Setelah penayangan terakhir di salahsatu stasiun televisi swasta, serial sinetron Si Doel dengan judul terakhir “Si Doel Anak Gedongan” kembali hadir melanjutkan kisah sebelumnya ke layar perak mulai 2 Agustus 2018, kali ini diberi judul “Si Doel The Movie”.
Sebelum penayangannya di bioskop, para penggemar Si Doel sudah lebih dulu dapat mengakses info tentang syuting dan promo film ini melalui instagram @si.rano dan @sidoelthemovie_ serta akun sosial media para pemain yang terlibat.
Si Doel The Movie (SDTM) masih menampilkan para pemain dalam versi sinetron, yaitu Si Doel sendiri (H. Rano Karno), Mak Nyak (Aminah Cendrakasih), Sarah (Cornelia Agatha), Zaenab (Maudy Koesnaedi), Atun (Suti Karno) maupun Mandra (H. Mandra YS). Selain itu, ada pemain baru seperti Abdullah –anak si Doel dan Sarah (Fahreyza Anugrah/Rey Bong). Tokoh lama yang sempat hilang pada serial sinteron “Si Doel Anak Sekolahan” karena dikisahkan kembali ke Belanda, Hans (Adam Jagwani), juga dihadirkan dalam film SDTM.
Hans, yang dipanggil si “idung gede” oleh Babeh Sabeni (Alm. Benyamin Sueb), menjadi tokoh yang ikut berperan dalam perjalanan kisah hidup Si Doel kali ini. Hans memberikan kesempatan Doel untuk mengunjungi Negeri Belanda ditemani Bang Mandra. Berdalih meminta bantuan Doel untuk membawakan beberapa keperluan Festival Budaya Betawi yang akan diadakan di Amsterdam. Padahal semua itu merupakan bagian rencana Sarah untuk mempertemukan Doel dengan putra mereka, Dul, yang belum pernah dijumpainya. Penulis tidak ingin memberikan spoiler bagaimana perjumpaan Doel dengan Dul, silakan pembaca lihat sendiri didalam filmnya.
Kamu Tim Sarah Atau Tim Zaenab?
Si Doel, dalam SDTM ditampilkan sebagai sosok yang sedikit bicara dan terlihat gusar, terutama ketika harus menghadapi pergumulan dalam hati kecilnya. Lainnya dari tokoh ini, ia tetap ditampilkan sebagai sosok yang teguh menjalankan kewajiban ibadah dan prinsip hidup, yang ditampakkan dalam scene ketika ia tetap sholat diatas pesawat saat perjalanannya ke Belanda maupun saat ia bimbang dalam menentukan pilihan.
Bagi para penggemar, film ini bisa dijadikan penuntas penasaran pada kelanjutan kisah tokoh-tokohnya, terutama bagi penggemar dua sosok perempuan yang sama-sama mencintai Si Doel, Sarah dan Zaenab. Tim Sarah dan Tim Zaenab, adalah dua kubu yang sudah hadir lebih dulu dan lebih melegenda dari Tim Edward dan Tim Jacob yang memperebutkan cinta Bella Swann dalam Film Twilight.
Kalau berbicara Sarah-Zaenab, berkaitan dengan siapa yang berhak mendapat cinta Doel. Sarah yang kaya, cantik, dan pintar atau Zaenab yang sederhana, manis, dan tulus. Dalam dokumen legal Doel-Sarah memang belum resmi bercerai, meski dalam agama mereka sudah bercerai, sebab telah berpisah selama 14 tahun. Sementara dengan Zaenab, Doel sudah menikahinya secara sirih. Namun apakah kesimpulan akhirnya Doel bersama Zaenab, sepertinya belum tentu begitu.
Mempertahankan Detil Lawas
Walaupun bangunan rumah yang pernah disewa almarhum Mas Karyo sudah mengalami perubahan, namun SDTM tetap mempertahankan beberapa properti lawas yang identik dengan suasana rumah Babeh Sabeni dan Mak Nyak. Penonton masih bisa melihat Oplet tua yang menjadi salahsatu sumber biaya kuliah Doel, Tanjidor yang pernah membuat Atun terjepit didalamnya, Sepeda Onthel milik Engkong (Alm. Pak Tile), Kursi dan Meja di ruang makan dan teras yang kerap menjadi tempat bercengkrama keluarga Sabeni dan tamu-tamunya, Bale tempat Almarhum Babeh Sabeni bersantai di teras, Ranjang kuno di kamar Mak Nyak dan si Doel, juga setrika arang yang masih digunakan oleh Atun.
Tidak hanya properti lawas yang menjadi detil dalam film ini, kebiasaan populer atau yang hits saat ini juga ikut hadir. Misalnya Doel yang memanggil taksi online untuk mengantar dirinya dan Bang Mandra ke Bandara, juga kelakuan bang Mandra yang ber-swafoto lalu mengirimnya melalui online messenger kepada Atun yang tidak bisa ikut ke Belanda juga muncul di film ini.
Detil lainnya adalah punch line yang diucapkan Hans kepada Doel dan Mandra. Pertama, soal kehidupan di Belanda, seperti biaya hidup dan parkir yang mahal di Belanda, sehingga Hans memilih menggunakan transportasi publik saat menjemput Doel dan Mandra di Bandara, juga menggunakan sepeda saat mengajak mereka makan di restoran.
Kedua, saat Doel duduk dikursi berhadapan dengan sungai lalu mengatakan kagum pada suasana negeri itu, namun Hans mengatakan sebaliknya. Sekali dua kali berkunjung mungkin akan menyenangkan, tapi tidak bagi mereka yang menetap disana, karena setiap hari harus bekerja keras untuk melangsungkan hidup.
Penghujung Kata
Keseluruhan film yang berdurasi singkat ini, cukup dapat mengobati kerinduan penggemar setia kisah Si Doel dan keluarganya. Disaat telah banyak ditinggalkan beberapa tokohnya yang lebih dulu berpulang, Film Si Doel beruntung masih memiliki sosok Mandra yang membawa kesegaran dalam film lewat tingkah laku maupun logat betawinya. Tidak lupa sosok Mak Nyak yang masih begitu natural dalam perannya, meski nampaknya butuh usaha ekstra untuk melakukan proses syuting ditengah keterbatasan kondisi Mak Nyak. (DC)