“Menyaring kata-kata itu melelahkan”, ujar Headlee.
Mendengar menjadi poin kesembilan, sekaligus paling penting. Berapa banyak penulis, ilmuwan, penceramah bilang bahwa mendengar itu lebih penting dari berbicara. Celeste Headlee tahu bahwa mendengarkan adalah proses yang menguras tenaga dan pikiran. Meminjam perkataan Budha, “Jika mulut Anda terbuka, berarti Anda tidak belajar,”
Ketika kita berbicara, ada rata-rata 225 kata per menit yang terucap. Sementara untuk mendengar ada lebih dari 500 kata per menit yang terlintas di telinga. Masalahnya kemudian ada senjang sebesar 275 bisa saja hilang, karena kita sebagai makhluk pendengar sangat mudah teralihkan. Distraksi ini bisa saja mengurangi hanya 50 kata bahkan kurang dari itu untuk mencerna penjelasan seseorang.

Mendengar dan menyaring kata-kata itu melelahkan. Tak ada orang yang mau berlama-lama diceramahi, dicurhati atau diceritakan sesuatu. Bukan karena tidak hormat pada lawan bicara, namun lebih kepada kerja ekstra otak yang terus menerus digempur kata-kata. Inilah letak kesulitan mendengar dibanding membaca. Kita bisa hentikan bacaan dan mencerna, sementara kita belum tentu bisa hentikan perbincangan orang bicara (karena alasan etika).
Kemampuan mendengar ini bisa dilatih. Para psikolog, pegawai layanan konsumen, guru BP adalah contoh profesi yang terlatih mendengar. Mendengar itu terasa intim, karena tak seperti membaca. Ada intonasi, hela napas, jeda, menggebu-gebu dan sebagainya. Manusiawi dan melatih kemanusiaan. Tidak banyak orang yang mendengar untuk memahami, lebih banyak mendengar untuk membalas percakapan.
Poin terakhir: Tetaplah terkejut. Ini sangat sulit dan menjadi alasan Headlee menempatkannya di poin buncit. Ingat, di poin kedua sebelumnya membahas tiap orang adalah pakarnya masing-masing. Lalu, siapkah kita terkejut, terkesima dan terbelalak?
Headlee telah terbiasa pada hal-hal ‘keterkejutan’. Ibunya selalu berbicara kepadanya, “Lihat itu, dia pernah menjadi kandidat Miss Universe, bapak itu pernah menjadi fotografer Presiden, pemuda itu sering mengadakan bakti sosial,”
Hal itu membuat Headlee sadar bahwa setiap orang punya rahasia hebat. Bersiaplah selalu terkejut. Kunci ini yang Headlee pegang selama 10 tahun karir sebagai pembawa acara talk show. Jangan menyepelekan seseorang.
Kata Headlee, “Saya seringkali menutup mulut saya dan membiarkan pikiran terbuka sambil siap-siap untuk terkagum-kagum pada bintang tamu,”
Tulisan ini adalah bagian terakhir dari lima tulisan tentang komunikasi.
Bagian tulisan mengenai komunikasi bisa dibaca pada tautan di bawah ini:
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik? (Bagian 4)
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik? (Bagian 3)
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik? (Bagian 2)
Bagaimana Membuat Perbincangan Menarik? (Bagian 1)