Cerita hubungan kakak adik yang sederhana, namun tangan dingin rumah produksi GDH 599, membuatnya jadi istimewa.
Film Brother Of The Year merupakan film ambisius dari rumah produksi Thailand GDH 599 (Gross Domestic Happiness). Setelah sukses menggarap film kriminal thriller Bad Genius dengan penceritaan sangat jenius, GDH 599 tak berhenti, meski sebenarnya ingin rem sedikit dengan film bercerita pelan dan komedi. Tibalah di medio akhir 2018 dirilis film Brother Of The Year. Kemunculan cuplikan film di kanal Youtube awalnya penulis anggap sebagai film komedi khas Thailand. Penuh slapstick, tingkah absurd dan diluar nalar. Beda mungkin dengan film Korea Selatan yang membangun situasi sebagai komedi dan tingkah konyol pemerannya.
Setelah nonton melalui kanal video resmi, film Brother Of The Year kisahnya diluar ekspektasi. Memang ada komedi, tapi apa artinya jika dramanya menyayat hati. Ini bukan kisah percintaan atau gelaran komedi romantis seperti biasa. Ini hubungan keluarga, hubungan kakak beradik. Lengkap dengan keegoisan dan kasih sayang secara bersamaan.
Diceritakan film ini tentang persaingan kakak adik kandung. Sang kakak adalah Chut (Sunny Suwanmethanont) dengan deskripsi sebagai kakak yang payah dalam segala urusan; percintaan, karir, prestasi, kepribadian dan penghasilan. Bandingkan dengan adik perempuannya, Jane (Urassaya Sperbund)yang punya segudang prestasi, sekolah beasiswa luar negeri, karir menjulang, rajin dan disukai semua orang. Chut beraksi sebagai kakak manakala ada pria coba mendekati Jane. Sisi lain, Jane melihat kakaknya sebagai penghalang di kehidupannya.

Brother Of The Year mengajukan premis keseharian yang sangat mungkin dirasakan banyak orang: Bagaimana jika kakak/adik Anda yang jauh dari kata ‘ideal’ coba merusak kehidupan yang berjalan sesuai rencana dan menuju kesempurnaan?
Cerita dimulai ketika Jane pergi studi ke Jepang. Chut kegirangan karena seolah menemukan kebebasan. Kali pertama Chut merasa tidak terbebani dengan prestasi adiknya. Sebagai info, mereka tinggal serumah di Bangkok karena Chut sedang bekerja disana, sambil Jane sesekali singgah pulang dari Jepang.
Setelah empat tahun, Jane kembali dari Jepang. Mencari kerja di Bangkok, yang tidak dinyana malah tersangkut jodoh seorang manajer peranakan Jepang-Thailand bernama Moji (Nickhun). Jane sejak awal coba menghindari Moji dari Chut. Karena banyak pria dulu mendekati, semua kabur menghadapi kakaknya.
Keributan saudara kandung mewarnai plot cerita. Dimulai dari Chut yang tak kunjung merubah cara hidupnya yang berantakan, Moji yang semakin dekat dan melamar Jane dan pekerjaan Chut yang makin kacau membuat ia dipecat.
Separuh pertama film Brother Of The Year penonton diajak terpingkal. Tapi hanya sebentar. Tak ada unsur slapstick yang penulis kira akan dominan. Mulai separuh kedua hingga akhir tinggal beberapa detik kelar, emosi mulai dimainkan. Pertengkaran mencapai ekskalasi tingkat tinggi. Chut dengan gaya hidup bebas tak ingin dikekang oleh Jane dengan nama besar prestasinya. Begitu pula Jane, ingin Chut segera berubah, karena sejak awal tidak punya andil apapun dalam mengurus kontrakan di Bangkok. Dari mencuci, memperbaiki, membersihkan hingga membayar pun tak pernah. Singkatnya, ini memang kakak yang payah.
Adu peran kedua kakak beradik ini memang dominan. Baik Chut dan Jane membawakan secara riil bagaimana kakak adik itu bertengkar: tanpa sekat dan tanpa rahasia. Seperti benar-benar bersaudara dalam rasa benci tapi cinta. Tak ada antagonis dan protagonis disini.

Keunggulan film ini pula adalah memori kilas balik hubungan mereka semasa kecil. Sering terjadi pertengkaran pula, walau ada rasa sayang tersembunyi. Adegan kilas balik cukup banyak dan hadir di momen yang pas.
Peralihan antara komedi menjadi drama berjalan mulus. Sutradara Witthaya Thongyooyong cerdik. Seolah-olah cerita akan beralih “akhir bahagia” dengan cepat. Chut memang merelakan Jane menikah dengan Moji, membatalkan ‘pelangkah’ yang aneh-aneh dan mau memberikan hadiah mewakili pihak keluarga kepada besan. Kamuflase ternyata.
Chut begitu mengetahui bagaimana mudahnya mendapat pekerjaan kembali berkat bantuan Jane, Chut marah besar. Konflik terjadi lagi. Chut absen dalam pernikahan Jane adiknya. Meninggalkan Jane dalam kerapuhan. Padahal dalam pernikahan, Jane begitu memuja kakaknya. Bagaimana kakaknya yang mengenalkan komik dan kebudayaan Jepang, sehingga ia bermimpi sekolah disana. Chut nampak egois.
Dikira konflik akan usai dan resolusi akan terjadi. Ternyata tidak. Dalam sebuah pertengkaran, Chut memutuskan untuk meniadakan hubungan kakak beradik lagi. Jane hancur.
Hingga tinggal di Jepang, memiliki dua anak, amarah Chut pada Jane belum juga usai. Datanglah Dear, teman mereka berdua. Selagi bertegur sapa, Dear mengungkapkan kondisi Jane. Ia pun berucap kepada Chut: kamu adalah kakak yang paling payah.
Akhirnya, Chut pun terbang ke Jepang mengunjungi Jane. Ada kontak mata yang tak terucap kata; mata Chut mengisyaratkan rasa bersalah, sementara Jane seolah bilang terima kasih telah datang. Kita tahu isyarat mata ini adalah resolusi yang mengundang berderai-derai air mata bagi penonton. Apakah penulis merasa terkoneksi dengan ide ceritanya? Ya.
Ada ungkapan: Tidak ada mantan anak, mantan ibu, mantan ayah. Demikian pula dengan mantan adik, mantan kakak. Siapapun tak bisa memilih oleh siapa dilahirkan, termasuk oleh siapa bersaudara. Pasang surut hubungan keluarga memang tak bisa ditebak. Namun jauh di dalam hati kecil, bahkan sekecil lubang kunci pintu, selalu ada ruang untuk keluarga.