Dewantara – Endah N Rhesa , duo musisi kenamaan Indonesia asal Pamulang menyambangi Kota Serang pada Ahad (29/9/2019) di Rumah Bersatu. Kedatangan Endah N Resha merupakan bagian dari Regenerate Tour, yaitu tur untuk mempromosikan album kelima – dan terbaru mereka – berjudul “Regenerate”. Dan Kota Serang ini merupakan kota ke-11 dari total 15 kota yang akan mereka datangi.
Semangat “Regenerate”
Penulis sendiri datang ke Rumah Bersatu bersama keluarga. Ya, kami datang sekeluarga dalam arti saya (abah), istri saya (yang sedang mengandung empat bulan) , dan kedua anak kami yang masing-masing berusia 8 dan 5 tahun. Kami menuntaskan menonton Endah N Rhesa memainkan ke-14 lagu mereka dalam durasi manggung 120 menit dari pukul 20.00-22.00. Kedua anak kami (hanya) hapal dan menunggu lirik lagu “Liburan Indie”, sehingga mereka benar-benar harus menunggu sampai akhir pertunjukkan. So that’s why kids, always save the best for last. Hahhaha..
Kami nge-fans – atau meminjam istilah istri saya, jatuh cinta – dengan Endah N Resha karena pertunjukkan mereka selalu maksimal, full of power, dan hangat dalam berkomunikasi dengan audience. Lalu harus kami akui, kami jatuh cinta dengan Endah N Resha sejak penampilan mereka di Soundrenaline, Bali pada Bulan September 2018. Dan kami tidak pernah sedekat ini secara fisik maupun emosional dengan duo musisi suami istri sebagaimana yang terjadi di Rumah Bersatu, Kota Serang tadi malam.
Endah N Rhesa menghentak langsung dengan lagu “We”, dimana sayatan gitar dan betotan gitar kompak menggapai irama-irama bersemangat, dipadukan dengan lirik yang memotivasi. Maka “We” merupakan salah satu lagu yang mewakili semangat Regenerate. Sebelum memainkan “Young Again” Endah Widiastuti mengajak kontemplasi ,”Di sini ada yang main PUBG? Nah, itu sound engineer kita kerjanya main PUBG.” dilanjutkan gelak tawa. “Lagu Young Again ini mewakili semangat Regenarate, karena itulah yang kami coba lakukan. Kami mencoba untuk kembali muda. Seperti dalam lirik, ada Instagram, PUBG, dan pergi ke gym.” Lalu untuk lagu berikutnya, “Ini tentang seorang seorang gadis yang melakukan apa yang dia senangi, dan akhirnya membuat sebuah gelembung, akhirnya ia membuat sebuah dunia sendiri dimana orang jadi tertari mendekatinya. So this is “Meet That Girl”,”
Endah N Resha berturut-turut memainkan, “Wish You Were Here”, “Hello (Love Is In My Town)”, “Summer Time Im Missing You” yang merupakan lagu tentang merindukan yang tidak seharusnya dirindukan, “For A Minute”, lalu “Done Anyway” yang dapat dikaitkan dengan mengikhlaskan suatu relationship yang sudah selesai.
Bonus Request
Kami banyak belajar dari sosok duo Endah N Rhesa. Kalau anak-anak saya dapat belajar, 1) kalau main gitar dan bass yang bagus dan keren tuh kaya gitu, dan 2) kalau tampil di depan orang atau di panggung tuh Percaya Diri (PD) dan enerjik kaya gitu. Sedangkan kami yang dewasa dapat belajar bahwa, 1) selalu tampil maksimal di hadapan berapapun jumlah audience, 2) jangan pernah berhenti saling mendukung dengan kru, dengan fans, dengan sesama musisi, dan 3) menjadi pribadi yang saling mencintai saling dukung dengan pasangan.
Setelah 8 lagu, Endah Widiastuti bilang, “Lagu di playlist kita tinggal dua nih kayanya. Nah, kita disini ngebuka nih siapa yang mau request. Ini beda nih sama acara-acara yang biasa kami ikutin. Ayo dari Serang siapa yang mau request?” Dan bergelindingan laah request terucap. “I Don’t Remember”, dan “When You Love Someone” adalah dua diantaranya. Ketika saya request sambil tunjuk tangan, “Anak saya mau dengerin “Liburan Indie”,” Lalu katanya sambil tersenyum lebar, “Oh iya nanti ya sayang, itu lagu terakhir. Nanti kalau dimainin sekarang kita udahan lagi..” Kami semua yang ada di tempat spontan tertawa dan anak bungsu saya yang request – namanya Annabella, by the way – pun malu bersembunyi di balik tubuh ibunya.
Endah N Resha langsung memainkan “I Don’t Remember” dari album pertama mereka “Nowhere To Go”. Berikutnya, Endah N Rhesa menyisipkan nilai-nilai sejarah kemanusiaan ketika menjelaskan lagu berikutnya, “1000 Candle Lighted”, yang masih dari album “Nowhere To Go”. “Lagu ini kami ciptakan untuk mengenang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, dan terinspirasi dari tulisan Catatan Pinggir Goenawan Mohamad untuk kedua anak Munir berjudul “sepucuk surat untuk Sultan Alief Allende dan Diva Suki Larasati, yang ditinggalkan ayah mereka”. Bahwa betapa hebat ayah mereka. Dan masalah HAM terjadi terus menurus bahkan saat ini, di Jakarta, di Kendari, Sulsel, di Papua, di Wamena. Mudah-mudahan lagu ini bisa mengingatkan kita betapa esensialnya HAM di tempat dimana kita kita hidup dan kita akan memperjuangkannya terus terus dan terus, dan tidak pernah padam. Karena selalu ada cahaya dari lilin. Dan jadilah lilin itu teman-teman. Jadilah lilin yang walau kecil menerangi kegelapan.”

Penulis sampai sini matanya mulai berkaca-kaca, teringat bahwa kemarin 24/9/2019 kami dari Aliansi Masyarakat Sipil untuk Keadilan dan Demokrasi bersama mahasiswa menjadi massa aksi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), dan akan dilanjut pada 30/9/2019. Bahwa mungkin apa yang kami lakukan dapat diibaratkan sebagai, mengutip Endah Widiastuti ‘lilin yang walau kecil mampu menerangi kegelapan’.
Penonton masih dihibur dengan nomor-nomor “Seluas Harapan”, “When You Love Someone”, sebelum akhirnya ditutup dengan “Liburan Indie”. Selesai pertunjukkan, dari semua kalimat yang dapat saya ucapkan kepada Rhesa Adityarama, “Selamat untuk album kelimanya mas, dan terima kasih banyak sudah mau hadir ke Serang.”
Ahmad Muttaqin