruwet sejarah politik dan ekonomi sebetulnya gampang dimaknai: siapa menangguk untung dari semua itu. Siapa sengaja membuat benang merah menjadi kusut?

Kelemahan buku ini adalah satu. Tadinya saya kira terhibur, malah jadi bikin mikir.

Judul buku: Enaknya Berdebat dengan Orang Goblok

Penerbit: ShiraMedia

Penulis: Puthut EA

Terbit: Oktober 2018

Tweet8Share13Share3Share
dewantara.id

dewantara.id

Related Posts

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

Suguhan Sekian Semesta dalam Dr.Strange: Multiverse of Madness

May 11, 2022
Review Serial Hitam: Zombi Masuk Desa

Review Serial Hitam: Zombi Masuk Desa

August 17, 2021
The Falcon and Winter Soldier: Sambutlah “Black Captain America” yang Humanis dan Politis

The Falcon and Winter Soldier: Sambutlah “Black Captain America” yang Humanis dan Politis

June 9, 2021
A Quiet Place II: Tegang dan Seru Selevel Jurassic Park Lost World dan I’m Legend

A Quiet Place II: Tegang dan Seru Selevel Jurassic Park Lost World dan I’m Legend

June 9, 2021
Ulas Serial ‘Girl From Nowhere: Season 1’: Setan Itu Hanya Menggoda

Ulas Serial ‘Girl From Nowhere: Season 1’: Setan Itu Hanya Menggoda

June 7, 2021
Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

Menyelami Masa Revolusi Indonesia lewat Idrus

April 18, 2020
Revolusi Indonesia Lewat Layar Lebar

Revolusi Indonesia Lewat Layar Lebar

April 15, 2020
Mentari di Raja Ampat: Wisata Terestrial Berbasis Konservasi

Mentari di Raja Ampat: Wisata Terestrial Berbasis Konservasi

January 24, 2020
Load More

Tentang Kami

Dewantara adalah situs informasi seputar kebudayaan khususnya lingkup pendidikan. Berisi artikel, berita, opini dan ulasan menarik lainnya. Dihuni oleh para penulis dan praktisi berpengalaman.

E-mail: jejaringdewantara@gmail.com
Yayasan Bintang Nusantara

Follow Us

Category

  • Advetorial
  • Dari Anda
  • Galeri
  • Garis Waktu
  • Internasional
  • Jejak
  • Jendela Dunia
  • Kabar
  • Kakiku
  • Komunitas
  • Mahasiswa
  • Nasional
  • Opini
  • Praktisi
  • Profil
  • Sains
  • Seni Budaya
  • Siswa
  • Sosok
  • Tips
  • Uncategorized

Popular

  • SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    SMPN 5 Cilegon Serius untuk Jadi Sekolah Rujukan Google

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • “Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca Masa Kurun Niaga”

    33 shares
    Share 13 Tweet 8

Recent News

LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

LP-NU dan LAZISNU Kolaborasi Gelar Bazar Murah Telur

August 31, 2025
LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

LAZISNU Kota Cilegon Menebar Manfaat melalui Berbagi Takjil Gratis

March 23, 2025

© 2018 Dewantara.id

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Internasional
  • Advetorial
  • Sosok
  • Jejak
  • Seni Budaya
  • Opini
  • Komunitas
  • Sains
  • Redaksi

© 2018 Dewantara.id

Go to mobile version