Dewantara – Sutradara James Gray pertama kali bekerja sama dengan Brad Pitt sebagai tokoh utama dalam Film Ad Astra. Ad Astra sendiri berarti “menuju bintang”, dan dalam satu kalimat yang lengkap, ada ungkapan bahasa latin: Ad Astra per Aspera” (Menuju bintang, melalui kesulitan).
Special Effect Bikin Ngeri
Ad Astra mengawali dengan mengajak penonton melihat betapa futuristiknya peradaban ummat manusia di masa depan. Astronot-astronot Amerika Serikat (AS) sudah demikian maju sehingga mampu membuat antena yang besar, kuat, dan menjulang tinggi sampai menyentuh batas luar dari troposfer. Adegan ketika terjadi masalah di antena menyuguhkan teknik special effect yang memukau namun tetap realistis. Tokoh Roy McBride (Brad Pitt) seorang astronot berpengalaman yang merupakan anak dari Clifford McBride (diperankan oleh Tommy Lee Jones). Clifford McBride dianggap pahlawan karena ia menjadi pionir astronot dunia yang menempuh perjalanan pertama kali menuju ujung Tata Surya melalui Proyek Lima, yang membawa sekolompok astronot sampai ke orbit Planet Neptunus.
Roy McBride hampir seumur hidupnya selalu kehilangan kehadiran sosok ayahnya. Ayahnya meninggalkan dia dan ibunya ketika Roy berusia 16 tahun. Dan ketika menginjak umur 29 tahun Roy mendengar bahwa ada masalah pada Proyek Luna dan keseluruhan proyek terputus komunikasinya dengan bumi.
Konflik utama dalam film ini adalah ketika breach, atau gelombang kejut yang melanda seluruh planet di sistem Tata Surya serta membahayakan keberlangsungan hidup spesies manusia, muncul. Hasil pelacakan terhadap breach menunjukkan bahwa breach berasal dari orbit Neptunus, dan di sana masih ada misi yang dikepalai oleh Clifford.
Sejak awal penonton melihat antena menjulang, dilanjutkan dengan proses perjalanan pesawat ulang-alik ke Bulan sampai ke Planet Mars, terakhir ke orbit Planet Neptunus. Penonton seperti menyaksikan pertunjukkan planetarium yang megah.

Beberapa Kesimpulan Menggantung
Film-film yang bertema petualangan luar angkasa seperti Ad Astra memang telah dibuat sebelumnya. Sebut saja Armageddon (1998), Gravity (2013), Interstellar (2014), dan Martian (2015). Seperti keempat film itu, ancaman apocalypse atau kiamat bagi ummat manusia menambah bumbu emosi dalam film. Sutradara James Gray dalam Ad Astra memilih fokus pada unsur psikologis hubungan ayah-anak melalui kisah Roy dan Clifford sampai pada puncak konflik antara keduanya di dalam pesawat ulang-alik Proyek Lima.
Pada bagian akhir film, Gray terkesan terburu-buru memberikan kesimpulan kepada penonton ketika akhirnya Roy mau menerima kenyataan dan kembali kepada istrinya, yang diperankan oleh Liv Tyler (bikin nostalgia dengan Armageddon nggak sih..?). Namun konflik Roy dengan perusahaan atau institusi Spacecom (dikisahkan seluruh misi manusia ke Bulan, Mars, dan Neptunus diprakarsai oleh Spacecom) tidak ada kejelasan. Lalu, apa saja yang telah dilakukan oleh Clifford selama “terasing” di Proyek Luna juga tidak ada kejelasan.
Sebagai penutup, saran penulis supaya anda yang akan menonton film ini harus menyukai film bergenre petualangan luar angkasa. Karena film berjalan lambat, tidak banyak aksi terjadi dalam film ini.

Ada satu sari pati romantis di akhir film ini yang cukup mengena. “Kadang kita bepergian jauh untuk mengejar hal yang berarti dalam hidup, tapi kita tidak sadar bahwa yang terutama berarti bagi kita ada di dekat kita”.
Ahmad Muttaqin