Sejak 1995, film Toy Story menempati cerita sendiri di hati penikmat film segala umur. Kini kisah waralaba Toy Story edisi 4 tampil sangat presisi. Bagaimana ia membangun emosi, canda dan pelajaran hidup dengan sangat apik—tentu pula teknologi animasi yang makin surreal. Sebuah waralaba yang tidak asal-asalan.
Tonggak imajinasi dan animasi dalam tayangan perdana Toy Story (1995) fenomenal. Animasi 25 tahun lalu belum serumit dengan menggunakan komputer dalam frame-by-frame. Munculnya Toy Story melambungkan nama Pixar Studios. Pengerjaan yang melelahkan terbayar. Apalagi dengan ide naskah yang segar. Mainan yang bisa berbicara dan lucu polahnya. Mainan terakhir yang bisa berbicara sebelum Toy Story edar hanyalah boneka Chucky. Kita tahu seperti apa ‘tidak lucunya’ Chucky.
Setelah 25 tahun berlalu, Toy Story sekuel 4 tampil perdana Juni 2019. Jerih payah Disney Pictures menggoda-goda studio animasi Pixar berbuah manis. Pasalnya, Toy Story 3 (2010) seakan pertanda keras bahwa epik petualangan Woody (sulih suara oleh Tom Hanks) dan Buzz Lightyear (Tim Allen) berakhir ternyata dibuat lanjutan. Pada Toy Story 3, anak yang mereka diami, Andy, hendak kuliah. Saking sayangnya, Andy tak ingin menaruh mainan kenangannya di tempat penitipan daycare. Andy ingin mainan yang begitu menyimpan memori kelak juga berguna bagi anak lain. Demikian Woody dan rombongan berakhir di Bonnie, anak baru yang siap memainkan mereka.
Woody sebagai pimpinan kelompok, selalu berpikir keberadaan ia adalah memberi kebahagiaan bagi anak yang memainkannya. Ia selalu teringat kebahagiaanya bersama Andy. Ternyata, Andy bukanlah Bonnie. Eh terbalik Bonnie bukanlah Andy. Woody kerap tidak dipilih saat bermain oleh Bonnie. Tapi Woody bukanlah sosok egois, bahkan ketika Bonnie gugup saat orientasi TK Woody menolongnya. Hingga tercipta sosok baru dari hasil gabungan sendok-garpu dan beberapa olahan boks sampah: Forky.

Forky awalnya memiliki krisis eksistensi. Tidak percaya bahwa ia diciptakan untuk bermain bersama Bonnie. Sepanjang kuartal pertama film Forky selalu mengibaratkan dirinya sebagai ‘sampah’ bukan mainan kesayangan Bonnie. Sebagai pemimpin, Woody kerap membantu mengasuh Forky. Memberi pengertian bahwa Forky adalah mainan kesayangan yang kelak akan memberi memori indah Bonnie.
Serangkaian petualangan dimulai ketika Bonnie dan rombongan mainan berlibur. Hingga akhirnya Woody bertemu dengan Bo Peep (Anne Potts), teman lamanya. Konflik pun terjadi dengan boneka Gabby Gabby (Christina Hendricks) dan pengawal kembar empatnya, Benson. Sekilas Benson mirip dengan gambaran boneka mengerikan dalam film Goosebumps (2015).
Omong-omong soal antagonis oleh Gabby Gabby dan Benson ada elemen horor yang coba ditunjukkan. Terlihat tidak seram, mungkin bagi penonton dewasa, karena toh ini film keluarga.
Karakter baru juga ada. Duke Kaboom (Keanu Reeves) yang tampil minim tapi berdampak besar. Ada kelucuan-kelucuan sesaat dengan Ducky (Keegan-Michael Key) dan Bunny (Jordan Peele) versus Buzz Lightyear. Disini Buzz dapat peran minim, namun tetap jadi kawan setia Woody.
Karakter-karakter yang dibuat sutradara Josh Cooley tetap seasyik 9 tahun silam, bahkan hingga 25 tahun lampau saat debut Toy Story. Penambahan karakter memperkaya cerita Toy Story 4. Jalinan cerita dan plot tegas mengalir.
Yang berbeda dari seluruh edisi Toy Story adalah di Toy Story 4 jarang terjadi percakapan atau kata-kata mutiara yang biasa dicatut status sosial media orang-orang. Woody, Buzz, Bo Peep bahkan Gabby Gabby sang antagonis kerap memainkan mimik dan gerak tubuh sebagai ekspresi perasaan. Melihat kesendirian, rasa bangga, ketakutan dan kebahagiaan dari raut wajah. Demikian lebih mengena sebagaimana karakter Tom Hanks juga di film megablockbuster Cast Away dan Forrest Gump.
Sebenarnya ini film untuk saya. Bagi anak-anak kelahiran 2010-an mungkin tidak akan menaruh rasa pada edisi-edisi sebelumnya. Film ini mengajak kembali ke era-era awal Toy Story. Cooley mengajak penonton memaknai lagi filosofi keikhlasan, kebebasan dan kebahagiaan dengan sederhana, dengan bahasa anak-anak.
Apa yang Anda pegang selama ini lambat lain menghilang dari genggaman? Bagaimana kita menyikapinya? Perlukah beranjak dari kebahagiaan kepada kebahagiaan baru yang terlihat masih remang-remang?
Adegan yang menyesakkan sekaligus bikin senyum-senyum simpul adalah ketika Woody rela pita suara pada tubuhnya diambil Gabby Gabby demi kebebasan Forky. Woody tahu, tanpa pita suara, ia hanyalah mainan hilang tak berharga sebagaimana Gabby Gabby rasakan puluhan tahun pula. Akhirnya, kutipan film ini datang dari Gabby Gabby.
“Aku tahu kamu dapat 9 tahun kenangan terindah bersama Andy, seperti yang Forky ceritakan. Aku akan menyerahkan apapun agar dapat momen itu meski hanya sesaat,” kata Gabby Gabby.
“Baiklah, kamu bisa miliki pita suara ini,” jawab Woody.
Tak ada yang memperkirakan bahwa kisah akhir akan berjalan pedih. Ya, Woody setelah menjaga dan mengasuh Forky akan meninggalkan geng yang dua dekade lebih berjalan bersama. Buzz telah mempersilakan Woody untuk menemukan kebahagiaan baru bersama rombongan Bo Peep di karnaval. Kembali senyum-senyum tipis dan mata hampir berair.
Satu catatan penting lainnya. Mengelola kisah percintaan di film tidak melulu harus picisan dan berakhir ciuman. Bagi penonton dewasa, hubungan Woody dan Bo Peep harus disadari bukan sekadar hubungan teman biasa. Namun tak ada adegan mesra-mesra khas ABG. Karena ini film keluarga yang ditonton anak-anak, tantangan hubungan Woody-Bo Peep berhasil. Woody tak perlu bilang cinta dan sayang secara langsung. Matanya sudah bilang begitu.

Sulit pastinya mempertahankan kualitas film waralaba selama 25 tahun lebih. Film kompilasi Toy Story 1-4 layak jadi film keluarga ikonik. Film pertama penuh dengan revolusioner di bidang animasi dan pencarian jati diri Buzz, film kedua tentang murni petualangan, film ketiga mencapai klimaks kesedihan perpisahan Andy dan geng Woody dan film keempat punya sisi unik bagaimana menghadapi perpisahan. Di setiap akhir akan ada awal yang baru.
Jika pun akhirnya Disney Pictures 2-3 tahun ke depan merayu studio Pixar untuk garap Toy Story 5, akan disangsikan menyamai kualitas yang berimbang dengan keempat film sebelumnya. Tapi pada akhirnya tetap saya tonton juga, demi nostalgia.
Sutradara: Josh Cooley
Sulih suara; Tom Hanks (Woody), Tim Allen (Buzz), Anne Potts (Bo Peep), Christina Hendricks (Gabby Gabby), Keanu Reeves (Duke Kaboom).
Rilis: Juni 2019
Produksi: Pixar Studios