Judul | : | Korek Api Kayu (Membakar Semangat Perubahan) |
Penulis | : | Andestian Wijaya dan Indu Mogi Wijaya ** |
Halaman | : | 156 hlm, 10 Bab |
Penerbit | : | Terbit Press, Komplek IPB 2, Sindang Barang, Bogor Cetakan I, Januari 2018 |
** Seluruh penulis adalah alumni Fahutan IPB E-35
Dewantara – Buku ini berusaha menyampaikan informasi tentang korek api kayu dari sudut pandang ilmu pengetahuan, komunitas dan seni. Penulisan buku ini berdasarkan keunikan dan kelangkaan salah satu produk hasil hutan kayu yaitu “korek api kayu”. Disadari atau tidak, korek api kayu saat ini telah tergerus oleh zaman, seperti ungkapan Chairil Anwar “Ada yang berubah, ada yang bertahan karena zaman tak bisa dilawan”.
Siapa yang tak kenal korek api kayu? Korek api kayu merupakan bagian dari inovasi manusia dan merupakan elemen penting dari sejak zaman purba hingga saat ini. Korek api kayu ditemukan manusia dengan cara berikhtiar dan memberikan manfaat yang sangat besar bagi peradaban umat manusia. Dalam sejarahnya, korek api kayu dalam bentuk sederhana terbuat dari kayu Pinus telah lama dikenal oleh peradaban bangsa Cina pada tahun 950. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya naskah buku karya penulis Cina yang bernama Thao Ku yang berjudul Records of the Unworldy and the Strange. Dalam perkembangannya, korek api kayu tidak terlepas dari jasa para ilmuwan yang terus menerus berinovasi, tak kenal lelah dalam rangka menemukan korek api kayu yang sempurna, hingga korek api kayu tersebut dapat digunakan seluruh penduduk dunia.
Sumber bahan baku kayu memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan industri korek api kayu. Industri korek api kayu di Indonesia seluruhnya menggunakan bahan baku yang berasal dari kayu hutan tanaman. Jenis kayu yang biasa digunakan antara lain Pinus (Pinus spp.), Damar (Agathis spp), Gmelina (Gmelina spp), Sengon (Paraseriantes spp) dan Pulai (Alstonia spp). Pohon-pohon dikonversi menjadi kayu gelondongan (log), log kemudian dikupas atau disayat (slice) menjadi lembaran-lembaran tipis kayu (vinir) sebagai material utama pembentuk batang korek api. Batang-batang korek kemudian diproses menjadi produk akhir berupa korek api yang siap digunakan. Beberapa industri industri korek api kayu di Indonesia yang masih berproduksi hingga naskah ini ditulis antara lain PT. Jamafac (Padalarang, Bandung) yang memproduksi korek api legendaris cap Tiga Durian sejak tahun 1949, PT. East Java Match Factory Ltd (Pasuruan, Jawa Timur), yang memproduksi korek api cap Polar Bear, Kangaroo, Cocktail dan lain-lain, PT. Pakabaja (Surabaya), PT. Djamiko (Pasuruan, Jawa Timur) dan PT. Sintong Sari Union (Pematang Siantar).
Negeri dan Raja Korek Api
Swedia merupakan negara produksi dan peng-ekspor terbesar korek api di dunia. Bayangkan, hanya sebanyak 2% saja korek api digunakan lokal, sedangkan sisanya diekspor ke seluruh penjuru dunia. Saking banyaknya jenis korek api asal Swedia, diantaranya banyak yang tidak terdokumentasi dalam buku-buku sejarah ataupun media online. Industri korek api pertama Swedia berdiri pada tahun 1886 bernama JS Bagge & Co. Sedangkan Jonkoping menjadi kota pertama di Swedia yang memproduksi korek api kayu secara massal. Hampir semua orang pada generasi sampai tahun 90-an masih sering menemukan korek api kayu produksi Jonkoping yang legendaris dan diproduksi pada tahun 1903. Ciri kotak korek api kayu yang khas adalah bewarna kuning dengan tulisan Swedia Jonkopings Tandsticksfabriks Patent Paraffinerade, Sakerhets-Tandstickor, utan svavel, och fosfor, endast mot ladans plan yang artinya dipatenkan oleh Jonkoping, korek api kayu yang aman, tanpa belerang dan fosfor, korek api kayu aman digunakan jika di taruh digudang berlantai dingin atau bercuaca dingin.
Nama Ivar Kreuger asal Swedia tentu sudah tidak asing dikalangan para bebisnis korek api kayu. Ia dijuluki “The Match King” karena merupakan seorang konglomerat yang menguasai atau memonopoli hampir seluruh pasar dunia (Eropa, Amerika Tengah, Amerika Selatan) atau ¾ industri korek api kayu dunia, atau sebanyak 400 unit perusahaan dimilikinya, termasuk industri korek api kayu Jepang sejak tahun 1924. Sebanyak 70% korek api kayu Jepang pernah diproduksi perusahaan Kreuger, namun krisis eropa pada tahun 1932 menyebabkan bisnis korek api kayu Swedia terus menurun. Permasalahan skandal keuangan dan tuduhan tindak pemalsuan juga menghampiri Kreuger. Namun takdir berkata lain, Kreuger ditemukan tewas di kamar tidurnya di Paris pada 12 Maret 1932. Sejak kematian Kruger perusahaan-perusahaan mengalami krisis besar dan mampu bangkit kembali disekitar tahun 1940. Pada tahun 1880 nama perusahaan yang semula “Svenska Tandsticks Aktiebolaget” berubah menjadi “Swedish Match AB”. Swedish Match AB merupakan satu-satunya industri korek api kayu di Swedia yang masih eksis hingga kini dan mampu memproduksi sekitar 250 juta korek api kayu setiap hari.
Komunitas Korek Api Kayu “Phillumenist”
Phillumenist adalah julukan untuk orang-orang yang memiliki hobi mengkoleksi label korek api kayu, kotak korek api kayu atau batang korek api kayu, sedangkan nama kegiatan mengkoleksi kotak atau label korek api disebut phillumeny. Secara etimologi phillumenist berasal dari bahasa latin yang berarti philos atau philelein (cinta) dan lumen (cahaya) serta ‘ist’ yang berarti (jamak). Para Phillumenist mengumpulkan kotak atau label korek api kayu karena tertarik pada gambar-gambar yang tertera pada kemasan korek tersebut. Seperti pada perangko, illustrasi pada kotak korek api kayu juga sering bercerita tentang suatu tempat, tokoh, peristiwa atau event yang tengah terjadi ataupun hanya sekedar pemandangan alam. Secara luas phillumeny kemudian mempunyai makna suatu kegiatan/hobi mengoleksi label atau kotak korek api kayu. Terdapat banyak philumenist di dunia dan salah satu yang paling terkenal adalah Raja Farouk I yang berasal dari Mesir (1920-1965). Ia bahkan sengaja terbang ke Kopenhagen, Swedia menggunakan pesawat charter hanya untuk membeli label kotak korek api kayu.
Nama phillumenist itu sendiri pertama kali dipopulerkan oleh Marjorie Evans seorang kolektor kotak korek api kayu asal Inggris pada tahun 1943. Marjorie Evans sendiri saat itu adalah Presiden dari komunitas phillumenist “British Matchbox Label & Booklet Society (BML & BS)”. BML & BS merupakan salah satu komunitas Phillumenist terbesar dan tergabung dalam 35 negara di dunia yang dibentuk pada tahun 1945. BML & BS semula beranggotakan beberapa orang para kolektor korek api yang memiliki tujuan bersama untuk mengembangkan hobi dan saling bertukar informasi antar kolektor. Setidaknya terdapat sekitar 100 komunitas phillumenist di dunia.
Dardjat Sukapradja adalah seorang Phillumenist yang terkenal di Indonesia. Ia merupakan pensiunan PNS yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Ia menekuni hobi phillumenist sejak era tahun 1930 saat mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar saat ini. Ia juga sering bertukar kotak korek api dengan phillumenist dari luar negeri. Koleksi bungkus korek api milik sang kakek berasal dari berbagai negara di kawasan Asia, Amerika, Eropa hingga Afrika, yang didapatkan dengan cara bertukar koleksi, dengan kolektor dari negara lain. Tidak hanya itu, Darjat sengaja meluangkan waktu untuk mencari bungkus korek api, saat bertugas di luar negeri. Koleksinya kini mencapai 110 album dengan total 15.000 kotak korek api. Ia diberikan penghargaan Rekor Muri Indonesia pada tahun 2000 atas dedikasinya dalam hobi langka tersebut dan sebagai phillumenist pertama di Indonesia dengan koleksi korek api yang berasal dari lima benua serta korek api tertua merek ‘De Vlinder’ produksi Belanda tahun 1880.
Evolusi, Seni dan Cerita Korek api
Dalam perkembangannya korek api kayu mengalami metaforsis atau evolusi dalam upaya beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang selalu berubah seperti kondisi basah dan angin kencang. Munculah korek api anti air (waterproof) dan anti angin, badai salju, hujan, hingga puting beliung (windproof atau stormproof atau flare match). Kedua jenis korek ini umumnya digunakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai nelayan atau pendaki gunung. Korek api tersebut terbuat dari material fosfor yang berkualitas dan dirancang khusus oleh produsen profesional guna menjamin kualitas korek api. Ciri umum korek api anti air atau anti angin yang dapat dilihat dengan kasat mata adalah ukuran kepala korek fospor yang dibuat lebih memanjang, bahkan hampir setengah atau seluruh batang korek diselimuti posfor. Ukuran fospor yang tidak biasanya memungkinkan digunakan di luar ruangan. Korek akan tetap berfungsi walaupun terkena air atau kondisi lembab atau kondisi berangin kencang. Korek ini tidak hanya tahan air, tetapi juga tahan terbenam di dalam tanah atau lumpur, korek tersebut secara spontan menyala kembali ketika terdapat udara.
Setelah era korek api kayu tenggelam, muncul korek api berbahan bakar fosil dan listrik dengan bahan baku logam dan plastik, sedangkan korek api kayu berevolusi menjadi benda promosi/souveni walaupun tetap dapat berfungsi sebagai alat pemicu api. Beberapa seniman dunia telah berhasil menciptakan karya seni yang bernilai tinggi dan bermakna dengan hanya menggunakan bahan baku berupa batang-batang korek api kayu misalnya miniatur/replika sebuah objek, fotografi, koreografi, seni pahat, lukisan pada kemasan korek api. Batang- batang korek api kemudian disulap menjadi berbagai bentuk hingga dirangkaikan dengan situasi tertentu guna menghasilkan sebuah mahakarya. Para penikmat seni tentu akan berdecak kagum dapat menyaksikan karya yang luar biasa tersebut dan bahkan, mereka akan hanyut terbawa arus rangkaian cerita batang korek api.
Keunikan dan fungsinya dalam menghasilkan api atau cahaya, korek api seringkali menjadi aktor utama dalam melakoni cerita-cerita dan mengandung pesan moral yang diantaranya melegenda seperti Gadis Penjual Korek Api, Kisah Persahabatan Lilin Kecil dan Korek Api, Kisah Kutu, Kisah Rantai Gajah, Si Belog, Kisah Muhammad Ali, Rokok dan Korek Api dan Kisah Kesuksesan IKEA yang Bermula dari Korek Api.
Pembelajaran dari korek api kayu
Korek api kayu dapat menjadi pelajaran penting tentang bagaimana beradaptasi dengan perubahan namun tetap menjaga semangat positif nyala api yang ada pada diri setiap individu. Sesungguhnya kita dapat memetik suatu pelajaran dari korek api kayu :
Api dipicu gesekan kecil antara kepala korek dan geratan, maka hati dan pikiran jangan yang mudah terbakar hanya karena gesekan-gesekan kecil…
KOREK API KAYU terbakar meninggalkan abu, MANUSIA terbakar meninggalkan api cemburu…
Belajarlah dari KOREK API KAYU, yang ditemukan manusia dengan cara berikhtiar…
Belajarlah dari KOREK API KAYU, yang mampu beradaptasi dan berevolusi menghadapi segala kondisi…
Belajarlah dari KOREK API KAYU, yang mampu menularkan ilmu layaknya api yang menjalar ke seluruh batang korek…
Belajarlah dari KOREK API KAYU yang mampu membakar semangat perubahan …
Nasibmu kini tergerus oleh zaman, tapi KOREK API KAYU selalu meninggalkan kenangan dan tidak semua orang memahami…
Rospita Br. Palawi ( E-44)