Dalam berbicara atau wawancara via radio, sedapat mungkin si penanya dan narasumber tidak memberikan informasi yang salah atau diluar kompetensinya. Karena setiap pembicaraan radio akan direkam.
Inilah yang menjadi poin dasar kelima Celeste: Akui saja jika tidak tahu. Baik itu peneliti, pakar, ilmuwan atau siapapun. Jangan belagak sok tahu. Ketika kita menjadi ahli di segalanya demi memuaskan keingintahuan lawan bicara, maka sesungguhnya kita sedang berbohong. Berbohong yang akan memicu kebohongan yang lain. Jika di siaran radio semua direkam, maka perspektif itu pula yang harus dihadirkan saat perbincangan. Hati-hati dalam berbicara dan menyatakan sesuatu. Karena kita tak tahu di momen apa lawan bicara merekam penjelasan yang disampaikan.
Sebelumnya dijelaskan bahwa setiap orang adalah pakarnya masing-masing. Ketika kita ingin mendapatkan sesuatu yang baru, maka yang pertama kali dilakukan adalah mendengar. Seketika itu pula lantaran ingin terlihat pandai dan cakap segala sesuatu demi membalas lawan bicara, kita menghadirkan informasi lanjutan yang keliru bahkan kebohongan. Apa hal pertama kita lakukan jika langsung mengetahui lawan bicara berbohong atau melebih-lebihkan sesuatu? Ingin segera keluar dari pembicaraan. Hal yang sama juga terjadi sebaliknya. Maka dari itu, sangat lumrah jika tidak tahu.
Keenam. Jangan samakan kondisimu dengan mereka atas dasar apapun. Di saat mereka bercerita kesedihan yang menimpa, semisal contoh:
X: Saya dipecat dari pekerjaan karena dituduh sesuatu yang bukan kesalahan saya.
Y: Oh begitu. Saya juga pernah mengalaminya. Semua juga sama. Segera bangkit.
Pada beberapa orang, hal itu bisa saja melecut semangat. Tapi beberapa orang lain akan kusut mukanya. Mana lebih baik? Sebaiknya jangan samakan kondisi kita dengan mereka. Semua tak akan pernah sama. Pengalaman setiap orang berbeda-beda. Ada yang dipecat karena memang ingin cari yang lebih baik, lalu bercerita bagaimana ia melawan korporasi dan segala macamnya. Lalu temannya menjadikan pekerjaan itu sandaran hidup keluarganya bahkan sangat mencintai pekerjaan tersebut, tiba-tiba dipecat karena tuduhan serampangan.
Paling mendasar dari kesalahan menyamakan pengalaman adalah sebenarnya fokus topik pembicaraan bukan pada ‘Anda’ tapi sang narasumber. Jika Anda ingin menunjukkan betapa kuat dan sabarnya Anda, atau seberapa menderitanya Anda, sungguh lawan bicara sebenarnya tidak mau tahu itu karena tidak menanyakan juga. Perbincangan menarik bukanlah ajang promosi diri.
Bersambung…
Tulisan ini adalah bagian ketiga dari lima tulisan tentang komunikasi.
Bagian tulisan mengenai komunikasi bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik? (Bagian 1)
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik ? (Bagian 2)
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik ? (Bagian 4)